Shukrayaan, Wahana India untuk Pelajari Planet Venus
Foto: IstimewaIndia bertekad maju menjadi negara yang unggul dalam teknologi luar angkasa. Setelah Chandrayaan-3 yang berhasil mendarat di Bulan, negara ini meluncurkan empat misi lagi salah satunya adalah Shukrayaan, wahana untuk mempelajari Venus.
India telah memberikan lampu hijau untuk empat proyek luar angkasa terbarunya terutama setelah keberhasilan peluncuran Chandrayaan-3. Misi dimaksud meliputi pengiriman sampel Bulan Chandrayaan-4, wahana pengorbit Venus bernama Shukrayaan-1, dan Gaganyaan yang mencakup peluncuran modul stasiun luar angkasa bernama Bharatiya Antariksh Station (BAS), dan the Next Generation Launch Vehicle (NGLV).
Untuk proyek luar angkasa ini pemerintah India mengalokasikan 2,7 miliar dollar AS untuk proyek-proyek ambisius tersebut. Angka ini dinilai sebagai sebuah investasi besar yang menurut para pejabat pasti akan mendorong partisipasi maksimum dari sektor swasta yang sedang berkembang di negara tersebut.
"Visi dan peta jalan luar angkasa India yang ambisius kini telah diberi sayap untuk terbang tinggi," kata ketua India Space Research Organization (ISRO), S Somanath kepada saluran berita India NDTV, dikutip dari space.com.
Dana tersebut disetujui pada 18 September lalu oleh kabinet negara yang diketuai oleh Perdana Menteri Narendra Modi. Anggaran sebesar itu mencakup 253 juta dollar AS untuk misi ke India ke Bulan dengan misi Chandrayaan-4.
Misi Chandrayaan-4 sendiri bertujuan untuk mengumpulkan sejumlah sampel yang tidak ditentukan di Shiv Shakti Point. Lokasi ini merupakan pendaratan wahana antariksa Chandrayaan-3 yang sekarang tidak aktif di dekat kutub selatan Bulan.
Bagi negara-negara penjelajah antariksa, wilayah tersebut sangat menarik karena adanya es. Menurut para ilmuwan es yang ada dapat ditambang untuk mendukung kehidupan dan bahan bisa menjadi salah satu bahan bakar roket.
Misi Chandrayaan-4 sendiri akan menjadi upaya kompleks yang akan meluncurkan empat modul melalui dua peluncuran roket LVM-3. Roket pertama akan mengangkut wahana pendarat dan wahana pengumpul sampel yang akan mendarat di tepi kawah yang belum ditentukan di dekat kutub selatan Bulan.
Sementara roket kedua akan menerbangkan modul transfer dan modul masuk kembali dan tetap berada di orbit Bulan. Wahana ini akan diluncurkan dari permukaan Bulan setelah sampel dikumpulkan dan memindahkan muatannya yang berharga ke modul re-entry, yang kemudian akan kembali ke Bumi untuk mendarat dengan aman.
Menurut para ilmuwan penerbangan itu bukan hal yang mudah. Ada berbagai tantangan teknis, terutama untuk meluncur kembali ke Bumi dari permukaan Bulan, terutama untuk lolos dari gravitasi Bulan yang memang lebih kecil dari gravitasi Bumi.
"Ada tantangan teknik yang signifikan untuk dipecahkan terkait kemampuan untuk meluncurkan kembali dari permukaan bulan, lolos dari gravitasi Bulan, dan kembali ke Bumi," kata Direktur Laboratorium Penelitian Fisik di Gujarat, Anil Bhardwaj, yang terlibat dalam banyak misi planet India, kepada surat kabar harian India Mint.
Meskipun demikian, pemerintah India terus maju dengan rencana pengambilan sampel yang ambisius untuk terus membangun negara itu sebagai negara adikuasa luar angkasa. Misi tersebut diharapkan menjadikan negara itu mandiri dalam teknologi dasar untuk misi berawak di masa depan.
"Misi ini akan memungkinkan India untuk mandiri dalam teknologi dasar yang penting untuk misi berawak, pengambilan sampel bulan, dan analisis ilmiah sampel Bulan," menurut pernyataan pemerintah. "Misi ini juga akan memastikan pembentukan fasilitas untuk kurasi dan analisis sampel yang dikembalikan, yang akan menjadi aset nasional," imbuh mereka.
Perluas Anggaran
Dana bagi program penerbangan luar angkasa berawak Gaganyaan India kini mencapai 2,4 miliar dollar AS setelah kabinet memberikan tambahan 1,35 miliar dollar AS. Anggaran yang diperluas ini akan mendukung persyaratan perangkat keras tambahan dan uji terbang tanpa awak keempat untuk misi tersebut, menurut pernyataan kabinet.
Uji terbang pertama, yang disebut G1, dijadwalkan akhir tahun ini, dengan penerbangan berikutnya, G2, G3, dan G4 yang baru ditambahkan akan selesai pada tahun 2026. Negara tersebut telah mengungkapkan empat pilot Angkatan Udara India yang akan menjadi awak penerbangan Gaganyaan pertama, H1, yang dijadwalkan lepas landas tahun depan.
Awak akan menghabiskan tiga hari di orbit pada ketinggian sekitar 400 kilometer di atas Bumi. Jika berhasil, India akan menjadi negara keempat yang memiliki kemampuan untuk meluncurkan manusia ke luar angkasa secara mandiri, setelah Amerika Serikat, Russia, dan Tiongkok.
Pada 18 September lalu, pejabat kabinet juga memberikan lampu hijau untuk pengembangan modul pertama stasiun luar angkasa India yang disebut Stasiun Bharatiya Antariksh (BAS). Modul pertama stasiun tersebut, BAS-1, akan diluncurkan ke orbit Bumi rendah (LEO) pada bulan Desember 2028 dan seluruh stasiun akan beroperasi pada tahun 2035, menurut pernyataan pemerintah baru-baru ini.
Pada hari yang sama, kabinet juga menyetujui anggaran sekitar 147 juta dollar AS untuk misi pertama India ke Venus yang dikenal sebagai Misi Pengorbit Venus (Venus Orbiter Mission/VOM) atau dalam bahasa setempat disebut Shukrayaan.
Shukrayaan-1 adalah pengorbit yang diusulkan ke Venus oleh ISRO untuk mempelajari permukaan dan atmosfer Venus. Dana untuk proyek ini telah dikeluarkan pada tahun 2017 untuk menyelesaikan studi pendahuluan dan permintaan untuk instrumen telah diumumkan.
Pengorbit, tergantung pada konfigurasi akhirnya, akan memiliki kemampuan muatan sains sekitar 100 kilogram dengan daya 500 W yang tersedia. Orbit elips awal di sekitar Venus diperkirakan memiliki 500 kilometer pada periapsis dan 60.000 kilometer pada apoapsis.
Peluncuran pengorbit yang ditargetkan akan berlangsung pada Maret 2028, lima tahun lebih lambat dari yang direncanakan, menurut pernyataan pemerintah. Sebesar 99 juta dollar AS akan dihabiskan untuk wahana antariksa yang tengah dikembangkan oleh ISRO. Anggaran yang tersisa akan mendanai pengembangan muatan sains, dukungan stasiun darat, dan wahana peluncur, demikian bunyi pernyataan tersebut.
Misi tersebut akan membawa seperangkat instrumen sains untuk mengumpulkan data tentang atmosfer, geologi, dan evolusi Venus. Peralatan ini guna menjelaskan mengapa lingkungannya sangat berbeda dibandingkan dengan Bumi meskipun kedua planet tersebut berukuran hampir sama dan telah menerima jumlah air yang sama miliaran tahun yang lalu. hay/I-1
Berita Trending
- 1 Indonesia Tunda Peluncuran Komitmen Iklim Terbaru di COP29 Azerbaijan
- 2 Sejumlah Negara Masih Terpecah soal Penyediaan Dana Iklim
- 3 Ini Kata Pengamat Soal Wacana Terowongan Penghubung Trenggalek ke Tulungagung
- 4 Penerima LPDP Harus Berkontribusi untuk Negeri
- 5 Ini yang Dilakukan Kemnaker untuk Mendukung Industri Musik
Berita Terkini
- AS Laporkan Kasus Flu Burung Pertama pada Anak
- Jonatan dan Sabar/Reza Tantang Unggulan Tuan Rumah di Semifinal China Masters 2024
- Christian Sugiono Bangun Luxury Glamping di Tepi Danau
- KKP Perkuat Kerja Sama Ekonomi Biru dengan Singapura
- Berkaus Hitam, Pasangan Dharma-Kun Kampanye Akbar di Lapangan Tabaci Kalideres, Jakarta Barat