Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Solusi Berkelanjutan Wirausaha yang Ubah Pengendalian Populasi Rusa Liar

Foto : NHK

Produk Kulit Rusa l Wirausahawan Daiki Kasai sedang membuat pola pada kulit rusa di studionya di Kota Kasagi, Kyoto, Jepang, beberapa waktu lalu. BIsnis Kasai ini merupakan solusi berkelanjutan dari upaya pengendalian rusa liar yang populasi terus membengkak.

A   A   A   Pengaturan Font

Populasi rusa liar melonjak sangat tinggi dalam sejumlah wilayah pedesaan di Jepang. Hal itu menjadi sumber kejengkelan bagi orang-orang yang tinggal di sana. Hewan-hewan itu merusak tanaman dan mengakibatkan kecelakaan lalu lintas. Para pemburu terus memusnahkan hewan-hewan itu, tetapi kini seorang wirausaha muda di Kyoto mendapat solusi yang lebih berkelanjutan.

Daiki Kasai tumbuh besar di kawasan perkotaan dan dulunya tidak terlalu memikirkan mengenai rusa liar hingga ia melihat tumpukan bangkai yang dibuang para pemburu di pinggiran Provinsi Kyoto. Ia mendapati bahwa 90 persen dari rusa dan babi hutan yang dibunuh pemburu dibuang begitu saja tanpa dimakan.

Ia merasa ini menyia-nyiakan sumber daya. Jadi, ia memutuskan untuk menciptakan model yang lebih berkelanjutan.

Saat masih kuliah, ia memulai bisnis penangkapan rusa liar di Kasagi, sebuah kota kecil di Provinsi Kyoto, dan menjual daging rusa itu.

Masahide Fujikawa, pimpinan Divisi Manajemen Alam Liar dan Lingkungan Hidup Pedesaan Kementerian Pertanian Jepang, mengatakan bahwa pemburuan sudah menjadi kebutuhan di kawasan luar kota di Jepang.

"Kerusakan tanaman pada tahun fiskal 2021 mengakibatkan kerugian bagi para petani sekitar 15,5 miliar yen atau sekitar 120 juta dollar AS dan rusa liar merupakan penyebab terbesarnya," ungkap Fujikawa.

Ia pun mengatakan hewan-hewan itu juga menimbulkan ancaman keselamatan, karena sering bertabrakan dengan mobil dan kereta. Tiap tahun, rusa liar ini menyebabkan ribuan kecelakaan kendaraan, beberapa bahkan berakibat fatal.

Polisi Jepang melaporkan catatan rekor 4.000 kecelakaan akibat tabrakan dengan rusa liar pada tahun lalu. Artinya, terjadi kecelakaan lebih dari 10 kali dalam satu hari. Ini bukan hanya menjadi masalah di wilayah pedesaan.

Sedangkan perusahaan kereta melaporkan bahwa kereta-keretanya sering mengalami penundaan atau layanannya ditangguhkan karena menabrak rusa liar. Jumlah insiden tersebut tercatat mencapai rekor 2.600 kasus pada tahun fiskal lalu.

Untuk mengatasi problem itu operator kereta telah mengambil langkah pencegahan, misalnya dengan membangun pagar, menebang pohon, dan memangkas dedaunan agar masinis bisa lebih mudah melihat keberadaan binatang itu.

Banyak kecelakaan yang melibatkan rusa liar terjadi pada akhir musim gugur, dengan sekitar 40 persen dari jumlah total insiden tercatat pada Oktober dan November. Pakar mengatakan perilaku binatang menjadi lebih aktif pada masa itu karena tengah musim kawin.

Tidak jelas apa yang menjadi latar belakang peningkatan tersebut. Para peneliti mengungkapkan sejumlah hal yang menjadi penyebabnya, termasuk populasi rusa liar yang meningkat, berkurangnya jumlah pemburu dibandingkan sebelumnya, serta pembangunan yang merambah hutan rimba yang membuat binatang mendekati daerah padat penduduk.

Penangkapan Hidup-hidup

Sementara itu masalah yang dihadapi Kasai adalah daging rusa cepat membusuk setelah hewan itu dibunuh.

"Jika hewan itu dibunuh terlalu jauh dari tempat pengolahan, dagingnya mungkin tidak bisa dikonsumsi manusia saat tiba di tempat pengolahan. Itulah alasannya mengapa rusa yang dimusnahkan harus segera dikubur," tutur dia.

Kasai mencoba mengubah praktik ini dengan metode tangkap hidup-hidup yang ditemukannya. Metode ini memerlukan lebih banyak keahlian dan kekuatan fisik dibandingkan berburu secara tradisional.

Ia mengatakan metode ini menghasilkan daging berkualitas lebih tinggi karena darah hewannya bisa dikeluarkan dengan cepat setelah disembelih. Metode ini mengurangi bau bangkai, yang membuatnya jadi lebih disukai oleh konsumen Jepang. Cara ini memungkinkannya untuk menyembelih rusa sesuai permintaan.

Kasai meluncurkan bisnis itu sesaat sebelum wabah Covid-19 dan mengatakan 80 persen penjualannya sempat berupa penjualan langsung ke pelanggan melalui laman internetnya atau platform lain seperti aplikasi pasar loak.

Ia mempromosikan daging itu sebagai pilihan yang sehat, rendah lemak, dan tinggi protein. Ia juga menawarkannya dalam beragam bentuk, mulai dari dendeng rusa hingga sosis daging rusa.

Namun, dari satu ekor rusa hanya sekitar 20 persen bagian yang bisa diproses menjadi daging konsumsi. Kasai ingin menggunakan lebih banyak bagian hewan itu. Jadi, ia mulai membuat produk kulit.

Kulit rusa memerlukan waktu dan upaya untuk memprosesnya, tetapi lembut dan tahan lama. Kasai melabeli semua produknya dengan emblem yang menampilkan tiga serigala. "Idenya adalah serigala sebagai musuh alami rusa akan digantikan oleh saya dan rekan-rekan saya," ungkap dia.

Kasai lalu mengatakan dirinya berharap bisnisnya akan menjadi model bagi orang lain. Ia ingin bisnis ini pada akhirnya mengubah persepsi mengenai rusa liar di Jepang dari penyebab gangguan menjadi sumber daya setempat yang berharga. NHK/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Ilham Sudrajat

Komentar

Komentar
()

Top