Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Wisata Bantul

Srikeminut, Desa Cantik di Lembah Kali Oya

Foto : Istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Perbukitan kapur dan lembah Kali Oya yang berpadu di Desa Wisata Srikeminut, menghadirkan bentang alam tidak biasa. Kreativitas warganya dalam menghadirkan atraksi wisata dan produk kuliner membuat desa ini diburu di setiap akhir pekan.

Di Imogiri, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, memiliki sebuah desa dengan pemandangan alam yang mengesankan. Terletak di kaki bukit dan tepi Kali Oya, suasana alam pedesaannya memikat ditambah dengan tradisi budaya masyarakat memberi kesan mendalam bagi mereka yang berkunjung.

Srikeminut demikian nama desa wisata itu. Secara administratif, destinasi ini berada di Desa Sriharjo, Kapanewon (wilayah setingkat kecamatan di Daerah Istimewa Yogyakarta/DIY) Imogiri, Kabupaten Bantul.

Namanya yang unik dan terkesan agak rumit, sebenarnya merupakan sebuah akronim yang diambil dari awalan dari kata dari Sriharjo, Kedungmiri, dan Wunut. Ketiganya adalah nama dusun yang bergabung dalam usaha Desa Wisata Srikeminut.

Lokasi dusun-dusun yang bergabung dalam nama Srikeminut ini merupakan pedukuhan yang berada paling timur dari 13 pedukuhan yang ada di Desa Sriharjo. Kebetulan ketiganya memiliki alam yang indah yang mendorong warga desa untuk memanfaatkannya menjadi desa wisata.

Nama Srikeminut menurut website Kelurahan Sriharjo disebut sebagai wujud semangat kerja sama tiga dusun yang menyadari adanya potensi alam, tradisi budaya, serta aktivitas lain yang dimiliki masing-masing. Harapannya hal ini dapat mewujudkan cita-cita sebagai desa wisata yang dapat meningkatkan derajat kesejahteraan warganya.

Berada di Lembah Bukit Seribu daerah wisata masyarakat Desa Wisata Srikeminut kini juga mengandalkan wisata alam dan budaya selain pertanian dan perkebunan dalam menggerakan perekonomian. Hal ini diharapkan dapat menambah pendapatan penduduknya.

Sensus penduduk pada 2020 desa tersebut memiliki jumlah penduduk laki-laki sebanyak 306 jiwa, perempuan 308 jiwa terdiri dari 197 kepala keluarga (KK). Mereka sebelumnya mayoritas bermata pencaharian sebagai petani sawah dan ladang.

Luas Desa Sriharjo sendiri mencapai 107 hektare dengan luas tegalan 41 hektare, luas persawahan 18 hektare dan luas pekarangan 48 hektare. Luas pekarangan cukup mendominasi karena desa ini memiliki perbukitan dengan tanaman keras di tanah miring yang cukup luas.

Wisata di desa ini telah beroperasi sejak 2004 namun daya tariknya hanya terdapat terasering. Setelah beberapa tahun terhenti, ketua pokdarwis dan masyarakat merenovasi dengan menambahkan tulisan Sriharjo di bukit terasering. Wisata desa sendiri mulai dibuka kembali pada awal tahun 2020 hingga sekarang.

Jarak dengan Srikeminut dengan pusat kota Yogyakarta sendiri sejauh 21,7 kilometer. Melewati Jalan Imogiri Barat, tempat ini bisa dicapai dalam waktu 47 menit. Jarak yang relatif dekat ini membuat desa ini banyak dikunjungi wisatawan dari Kota Yogyakarta terutama pada akhir pekan.

Banyak masyarakat Yogyakarta datang dengan berkendaraan mobil, sepeda motor, dan bahkan dengan sepeda ke tempat ini. Jalannya yang cukup datar membuat para sepeda tidak memenuhi tantangan berarti untuk sampai di tempat ini sambil menikmati suasana desa yang asri dan menyegarkan.

