Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Perubahan Iklim

Serpong Miliki Halte Bus Dilengkapi Alga

Foto : ANTARA/Irfan

Peresmian halte bus inovatif pertama di Indonesia yang dilengkapi dengan alga bertenaga fotobioreaktor di Serpong, Tangerang, Banten, Rabu.

A   A   A   Pengaturan Font

TANGERANG - Untuk pertama kali Indonesia memiliki halte bus inovatif yang dilengkapi dengan alga bertenaga fotobioreaktor. Halte ini berada di Serpong, Tangerang, Banten yang diluncurkan Rabu (11/9).

Halte bus dengan nama "Halte Synergy" ituberada tepat di depan Synergy Building Alam Sutera, Serpong. Kelak halte synergy ini akan diperbanyak sesuai dengan kebutuhan. Halte synergy dikembangkan perumahan ini bersama Bioniqa, sebuah perusahaan bioteknologi inovatif.

Township Division Head Alam Sutera Andri Tedjajana di Tangerang, Rabu, mengatakan halte synergy ini bagian dari upaya menuju pembangunan infrastruktur berkelanjutan. Halte synergy menunjukkan potensi solusi berbasis alga untuk mengatasi masalah lingkungan hidup terutama kesehatan udara.

"Berkolaborasi dengan Bioniga berhasil mempersembahkan halte bus teknologi algafotobiokreator pertama di Indonesia dalam proyek inovatif berkelanjuta. Kami berkomitmen untuk terus meningkatkan kualitas hidup masyarakat," jelas Andri.

Sebagai bentuk tanggung jawab bagi lingkungan, integrasi teknologi fotobioreaktor dalam bentuk Halte Bus Synergy merupakan langkah signifikan menuju pengurangan emisi karbon dan mendukung ruang terbuka hijau yang secara bersamaan terus dikembangkan.

Araf Anbiya, Chief Commercial Officer Bioniga, menambahkan halte bus ini mengintegrasikan teknologi fotobioreaktor yang memanfaatkan alga untuk menangkap karbon dioksida dari atmosfer dan menghasilkan energi bersih.

Pendekatan inovatif ini tidak hanya membantu mengurangi emisi karbon, tetapi juga menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan menyenangkan bagi masyarakat sekitar dengan konsep halte nyaman. Mesin Bioniga dilengkapi teknologi fotobioreaktor canggih. Dia memiliki kemampuan luar biasa untuk berkontribusi secara signifikan terhadap pengurangan karbon dan menghasilkan oksigen.

Mesin ini dirancang untuk menyerap lebih dari dua kilogram karbon dioksida (CO²) dari atmosfer setiap harinya. Prestasi mengesankan ini dimungkinkan oleh budi daya alga dalam fotobioreaktor. Dia secara alami memanfaatkan CO² untuk fotosintesis yang merupakan pertama di Indonesia.

Saat alga berfotosintesis akan mengubah CO² yang diserap menjadi oksigen (O²), melepaskannya kembali ke lingkungan. Mesin Bioniga menghasilkan jumlah oksigen yang setara dengan keluaran 150 pohon berukuran sedang. Produksi oksigen yang besar ini berkontribusi dalam meningkatkan kualitas udara dan atmosfer yang lebih sehat.

"Kami sangat bangga atas diluncurkannya halte bus alga bertenaga fotobioreaktor pertama di Indonesia ini," jelas Araf. Kerja sama ini merupakan sebuah langkah menyehatkan lingkungan. Kemudian dipadukan dengan karya estetika yang dapat dinikmati masyarakat luas dalam jangka panjang.

Araf berharap ke depannya langkah awal inovatif ini mampu diimplementasikan secara berkelanjutan di area-area lainnya seluruh Indonesia untuk mendukung kesehatan lingkungan.

Polusi Udara

Sementara itu, Yayasan Udara Anak Bangsa minta integrasi data dan inventarisasi sumber emisi wilayah aglomerasi dapat menjadi dasar kebijakan pengendalian polusi udara Jakarta. "Kita perlu belajar dari pengalaman global dalam mengatasi polusi udara. Tujuannya, untuk mempercepat implementasi kebijakan udara bersih Indonesia," kata Co-Founder Yayasan Udara Anak, Ratna Kartadjoemena.

Direktur Air Quality Life Index (AQLI) dari Energy Policy Institute University of Chicago, Tanushree Ganguly, menyampaikan bahwa akses publik terhadap data penting untuk mengawal kebijakan udara bersih. "Tanpa data dan literasi, tidak akan ada kesadaran public," ujarnya.

Aksi-aksi udara bersih dari masyarakat sangat perlu. Tanpa masyarakat bergerak, pemerintah tidak akan menghasilkan kebijakan yang berpihak pada perbaikan kualitas udara. Sedangkan, Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Sigit Reliantoro mengimbau agar urgensi terhadap data jangan sampai menjadi kebisingan yang tidak menjadi tindakan. wid/Ant/G-1


Redaktur : Aloysius Widiyatmaka
Penulis : Aloysius Widiyatmaka

Komentar

Komentar
()

Top