Nasional Luar Negeri Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona Genvoice Kupas Splash Wisata Perspektif Edisi Weekend Foto Video Infografis
Tragedi Medis

Skandal Thalidomide yang Guncang Dunia Farmasi

Foto : afp/ Adnan Beci
A   A   A   Pengaturan Font

Dunia pernah mengalami tragedi dunia farmasi. Pemberian obat penenang thalidomide untuk mengatasi mual pada ibu hamil, menyebabkan terjadi embriopati atau penyakit embrio yang berdampak pada banyak bayi cacat dari lahir di berbagai negara.

Thalidomide (alpha-phthalimido-glutarimide) awalnya dikembangkan sebagai obat antikonvulsan yaitu obat yang dikembangkan untuk menghambat penyebaran kejang di otak dengan menekan penembakan neuron yang cepat dan berlebihan. Namun akhirnya ditemukan tidak cocok untuk indikasi ini.

Selama uji coba secara tidak sengaja diketahui memiliki sifat penenang. Ini pertama kali diperkenalkan ke dalam pengobatan klinis di Jerman pada 1957 dan kemudian didistribusikan di Eropa, Inggris, dan Australia, oleh banyak perusahaan dengan beberapa nama dagang berbeda seperti Contergan, Distaval, dan Kevadon.

Thalidomide dipasarkan untuk berbagai indikasi klinis, meskipun kegunaan utamanya adalah sebagai obat penenang. Kemudian senyawa termasuk thalidomide diperkenalkan untuk sejumlah indikasi termasuk asma (Asmaval), hipertensi (Tensival) dan migrain (Valgraine).

Widukind Lenz dalam laporannya berjudul A Short History of Thalidomide (1988) menurutkan obat ini juga diresepkan bagi perempuan untuk mengatasi mual di pagi hari selama awal kehamilan. Kasus embriopati atau penyakit embrio yang terkait dengan thalidomide pertama yang diketahui terjadi pada bayi perempuan yang lahir tanpa telinga di Jerman pada 1956.

Ayahnya yang bekerja di perusahaan farmasi Grünenthal yang membuat pil Thalidomide dan memberikan sampel gratis kepada istrinya selama awal kehamilan. Beberapa kasus lain terkait dengan perempuan yang mengambil sampel sebelum obat tersebut dipasarkan di Jerman mulai 1957.

Pada 1961, seorang dokter anak Jerman, Lenz, melaporkan dua kasus bayi dengan kelainan anggota tubuh bawaan pada konferensi pediatri Jerman. Ia mendalilkan bahwa paparan ibu terhadap thalidomide selama kehamilan adalah penyebab utama cacat ini.

Satu bulan kemudian, pada Desember 1961, William McBride, seorang dokter kandungan Australia, menulis surat kepada Lancet yang menggambarkan kasus-kasus cacat anggota tubuh parah yang tidak biasa pada bayi yang lahir dari ibu yang menggunakan thalidomide pada awal kehamilan. Ia mencatat bahwa sekitar 20 persen bayi yang terpapar memiliki bukti kelainan tulang termasuk cacat polidaktili, sindaktili, dan pengurangan anggota badan.

Setelah kasus-kasus awal ini, laporan lebih lanjut mengenai bayi-bayi yang terkena dampak datang dari berbagai negara di seluruh dunia dimana obat tersebut tersedia termasuk, antara lain, Inggris, Kenya, Swedia, Jepang, Belgia, Swiss, Kanada, Peru dan Brasil. Hanya ada sedikit kasus yang dilaporkan di AS, karena FDA tidak mengizinkan obat tersebut dirilis kecuali untuk uji klinis.

Otoritas di AS kekhawatiran karena adanya laporan dari Eropa mengenai neuropati perifer atau kondisi yang terjadi karena ada kerusakan pada saraf perifer atau saraf tepi yang tidak dapat diubah. Dunia medis mengetahui, obat yang menyebabkan kerusakan saraf berpotensi menimbulkan efek yang signifikan tentang perkembangan embrio.

