Strategi Geopolitik Indonesia Fokus pada Stabilitas Kawasan
Prof. Dr. Ir. Dadan Umar Daihani, D.E.A (Professional Expert of the National Resilience Institute (LEMHANNAS RI) saat memberi keterangan di sela-sela Jakarta Geopolitical Forum 2024, Jakarta, Rabu (25/9/2024).
Foto: ANTARA/Putu Indah SavitriJakarta - Tenaga Profesional Bidang Hubungan Internasional dan Diplomasi pada Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas)Edy Prasetyono mengatakan bahwasanya strategi geopolitik Indonesia berfokus pada stabilitas kawasan dan pertumbuhan ekonomi.
"Menjaga stabilitas, mencegah terjadinya konflik, itu fokus pertama. Yang kedua adalah pertumbuhan ekonomi," ujar Edy ketika memberi keterangan disela-selaJakarta Geopolitical Forum 2024, Jakarta, Rabu.
Edy menekankan bahwasanya menjaga stabilitas kawasan menjadi salah satu fokus yang penting, sebab pertumbuhan ekonomi tersebut hanya bisa dicapai apabila dalam situasi damai dan kerja sama regional.
Terlebih, terdapat pengaruh dari negara-negara besar di kawasan.
"Luar biasa mereka (negara-negara besar) kompetisinya," kata Edy.
Terkait dengan fokus kedua, yakni pertumbuhan ekonomi, Edy mengatakan 90 persen perdagangan bergantung pada jalur laut.
Oleh karena itu, kerja sama dan kolaborasi antarnegara terkait dengan keamanan laut dibutuhkan untuk membuat suasana perdagangan yang lebih kondusif untuk pertumbuhan ekonomi nasional.
"Kalau misalnya ada kerja sama atau kolaborasi antara beberapa negara, akan jauh lebih baik," kata Edy.
Sebelumnya, Edy mengatakan bahwa selama sepuluh tahun, Presiden Joko Widodo memperjuangkan pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam strategi geopolitiknya.
Edy menilai Jokowi sudah melakukan pendekatan yang seimbang dalam upaya menjaga stabilitas kawasan dan memperjuangkan kepentingan Indonesia berupa pertumbuhan ekonomi.
Edy mengatakan bahwa presiden terpilih Indonesia, yakni Prabowo Subianto, akan melanjutkan perjuangan Jokowi.
Meski terdapat perbedaan pendekatan yang nantinya akan ditunjukkan oleh Prabowo, tutur Edy, posisi Indonesia dalam konstelasi geopolitik tetap bebas aktif.
Adapun perbedaan yang dimaksud, yakni pendekatan Prabowo yang lebih kosmopolitan, sedangkan Jokowi lebih kepada pendekatan berbasis budaya.
Berita Trending
- 1 Pemeintah Optimistis Jumlah Wisatawan Tahun Ini Melebihi 11,7 Juta Kunjungan
- 2 Dinilai Bisa Memacu Pertumbuhan Ekonomi, Pemerintah Harus Percepat Penambahan Kapasitas Pembangkit EBT
- 3 Permasalahan Pinjol Tak Kunjung Tuntas, Wakil Rakyat Ini Soroti Keseriusan Pemerintah
- 4 Sabtu, Harga Pangan Mayoritas Turun, Daging Sapi Rp131.990 per Kg
- 5 Desa-desa di Indonesia Diminta Kembangkan Potensi Lokal
Berita Terkini
- Periode Buruk Manchester City Berlanjut di Villa Park
- Gagal ke Semifinal, Capaian Terburuk Shin Tae-yong di Asean Cup
- Atletico Madrid Puncaki Klasemen Usai Permalukan Barca
- Pertahankan Gelar Kelas Berat, Usyk Salah Satu Petinju Terbaik Sepanjang Masa
- Tatum Gabung dengan Larry Bird Usai Cetak Triple Double saat Lawan Bulls