Srikeminut dibelah oleh Kali Oya yang pada titik wisata ini mengalir lurus dari arah timur ke barat. Kali ini nantinya bersatu dengan Kali Opak di Tempuran Kali Opak - Oya di Dusun Putat, Desa Selopamioro, Kapanewon Imogiri. Di sisi utara kali adalah perbukitan yang ditumbuhi dengan pepohonan tinggi yang disebut dengan Bukit Seribu.

Di bawah perbukitan ini memiliki sawah terasering seperti yang ada di Tegallalang Bali. Di titik tengah-tengah terasering inilah tempat tulisan Sriharjo berwarna putih berdiri. Kontras dengan warna hijau di latar belakangnya tempat ini menjadi spot selfie wajib bagi wisatawan yang berkunjung.

Pesona alam Srikeminut bukan hanya persawahan terasering. Daya Tarik lainnya adalah Air Terjun Watu Lawang, Panggung Sono Seneng, Puncak Watu Manjung, Puncak Ngledok, menara pandang Puncak Pengklik, Sungai Oya, Padang Batu Kali, jalur trekking, area berkemah, sepeda air, perosotan di sungai, dan wisata pertanian Techno Eco Edupark.

Techno Eco Edupark menjadi pelengkap pesona Srikeminut selain wisata alam dan budaya. Di sini dibangun laboratorium pengembangan teknologi pertanian yang terbuka untuk umum. Ada teknologi irigasi kabut, irigasi tetes, aquaponik, hidroponik, dan screen house.

Wisatawan juga dapat melihat aktivitas pertanian penduduk lokal yang bertanam dengan sistem tumpang sarinya. Bagi orang desa tentu hal ini biasa saja, namun bagi orang kota aktivitas ini menawarkan wawasan yang menarik.

Produk kuliner lokal asli Srikeminut adalah aneka makanan dari bahan gadung, singkong, dan sayur mayur seperti pecel, tiwul, keripik gadung.

Desa wisata ini juga menawarkan atraksi budaya yang dimainkan pada acara tertentu. Kesenian-kesenian yang ada ditampilkan di Panggung Sono Seneng yang mirip dengan amfiteater warisan Yunani kuno. Panggung ini dibuat melingkar dengan tempat duduk bertingkat sehingga pandangan penonton tidak terhalang.

Beberapa diantaranya adalah jathilan atau jaran kepang atau kuda kepang. Kesenian ini menampilkan penari dengan dandanan tertentu yang seolah menunggangi kuda, yang terbuat dari bahan kayu. Selain ada gejog lesung atau menabuh alat penumbuk yang menghasilkan suara menarik.

Lainnya berupa kesenian karawitan. Kesenian ini berupa membunyikan alat musik gamelan dengan suara yang bertangga nada slendro dan pelog. Istilah ini berasal dari bahasa Jawa yaitu kata rawit yang berarti halus dan lembut.

Kesenian lainnya adalah ketoprak, sebuah kesenian rakyat memuat berbagai unsur kesenian lainnya. Dalam suatu pementasan ketoprak ada unsur karawitan, tari, dagelan, tembang, tata artistik bahkan seni peran berkolaborasi untuk memainkan sebuah lakon.

Kesenian lainnya adalah berupa pementasan musik campursari. Ada juga hadroh yang menampilkan nyanyian dengan iringan rebana dengan lantunan sholawat nabi.

Produk Kuliner

Masyarakat Desa Srikeminut mengembangkan produk kuliner dengan berbagai bahan yang didapat dari tanah sendiri seperti gadung, singkong, dan sayur mayur seperti pecel, tiwul, keripik gadung yang dijual di tempat. Pada laman srikeminut.com terpampang produk Bubuk Cabai, Kerupuk Nyegrak, Bir Pletok, Tempe Koro, dan Wedang Jahe Instan yang bisa dibeli sebagai oleh-oleh.