Tanpa Resep

Karena obat ini tersedia tanpa resep di Jerman, jumlah anak-anak yang terkena dampak di sana lebih banyak dibandingkan di negara lain di dunia. Ketika tingkat penggunaan thalidomide meningkat pada akhir 1950-an dan awal 1960-an, terjadi peningkatan jumlah kasus embriopati thalidomide.

Puncaknya terjadi pada 1961 dan 1962 di Jerman, dengan masing-masing 1.515 dan 927 kasus dilaporkan. Jumlah kejadian yang tinggi ini karena obat ini tersedia di berbagai negara pada waktu yang berbeda.

Epidemi kasus dapat dilacak yang terlihat tujuh hingga delapan bulan setelah obat tersebut pertama kali diperkenalkan ke pasar. Misalnya, di Kanada, thalidomide tidak dipasarkan sampai April 1961 dan, akibatnya, epidemi kasus baru dimulai pada Desember 1961.

Karena kekhawatiran mengenai potensi efek teratogenik, thalidomide ditarik dari pasaran. Namun, seperti halnya ketika obat ini diperkenalkan, penghentian obat terjadi dalam jangka waktu tertentu dan, sebagai konsekuensinya, berakhirnya epidemi embriopati thalidomide dapat didokumentasikan berdasarkan kapan obat tersebut ditarik dari pasar di berbagai negara.

"Di Jerman, thalidomide ditarik kembali pada November 1961. Seperti yang diperkirakan, terjadi penurunan tajam dalam jumlah kasus yang dilaporkan setelah Juli/Agustus 1962 (delapan hingga sembilan bulan setelah penarikan tersebut)," tulis Lenz.

Baru-baru ini, thalidomide telah muncul sebagai pengobatan potensial untuk sejumlah kondisi, seperti karsinoma hepatoseluler, penyakit graft-versus-host kronis, ruam akibat lupus eritematosus sistemik, sindrom Behçet, penyakit radang usus, kanker prostat, kanker payudara metastatik, rheumatoid arthritis dan komplikasi AIDS (tukak aphthous, diare, degenerasi makula, cachexia dan sarkoma Kaposi).

Pada 1998, FDA menyetujui penggunaannya untuk pengobatan eritema nodosum leprosum (ENL). Sejak itu, sejumlah kasus embriopati thalidomide telah dilaporkan di Amerika Selatan, namun tidak ada satupun kasus di AS, dimana program peresepan dan penyaluran yang ketat diterapkan dan tampaknya telah berhasil hingga saat ini dalam mencegah paparan thalidomide pada kehamilan.

Thalidomide merupakan teratogen sejati yang dapat menyebabkan cacat lahir tanpa adanya toksisitas atau keracunan pada ibu. Salah satu prinsip teratologi yang paling penting adalah adanya periode kritis dimana suatu organisme paling rentan terhadap efek teratogenik dari agen tertentu. Periode kritis ini berbeda-beda menurut spesiesnya (masa kehamilannya berbeda-beda).

Pada manusia, masa kritis paparan thalidomide adalah 34-50 hari setelah masa menstruasi terakhir (LMP). Dalam teks biologi dan ilmu pengetahuan dasar, usia kehamilan sering dikutip sebagai pasca konsepsi, yang umumnya terjadi dua pekan setelah HPS.

Jadi periode kritis paparan thalidomide adalah 20-36 hari setelah pembuahan. Karena sistem organ yang berbeda berkembang pada waktu yang berbeda, jenis cacat lahir yang terlihat setelah paparan thalidomide bergantung pada waktu kehamilan saat paparan.

Penting juga untuk menekankan bahwa paparan thalidomide yang terjadi setelah masa kritis perkembangan diperkirakan tidak akan menyebabkan anomali struktural. Berita utama di seluruh dunia terkait tragedi thalidomide menyebabkan kontrol yang lebih ketat terhadap obat-obatan baru, secara umum, dan peresepan untuk perempuan hamil pada khususnya. hay/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top