Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2025 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Jum'at, 24 Nov 2023, 06:25 WIB

Strategi Perang dan Damai

Foto: Wikimedia

Risalah Arthashastra sebuah ringkasan tertua mengenai tata negara yang masih ada juga berisi tentang perluasan negara. Pengarangnya Kautilya juga menulis tentang peperangan yang terjadi di India kuno.

Teori perangnya yang disampaikan terdiri dari serangkaian prinsip kaku yang dapat menjamin kesuksesan. Kautilya prihatin tidak hanya dengan perang antar negara, tetapi juga perang di dalam negara seperti munculnya pemberontakan.

LamanWorld Historymenyebut, ia menyarankan pajak tambahan pada saat keadaan darurat namun memperingatkan agar tidak melakukan hal tersebut dalam jangka panjang. Pasalnya kepuasan dalam negeri tergantung dengan keamanan yang diperoleh rakyat.

Kautilya menetapkan enam langkah kebijakan luar negeri dalam buku ke-7 dan menjelaskan pelaksanaan masing-masing langkah tersebut, perdamaian, perang, tetap diam, berbaris, mencari perlindungan, dan kebijakan ganda. Ia menyarankan bahwa ketika terjadi kemunduran, seseorang harus berusaha untuk berdamai dan ketika mencapai kesejahteraan, seseorang harus berperang.

Ia juga juga menulis cara menghadapi raja-raja yang lebih lemah, setara, dan lebih kuat. Ia memberi teori tentang lingkaran raja dan mengenal unsur ramah dan tidak bersahabat agar raja dapat membawa daerah-daerah di bawah kekuasaannya dan menjadi penguasa empat penjuru bumi.

Intertekstualitas antara Manava Dharmashastra karya Manu dan Arthashastra karya Kautilya telah dipelajari oleh beberapa sarjana yang telah mengambil tugas berat untuk menganalisis gaya, struktur, dan isi kedua teks ini. Tujuannya untuk memahami hubungan dan kontradiksinya dan yang paling penting untuk merekonstruksi sebuah gambaran masyarakat saat itu.

Banyak sarjana berpendapat bahwa beberapa bagian Arthashastra lebih tua dari teks Manu dengan mengutip adanya tidak hanya teks paralel tetapi juga kosakata yang umum dan tidak biasa. Patrick Olivelle, dalam karyaKing, Governance, and Law in Ancient India(2016) berpendapat bahwa tidak ada risalah yang seperti Arthashastra.

Pengarang Dharmasastra banyak meminjam materi Arthashastra tentang raja, pemerintahan, hukum dan peradilan. Namun ia mengintegrasikan materi tersebut ke dalam skema organisasinya sendiri, menyajikan teks unik di dalamnya tradisi sastra Dharmashastra. Ada juga kesamaan struktural antara Manu bab ketujuh dan Arthashastra.

Wendy Doniger dalam bukuThe Kautilyan Kamasutra, or, The Legacy of the Arthashastra(2018) mengemukakan kontradiksi yang mendasari Arthashastra dan hukum Manu dan menyoroti subversi halus terhadap dharma oleh Arthashastra. Dia menjelaskan bahwa ide-ide dari Manu digabungkan ke dalam Arthashastra sering kali mengarah pada revisi teks yang pro-Brahmana dan pro-dharma.

Dia mengutip contoh-contoh seperti perbedaan dalam kerasnya hukuman atas pelecehan verbal terhadap Brahmana menurut Manava Dharmashastra dan Arthashastra untuk menunjukkan bagaimana Arthashastra meremehkan kritiknya terhadap dharma.

Doniger berargumentasi bahwa agenda yang tidak bersifat dharma ini dapat terjadi dengan melapisinya dengan lapisan tipis dharma dan mengabaikan alih-alih menentang kekuasaan para Brahmana. hay/I-1

Redaktur: Ilham Sudrajat

Penulis: Haryo Brono

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.