Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Kesinambungan Usaha | Bapanas Berperan Jembatani Komunikasi Kerja Sama Bisnis

Sinergitas Antardaerah Bantu Atasi Masalah Pangan

Foto : ISTIMEWA
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Sinergitas antardaerah dinilai efektif menjembatani menjaga kesinambungan produksi pakan dan peternakan. Karena itu, pemerintah pusat perlu mengawal dan memastikan bahwa kerja sama antardaerah itu berkelanjutan atau tidak putus di tengah jalan.

Peneliti Mubyarto Institute, Awan Santosa, menegaskan pemerintah harus hadir setiap persoalan petani. Kehadiran tersebut dmaksudkan agar produsen pangan tidak kehilangan minat untuk bertani atau berternak.

"Kerja sama daerah surplus dan defisit itu sudah benar, tinggal selanjutnya pemerintah harus bisa pastikan itu terus berlanjut, jangan sampai hanya di pertama saja," tegasnya kepada Koran Jakarta, Senin (8/7).

Sebelumnya, pemerintah mendorong kerja sama antardaerah dalam mengatasi masalah perunggasan di daerah dengan menggalang pemenuhan kebutuhan daerah yang defisit dari daerah surplus. Langkah itu dimaksudkan demi menjaga kesinambungan usaha perunggasan.

Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas/ NFA), Arief Prasetyo Adi, mengutarakan pihaknya membangun komunikasi dan mewujudkan keterhubungan kebutuhan, sehingga petani jagung dan peternak unggas dapat saling bersinergi bersama BUMN pangan.

"Hari ini adalah titik awal kita membangun ekosistem pangan, khususnya untuk telur peternak di Blitar dan petani jagung di Bima dan Dompu. Ini harus berhasil," ucap Arief saat hadir dalam kegiatan bertajuk Penyerapan Jagung dari Bima dan Dompu Nusa Tenggara Barat (NTB) oleh Rumah Kebersamaan Peternak Layer Mandiri Blitar Kediri Tulungagung Ngalam Trenggalek (BKT NT), di Gudang Perum Bulog Bence, Blitar, Jawa Timur, pekan lalu.

Menurutnya, kerja sama ini bagus sebab benar-benar B2B (business to business) dilakukan oleh teman-teman peternak di Blitar, Kediri, Tulungagung, Malang, dan Trenggalek bareng teman-teman petani di Bima dan Dompu.

Adapun mobilisasi jagung petani asal Bima dan Dompu NTB dilakukan tanpa menggunakan APBN. Sejak Mei-Juni, realisasi skema ini menyentuh 1.898 ton dengan rincian jagung dari Bima 1.505,2 ton dan Dompu 392,7 ton, sementara targetnya sampai 5.000 ton.

Penjembatan Komunikasi

Bapanas berperan sebagai penjembatan komunikasi dan skema B2B tersebut dilaksanakan bersama Bulog.

"Ada yang hebat lagi. Tadi saya kaget juga. Jadi saat selesai kirim jagung ke sini, balik ke sana membawa telur. Jadi daerah seperti NTB yang memang memerlukan telur, truknya kembali tidak kosong. Harganya pun terjangkau, sekitar 50 ribu rupiah untuk satu papan atau kurang lebih dua kilo," ungkapnya.

Pada kegiatan tersebut turut dilakukan penandatanganan perjanjian kerja sama antara Bulog dengan BKT NT. Ke depannya akan diterapkan harga pre-sale untuk para peternak berupa 4.900 rupiah per kilogram (kg) jika dibeli dalam satu bulan dan 5.000 rupiah per kg jika dibeli dalam dua bulan.

"Dengan adanya BKT NT, Bulog, dan teman di sentra produksi jagung, ini jadi ekosistem yang ideal. Dulu importasi jagung karena memang produksinya tidak ada. Tapi kalau produksinya sudah ada, stop impor lalu optimalkan produksi dalam negeri. Nah, untuk bisa mengoptimalkan produksi dalam negeri harus ada namanya standby buyer seperti sekarang ini," lanjutnya.

Bupati Blitar, Rini Syarifah, berjanji akan menindaklanjuti dengan melaksanakan perjanjian kerja sama pula dengan Pemerintah Kota Bima dan Pemerintah Kabupaten Dompu. "Jadi (ini) bukti kalau pemerintah hadir untuk memfasilitasi peternak-peternak kita yang membawa Blitar ini sebagai penghasil telur terbesar se-Indonesia. Kami ini suplainya 30 persen nasional," ujar Rini.


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini

Komentar

Komentar
()

Top