Bubuk Cabai dijual pada harga 20.000, Kerupuk Nyegrak 10.000 rupiah, Tempe Koro 3.000 rupiah, Bir Pletok Hot 6.000 rupiah, dan Wedang Jahe Instan 25.000 rupiah. Produk ini diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah bagi hasil pertanian sesuai dengan cita-cita meningkatkan derajat warganya.

Produk Cabai Bubuk terbuat dari cabai yang disangrai dan dihaluskan ditambah bumbu-bumbu lain yang menambah cita rasa bubuk cabai ini. Produk ini dapat dikonsumsi sebagai bahan pelengkap dalam hidangan. Produk ini juga dirancang untuk memperpanjang umur simpan cabai hingga kurang lebih 1 tahun.

Kerupuk Nyegrak terbuat dari bahan utama tepung tapioka yang dipadukan dengan nasi dan ditambahkan bumbu berupa bawang putih, garam, micin, terasi, gula dan ketumbar. Kerupuk ini memiliki rasa pedas yang unik dengan sedikit rasa tajam karena terbuat dari cabai segar. Selain itu tentunya terdapat rasa gurih dan umami yang berasal dari rempah-rempah tambahan untuk melengkapi cita rasa produk kami.

Bir Pletok adalah minuman tradisional yang terbuat dari campuran berbagai rempah-rempah, mencakup komponen seperti sereh, kayu manis, secang, daun pala, dan kapulaga. Selain itu, minuman ini diperkaya dengan tambahan gula batu dan jahe emprit, yang dapat diatur sesuai dengan selera individu.

Proses penyajian Bir Pletok melibatkan merebus campuran rempah-rempah yang telah dikemas bersama dengan jahe dan gula batu, menggunakan air panas. Keunikan dari Bir Pletok adalah bahwa campuran ini dapat diseduh hingga enam kali penyajian yang berbeda.

Berbeda dengan tempe, kedelai Tempe Koro merupakan variasi tempe yang dihasilkan dari penggunaan kacang koro sebagai bahan dasarnya. Tempe ini hadir sebagai alternatif yang menarik dan menghadirkan variasi rasa.

Seiring dengan perkembangan zaman, berbagai jenis kacang-kacangan telah digunakan untuk menciptakan inovasi dalam pembuatan tempe. Tempe Koro Bacem yang dimasak dengan cara dibacem adalah salah satu varian yang menonjol dengan rasa yang manis dan gurih, serta memiliki tekstur yang unik.

Wedang Jahe Instan adalah produk minuman yang dirancang untuk memudahkan konsumen dalam menikmati segarnya wedang jahe dengan cepat dan praktis. Dibuat dengan menggunakan rempah-rempah pilihan yang berasal dari Dusun Wunut.

Produk Wedang Jahe Instan menawarkan kualitas terbaik dengan bahan-bahan alami yang telah dikeringkan. Produk ini hadir dalam kemasan botol yang siap seduh, memungkinkan pengguna untuk dengan mudah menyajikan minuman ini dengan hanya menambahkan air hangat.

Rempah-rempah yang digunakan dipilih dengan cermat untuk menghadirkan cita rasa wedang jahe yang otentik dan lezat. Proses pengeringan rempah-rempah dari Dusun Wunut, Sriharjo bertujuan untuk menjaga kualitas dan kesegaran bahan, sehingga aroma dan rasa alami jahe tetap terjaga dalam setiap sajian. Kemudian, produk ini dikemas dalam botol yang memadukan kepraktisan dan keamanan.

Bagi yang ingin bermalam di Srikeminut tersedia 10 homestay berupa rumah-rumah warga. Supomo Homestay misalnya memiliki tiga, masing-masing dirancang untuk menampung 2-3 tamu. Di setiap kamar, kasur yang lembut dan bantal-guling siap memberikan tidur yang nyenyak.

Lemari dan meja di kamar memberikan ruang untuk penyimpanan. Sedangkan meja memberikan fasilitas bagi mereka yang ingin tetap produktif dengan bekerja dari jarak jauh. Yang menarik meski jauh dari kota tempat homestay ini menyediakan koneksi WiFi bagi tamunya. hay/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top