Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Stafsus BPIP: Nilai Pancasila Belum Jadi Dasar Penting Etika Politik, Malah Masih Isu SARA

Foto : Istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

"Seharusnya, seseorang yang memakai nilai-nilai Pancasila dalam berpolitik itu mengedepankan nilai ketuhanan. Dia taat kepada Tuhan dan memiliki iman, sehingga memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan sebagai wujud ketaatannya. Dia tidak boleh diskriminatif, intoleran, dan membedakan suku etnis budaya; seharusnya dia berpihak pada kaum lemah dan yang terpinggirkan," jelasnya.

Dia pun menambahkan bukti bahwa etika berpolitik bangsa Indonesia belum berkiblat pada Pancasila.

"Lihatlah di sosmed, bagaimana (orang-orang) saling mengolok, mengejek, dan memberikan nama-nama buruk terhadap satu sama lain. Itu menunjukkan tidak ada nilai etis. Seharusnya, kita semua saling menjaga kebersamaan dan nama baik. Itulah wujud nilai persatuan. Kita boleh berbeda pandangan dan pendapat, tetapi tetap harus mencari titik temu, dengan musyawarah mufakat, dan itu menunjukkan nilai keadilan."

Benny juga menyebutkan apa yang membuatnya berani menyatakan bahwa etika berpolitik Indonesia masih belum sampai pada pengamalan Pancasila.

"Politik kita masih transaksional. Semua melihat dari, 'apa yang saya dapat?', melihat dari keuntungan pribadi. Oleh karena itu, politik menjadi kehilangan karakter, dan kesejahteraan umum hilang. Money politic, manipulatif, biaya tinggi, itu semua karena karakter Pancasila di keutamaan publik hilang," katanya.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Eko S
Penulis : Eko S

Komentar

Komentar
()

Top