Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Rapat Koordinasi KSSK - Imbal Hasil Investasi Portofolio di Indonesia Cenderung Masih Kompetitif

Stabilitas Sistem Keuangan Terjaga

Foto : afp
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Komite Kebijakan Sektor Keuangan (KSSK) menyatakan stabilitas sistem keuangan pada triwulan II- 2019 relatif stabil. Kondisi tersebut karena ditopang industri perbankan yang sehat.

Ketua KSSK, Sri Mulyani Indrawati dalam keterangannya menjelaskan tiga faktor yang memengaruhi sistem keuangan Indonesia. Pertama, ketidakpastian pasar keuangan global mulai menurun seiring berbagai langkah pelonggaran oleh bank sentral di negara maju yang kemudian diikuti oleh bank sentral di negara berkembang.

Kedua, imbal hasil investasi portofolio di Indonesia yang cenderung masih kompetitif dan menarik, sehingga meningkatkan aliran masuk modal asing ke dalam negeri. Data terakhir BI menunjukkan, aliran modal asing yang masuk ke Indonesia hingga 26 Agustus 2018 lalu mencapai 193,2 triliun rupiah yang terdiri dari investasi pada instrumen Surat Berharga Negara (SBN) sebesar 120,1 triliun rupiah dan di saham sebesar 72,1 triliun rupiah.

Hal ketiga, jelas Sri Mulyani, yakni membaiknya persepsi mengenai prospek perekonomian Indonesia dengan meningkatnya sovereign rating oleh Standard and Poor's pada Mei lalu. Perkembangan positif lainnya juga terlihat positif di sektor riil terutama meningkatnya optimisme para pelaku usaha setelah Pemilu.

"Perkembangan ini menyebabkan aliran modal asing ke Indonesia dan menyebabkan penguatan nilai tukar rupiah dan juga meningkatkan kinerja pasar obligasi negara maupun pasar saham," kata kata Menkeu usai rapat koordinasi KSSK di Jakarta, Selasa (30/7).

Rapat tersebut juga dihadiri anggota KSSK, yakni Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Wimboh Santoso dan Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Halim Alamsyah.

Bauran Kebijakan

Dari sisi kebijakan moneter, Gubernur BI, Perry Warjiyo mengatakan pihaknya semakin memperkuat bauran kebijakan melalui kebijakan moneter yang akomodatif dengan menurunkan Giro Wajib Minimum (GWM) 50 basis poin (bps) dan menurunkan suku bunga acuan BI 7 day Reverse Repo Rate 25 bps menjadi 5,75 persen.

"Kebijakan moneter tersebut juga didukung kebijakan makroprudensial yang akomodatif untuk mendorong penyaluran kredit perbankan dan memperluas pembiayaan bagi perekonomian," kata Perry.

Terkait pelonggaran moneter oleh bank sentral, Core Indonesia menilai penurunan BI 7-day Reverse Repo Rate akan mendorong pertumbuhan kredit nasional. "Pertumbuhan kredit selama paruh pertama 2019 ini menunjukkan angin segar karena masih tumbuh dua digit. Penurunan suku bunga BI pada pertengahan Juli ini diharapkan menjadi stimulus mendorong kredit lebih tinggi dan menggerakan ekonomi nasional," ujar Direktur Riset Core Indonesia, Piter Abdullah Redjalam.

Meski demikian, Piter mengatakan pertumbuhan kredit diproyeksikan tidak akan signifikan. Hal itu dikarenakan hanya Bank Umum Kelompok Usaha (BUKU) IV yang memegang peranan.

"Faktor pendorong kredit masih dipegang oleh Bank BUKU IV yang memiliki pertumbuhan dana pihak ketiga dan loanable fund yang tinggi. Sedangkan bank BUKU III masih terkendala masalah rasio kredit terhadap dana phak ketiga yang mencapai Iebih dari 100 persen," paparnya.bud/Ant/E-10


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Vitto Budi, Antara

Komentar

Komentar
()

Top