Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Pendanaan Bisnis | Regulator Perbankan California Tutup SVB Financial yang Selama Ini Danai "Startup"

“Startup" Akan Sulit Dapatkan Dana

Foto : ISTIMEWA
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Perusahaan rintisan atau startup di Indonesia berpotensi semakin sulit mendapatkan pendanaan setelah Silicon Valley Bank (SVB) di Amerika Serikat (AS) ditutup. Meski demikian, pelaku bisnis rintisan tetap optimistis terhadap prospek perkembangan startup ke depan.

Pengamat Ekonomi Digital dari Institut of Economic and Finance (Indef), Nailul Huda, menyebut startup bakal kesulitan mendapatkan pendanaan dari luar negeri. Sebab, porsi pendanaan dari AS ke startup digital di Tanah Air cukup besar.

"Untuk itu, sumber pendanaan dari dalam negeri untuk startup perlu ditingkatkan lagi guna mengantisipasi dampak tutupnya SVB yang merupakan bank AS yang berfokus pada pendanaan startup," jelasnya di Jakarta, Senin (13/3).

Apalagi, India juga sudah lebih dahulu memberikan perhatian untuk mengantisipasi pelemahan pendanaan startup.

Dia mengatakan penutupan SVB juga berpotensi membuat lembaga pembiayaan yang melantai di bursa terkena sentimen negatif.

Sebelumnya, Regulator Perbankan California menutup SVB Financial untuk melindungi simpanan nasabah dalam kegagalan bank terbesar sejak krisis keuangan AS. Krisis modal di SVB telah menekan saham bank-bank secara global.

SVB telah mencoba, tetapi gagal untuk menopang neracanya melalui penjualan saham yang diusulkan pada 8 Maret lalu.

"Ada dua dugaan yang saling terkait dari kasus SVB ini. Pertama adalah tingkat suku bunga AS yang meningkat tajam dan kedua pengelolaan dana yang buruk," kata Nailul.

Nasabah meminta dana untuk mereka untuk ditempatkan ke bank dengan suku bunga lebih tinggi, tapi di sisi lain kinerja startup yang mempunyai utang ke SVB juga sedang menurun.

Di sisi lain, Asosiasi Modal Ventura untuk Startup Indonesia (Amvesindo) sedang mengkaji dampak penutipan SVB. Amvesindo memperkirakan dampak penutupan SVB terhada startup di Indonesia relatif kecil.

Amvesindo beralasan sedikit modal ventura atau venture capital (VC) ataupun startup di Indonesia yang bekerja sama dengan SVB.

Tren Perkembangan

Sementara itu, praktisi dan juga mentor dari program Startup Studio Indonesia (SSI) besutan Kementerian Komunikasi dan Informatika Lingga Madu mengungkapkan tren pengembangan startup atau perusahaan rintisan relatif baik pada 2023.

Menurutnya salah satu sektor yang berpotensi berkembang pesat pada 2023 dan patut dijajal para startup pemula (early stage startup) ialah sektor pariwisata.

"Dengan banyaknya negara yang membuka pintu perbatasannya dan jumlah orang yang bepergian meningkat, saya melihat sektor travel (pariwisata) bisa lebih cepat bertumbuh dan memimpin," ujar Lingga dalam diskusi pembukaan SSI batch 6, pekan lalu.

Selain sektor pariwisata, Lingga juga menyebutkan sektor lainnya yang berpotensi tumbuh pada 2023 ialah e-commerce.

E-commerce dinilai tetap menjanjikan karena mampu menyediakan kebutuhan dasar masyarakat dengan cara yang lebih nyaman, variasi produk lebih banyak, serta harga yang lebih terjangkau.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartato, mengatakan optimistis kinerja ekonomi yang baik pada 2023 perlu didukung oleh potensi di sektor digital. Seperti diketahui, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi pada 2023 sebesar 5,3 persen.

Pada 2022, Indonesia disebut menjadi pemain utama di sektor digital Asean karena 40 persen dari total transaksi di kawasan Asia Tenggara berasal dari Indonesia.

Nilai ekonomi digital pada 2025 diprediksi mencapai 130 miliar dollar AS dan akan terus meningkat hingga 300 miliar dollar AS pada 2030.


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Muchamad Ismail, Antara

Komentar

Komentar
()

Top