Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Pemborosan Pangan - Sampah Makanan Capai 21 Juta Ton Per Tahun

Siapkan Strategi Atasi "Food Waste"

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Pemerintah turut memberikan perhatian terhadap masalah pemborosan pangan di Indonesia. Sebab, RI menghasilkan sampah makanan sebanyak 21 juta ton per tahun. Laporan Badan Pangan Nasional (Bapanas) hingga saat ini baru sekitar 52 ribu kilogram (kg) pangan yang baru bisa diselamatkan.

Hal itu disampaikan dalam Focus Group Discussion (FGD) yang membahas Peta Jalan Gerakan Nasional Pengurangan Kehilangan dan Pemborosan Makanan di Jakarta, Senin (25/9). Utusan Khusus (Utsus) Presiden RI bidang Kerja Sama Pengentasan Kemiskinan dan Ketahanan Pangan, Muhamad Mardiono, mengatakan menurut laporan The United Nations Environment Programme (UNEP) pada 2021, Indonesia memproduksi sampah makanan mencapai 21 juta ton per tahun. Sementara persentase volume timbunan sampah makanan di Indonesia dapat mencapai 19,45 juta ton.

Terkait masalah ini, Mardiono mengatakan Bapanas yang memiliki peran utama berkaitan dengan ketahanan pangan dan isu kehilangan dan pemborosan makanan atau (FLW) ini.

"Bapanas adalah yang mengemban amanat dari Presiden terkait pangan, di sini kami memberikan support. Secara aktualisasi, Bapanas bekerja sama dengan banyak pihak dalam melakukan aksi pengurangan food waste melalui suatu sistem," ujar Mardiono.

Dia memaparkan penyusunan peta jalan Gerakan Nasional Pengurangan Kehilangan dan Pemborosan Makanan turut melibatkan tokoh-tokoh lintas agama, karena meyakini setiap agama tentu mengajarkan pemeluknya untuk menjauhi pemborosan atau mubazir.

Kepala Bapanas, Arief Prasetyo Adi, mengatakan sejak 2022, pihaknya menginisiasi Gerakan Selamatkan Pangan dengan pilot project menyasar di wilayah Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi). Bapanas menfasilitasi aksi penyelamatan pangan melalui penyediaan mobil logistik dan food truck, serta upaya kolaboratif dengan para donatur pangan dan penggiat Selamatkan Pangan.

"Sampai 25 September, jumlah pangan yang telah berhasil diselamatkan tercatat 52.785,68 Kg. Ini berasal dari ritel, hotel, katering, industri pangan, toko kue, dan roti yang masih layak dan aman dikonsumsi. Selanjutnya, NFA bersama lembaga penggiat Selamatkan Pangan menyalurkan kepada masyarakat yang membutuhkan. Ini konsisten terus kami jalankan," jelas Arief.

Perlu Kolaborasi

Lebih lanjut, Arief menekankan upaya penanganan urusan pangan memerlukan komitmen dan kolaborasi dengan banyak pihak. "Kolaborasi adalah kunci utama karena menyelesaikan masalah pangan sangat memerlukan komitmen bersama dengan mengusung semangat gotong royong. Bapanas senantiasa bekerja sama dengan kementerian/ lembaga terkait, Organisasi Perangkat Daerah (OPD) lintas sektor di 38 provinsi dan 514 kabupaten/ kota, serta melibatkan BUMN, Satgas Pangan, swasta, asosiasi, civitas akademika, dan para pakar ahli untuk mewujudkan Gerakan Selamatkan Pangan," beber Arief.

Terkait isu kehilangan dan pemborosan makanan atau Food Loss and Waste (FLW), Arief Prasetyo, memaparkan tiga langkah dalam menjaga ketahanan pangan, yaitu Better Nutrition, Better Behavior, dan Better Collaboration.

"Kami juga terus mengimbau masyarakat untuk senantiasa menerapkan Stop Boros Pangan serta Belanja Bijak. Ini dapat mengurangi food loss and waste, stabilisasi harga pangan, dan menumbuhkan toleransi kepada masyarakat yang lebih membutuhkan," pungkas Arief.


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini

Komentar

Komentar
()

Top