Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Struktur Bioklimatik Kuno Iran yang Sanggup Kalahkan Panas Secara Alami

Foto : AFP/ATTA KENARE

Penangkap Angin | Sebuah bangunan “penangkap angin” yang menjulang tinggi di Taman Dowlatabad, Kota Yazd, Iran, diabadikan pada awal Juli lalu. Struktur bioklimatik kuno ini merupakan salah satu keajaiban teknik yang dikembangkan penduduk di kota kuno di Iran tengah ini, dimana suhu di sana bisa mencapai lebih dari 40 derajat Celsius di musim panas.

A   A   A   Pengaturan Font

Sebuah menara tinggi seperti cerobong asap, menjulang dari rumah bata berusia berabad-abad di kota gurun Yazd, Iran, menarik angin sepoi-sepoi bagi penduduk di salah satu kota terpanas di dunia ini. Menara itu adalah penangkap angin yang disebut badgir dalam bahasa Persia, hanyalah salah satu keajaiban teknik yang dikembangkan penduduk di kota kuno di Iran tengah ini, dimana suhu di sana bisa mencapai lebih dari 40 derajat Celsius di musim panas. Dan tidak seperti AC yang boros energi, penyejuk udara alami ini hemat biaya dan bebas karbon.

"Selama berabad-abad, sebelum kita memiliki listrik, struktur ini didirikan memungkinkan untuk mendinginkan tempat tinggal," ucap Abdolmajid Shakeri, wakil kementerian warisan budaya dan pariwisata tingkat provinsi di Iran.

Badgir tertua dari 700 penangkap angin yang ada di kota ini berasal dari abad ke-14, tetapi fitur arsitekturnya diyakini berasal dari 2.500 tahun ketika Kekaisaran Persia menguasai sebagian besar Timur Tengah.

"Badgir-badgir ini memainkan peran kunci dalam kemakmuran kota," ungkap Shakeri tentang kota gurun yang pernah menjadi perhentian kafilah di Jalur Sutra kuno. "Berkat mereka, orang hidup nyaman," imbuh dia seraya menggambarkan bagaimana penangkap angin menarik udara segar ke dalam bangunan dan membiarkan udara panas berventilasi melalui slot vertikal yang besar.

Majid Oloumi, kepala Taman Dowlatabad yang terdapat struktur penangkap angin setinggi 33 meter yang merupakan salah satu yang tertinggi di dunia, menerangkan bahwa metode pendinginan badgir ini benar-benar bersih karena tak menggunakan listrik maupun bahan pencemar.

Pada 2017 lalu, UNESCO mendaftarkan Yazd sebagai Situs Warisan Dunia dan mendeskripsikan kota itu sebagai saksi hidup untuk penggunaan sumber daya terbatas cerdas yang tersedia di gurun untuk bertahan hidup. Arsitektur bioklimatik yang memberikan kenyamanan termal bagi masyarakat Yazd ini bahkan telah menarik minat di tempat lain di dunia yang kian memanas.

"Badgir-badgir ini menunjukkan bahwa kesederhanaan dapat menjadi atribut penting untuk keberlanjutan," ucap Roland Dehghan Kamaraji, seorang arsitek yang berbasis di Paris, dan telah mempelajari penangkap angin kuno Iran ini. "Ini bertentangan dengan kesalahpahaman umum bahwa solusi berkelanjutan harus rumit atau berteknologi tinggi," imbuh dia.

Menurut Dehghan, di komunitas perkotaan berkelanjutan seperti di Kota Masdar di Uni Emirat Arab, bangunan-bangunannya telah dirancang untuk memanfaatkan ventilasi alami untuk pendinginan seperti badgir ini. Demikian pula ventilasi yang terinspirasi oleh gundukan sarang rayap yang mirip dengan badgir, telah dibangun di atas Eastgate Center, sebuah pusat perbelanjaan dan kompleks perkantoran di Harare, Zimbabwe.

Namun, tradisi arsitektur unik di Yazd sebagian besar telah ditinggalkan di tempat kelahirannya. "Sayangnya warisan nenek moyang kita sudah terlupakan, terutama sejak munculnya AC," kata Oloumi.

Kota tua Yazd adalah labirin jalan-jalan sempit dan gang-gang beratap. Bangunan-bangunannya yang berusia berabad-abad yang terbuat dari tanah liat, batu bata lumpur, dan batako semuanya memberikan isolasi terhadap panas terik. Tapi rumah-rumah tua sangat kontras dengan bangunan semen modern dan jalan multi-jalur.

"Saat ini, arsitektur rumah meniru di negara lain, dan konstruksi berbasis semen tidak sesuai dengan iklim Yazd," tutur Oloumi.

Sementara Kamaraji mengatakan arsitektur bioklimatik telah berkurang karena kendala ekonomi dan metode konstruksi modern yang sebagian besar mendukung penggunaan energi dan bahan intensif bahan bakar fosil.

Kuno Tapi Efektif

Fitur arsitektur berkelanjutan lainnya dari Yazd adalah sistem saluran air bawah tanah yang disebut qanat, yang mengangkut air dari sumur bawah tanah, akuifer, atau pegunungan.

"Akuaduk bawah tanah ini sangat bermanfaat," kata Zohreh Montazer, pakar sistem air. "Mereka merupakan sumber pasokan air dan memungkinkan untuk mendinginkan tempat tinggal dan mengawetkan makanan pada suhu yang ideal," imbuh dia.

Iran diperkirakan memiliki sekitar 33.000 qanat yang masih beroperasi hingga hari ini, dan jumlah itu mengalami penurunan secara signifikan dari 50.000 qanat yang digunakan pada pertengahan abad ke-20.

UNESCO mengatakan penurunan qanat sebagian didorong oleh mengeringnya sumber air bawah tanah karena konsumsi berlebihan. Oleh karena itu pihak berwenang Iran dalam beberapa tahun terakhir berusaha untuk merehabilitasi qanat Zarch, yang dianggap sebagai yang terpanjang dan tertua, sekitar 3.000 tahun yang lalu.

Jaringan air ini membentang lebih dari 70 kilometer melintasi Yazd dan mengalir pada kedalaman sekitar 30 meter, dan menjadi pengingat bagi penduduk Yazd akan tantangan yang akan datang.

"Saat bahan bakar fosil habis, kita harus kembali ke metode ini," ucap Montazer. AFP/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : AFP

Komentar

Komentar
()

Top