Setop "Bullying"
Sebuah video memperlihatkan aksi bullying kepada seorang pemuda yang diduga berkebutuhan khusus. Rekaman ini ramai beredar di media sosial dan menjadi viral. Dalam video tersebut, tas korban ditarik oleh seorang mahasiswa. Korban pun berusaha untuk melepaskan diri hingga terhuyung. Akhirnya, korban berhasil lepas dan sempat melemparkan tong sampah kepada pelaku. Para mahasiswa lainnya yang melihat kejadian ini bukannya menolong malah ikut menonton sambil bertepuk tangan.
Kesalahan tidak hanya pada pelaku, tetapi juga orang-orang di sekitarnya. Sebab, mereka bukan melarang tindakan melecehkan, tetapi malah ikut tertawa. Jadi, orang-orang sekitar ikut menikmati dan menjadikannya sarana bergembira. Ini juga tindakan bullying, walau tidak secara langsung. Tetapi secara emosional, orang-orang sekitar terlibat. Mereka membiarkan berarti mengizinkan. Mestinya mereka bisa mencegah, tetapi tak dilakukan.
Di luar negeri, pelajar atau mahasiswa berkebutuhan khusus "sangat-sangat" dihormati. Bahkan, orang-orang "normal" seakan berebut untuk melayani dan membantu agar yang berkebutuhan khusus tidak mendapat kesulitan. Orang-orang sekitar berusaha melayani. Inilah yang semestinya juga terjadi di kampus-kampus Indonesia. Bagaimana kelak kalau mereka lulus dan terjun di masyarakat, kalau selagi mahasiswa berlaku melecehkan orang-orang berkebutuhan khusus?
Marilah kita di mana pun semakin memberi ruang lebih kepada sesama yang bukan kehendak sendiri mereka menyandung status "berkebutuhan khusus". Mereka harus kita tempatkan di tempat lebih tinggi dari orang-orang "normal." Tidak boleh ada lagi pelecehan terhadap mereka. Setop bullying terhadap kaum difabel.
Komentar
()Muat lainnya