Jum'at, 29 Nov 2024, 00:10 WIB

Shandong Berencana Perpanjang Cuti Menikah untuk Bisa Genjot Angka Kelahiran

Sejumlah pasangan pengantin baru mengikuti pernikahan massal di Qingdao, Provinsi Shandong, China, pada 9 Mei 2024.

Foto: ANTARA/Xinhua/Li Ziheng

Jinan- Provinsi Shandong, yang memiliki populasi penduduk permanen terbesar kedua di China, berencana memperpanjang cuti menikah dengan harapan memberi dukungan tambahan bagi pengantin baru dalam upaya menggenjot angka kelahiran setempat.

Shandong diperkirakan akan memperpanjang cuti menikah selama tiga hari bagi warga yang menjalani prosedur pendaftaran pernikahan resmi menjadi 15 hari. Warga yang mengikuti pemeriksaan kesehatan pranikah akan mendapatkan tambahan cuti menikah selama tiga hari.

Pada Senin (25/11), komisi kesehatan provinsi tersebut mulai meminta pendapat dari masyarakat terkait kemungkinan perpanjangan cuti menikah bagi pasangan lokal.

Sejak China menerapkan kebijakan tiga anak dan langkah-langkah pendukungnya pada 2021, sebagian besar daerah setingkat provinsi di seluruh China telah memperpanjang cuti menikah.

Dari daerah-daerah tersebut, Shanxi di China utara dan Gansu di China barat laut memberikan cuti menikah paling lama, yakni hingga 30 hari, sementara Henan di China tengah memberikan 21 hari, yang dapat diperpanjang hingga 28 hari bagi warga yang mengikuti pemeriksaan kesehatan pranikah.

Tian Yang, seorang peneliti di institut kependudukan dan pembangunan sosial Akademi Ilmu Sosial Shandong, menjelaskan bahwa dalam beberapa tahun terakhir, kaum muda usia nikah di China menunjukkan penurunan keinginan untuk menikah dan memiliki anak, sebuah fakta yang mendapat perhatian lebih besar dari pemerintah di semua tingkatan.

Memperpanjang cuti menikah diproyeksikan dapat membantu meningkatkan angka pernikahan, yang menandakan tren progresif yang kondusif untuk membangun masyarakat yang ramah terhadap kesuburan.

"Ini merupakan langkah humanis yang dilakukan oleh departemen-departemen pemerintah untuk memberikan dukungan dan dorongan terkait isu pernikahan dan angka kelahiran," ujar Tian.

Chen Xiaoqian, associate researcher di Akademi Ilmu Sosial Shandong, mengatakan bahwa sangat perlu bagi pemerintah daerah untuk memberikan dukungan hari libur dalam kebijakan yang berkaitan dengan pernikahan dan pemeriksaan pranikah.

"Pernikahan dan kelahiran merupakan proses yang sangat rumit, terutama bagi kaum muda yang menikah atau memiliki anak untuk kali pertama," ujar Chen, yang mendukung rencana tersebut.

Menurut Chen, pernikahan merupakan momen suka cita sekaligus acara padat karya, yang membutuhkan penanganan serangkaian hal, seperti mempersiapkan pernikahan, mengunjungi kerabat dan teman, serta memanjatkan doa kepada leluhur, dan kegiatan lainnya.

"Pengantin baru juga perlu melakukan beberapa persiapan fisik dan psikologis sebelum dan sesudah pemeriksaan pranikah. Mereka bahkan mungkin terlalu sibuk sehingga tidak sempat untuk melakukan pemeriksaan pranikah yang akurat tanpa cuti menikah yang cukup," ungkap Chen.

Liu Zijing dari Qingdao di Provinsi Shandong, berencana menikah pada musim semi mendatang. "Perpanjangan cuti menikah juga memberikan masa jeda untuk menyesuaikan pola pikir kami dan memulai babak baru dalam hidup dengan suasana hati yang lebih positif dan gembira," ungkapnya.

Pernikahan merupakan salah satu peristiwa terpenting dalam hidup seseorang, dan usulan perpanjangan cuti menikah membuatnya merasakan kepedulian dan dukungan masyarakat terhadap pasangan muda, imbuhnya.

Shandong, pusat kekuatan ekonomi di China timur, memiliki lebih dari 101 juta penduduk tetap. Jinan, ibu kota provinsi tersebut, mengumumkan kebijakan baru pada 2023 untuk memberikan subsidi pengasuhan anak bulanan sebesar 600 yuan atau sekitar 83,4 dolar AS bagi anak kedua dan ketiga yang lahir setelah 1 Januari 2023 dalam keluarga yang sama. Subsidi ini diberikan hingga anak mencapai usia 3 tahun, dengan total subsidi 21.600 yuan selama tiga tahun.

Redaktur: Marcellus Widiarto

Penulis: Antara

Tag Terkait:

Bagikan: