Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Serangan Udara Junta Myanmar Tewaskan 11 Warga Sipil

Foto : CNA/AFP/STR

Bendera kelompok bersenjata etnis Tentara Aliansi Demokratik Nasional Myanmar (MNDAA) dan bendera Aliansi dikibarkan di gapura selamat datang di Lashio di Negara Bagian Shan di utara Myanmar, setelah bentrokan selama berhari-hari dengan militer Myanmar di wilayah tersebut pada 10 Agustus 2024.

A   A   A   Pengaturan Font

BANGKOK - Serangan udara militer Myanmar di negara bagian Shan utara menewaskan 11 warga sipil dan melukai 11 lainnya, kata juru bicara kelompok bersenjata etnis minoritas kepada AFP, Jumat (6/9).

"Mereka mengebom dua wilayah di kota Namhkam pada hari Jumat sekitar pukul 1.00 dini hari waktu setempat (18.30 GMT), kata Lway Yay Oo dari Tentara Pembebasan Nasional Ta'ang (TNLA).

Serangan itu menewaskan 11 orang dan melukai 11 orang lainnya, katany. Kantor partai politik setempat rusak.

Korban tewas terdiri dari lima pria, empat wanita, dan dua anak-anak, katanya.

Namhkam berjarak sekitar lima kilometer dari perbatasan dengan provinsi Yunnan di Tiongkok. Pejuang TNLA mengklaim menguasai kota tersebut setelah pertempuran berminggu-minggu tahun lalu.

Gambar-gambar di media sosial menunjukkan orang-orang menyortir puing-puing dan membawa seorang anak muda yang tampaknya terluka.

Satu video memperlihatkan beberapa bangunan yang hancur. Reporter AFP menemukan lokasi video tersebut di sebuah situs di Namhkam dan mengatakan bahwa video tersebut belum pernah muncul di internet sebelumnya.

AFP tidak dapat menghubungi juru bicara junta untuk memberikan komentar.

Sejak tahun lalu militer kehilangan sebagian besar wilayah dekat perbatasan dengan Tiongkok di Shan utara akibat aliansi kelompok etnis minoritas bersenjata dan "Pasukan Pertahanan Rakyat" yang bertempur untuk menggulingkan kudeta.

Kelompok-kelompok tersebut telah merebut komando militer regional dan menguasai penyeberangan perdagangan perbatasan yang menguntungkan, yang memicu kritik publik yang jarang terjadi oleh pendukung militer terhadap pimpinan tertinggi junta.

Awal pekan ini, kepala junta Min Aung Hlaing memperingatkan warga sipil di wilayah yang dikuasai kelompok bersenjata etnis minoritas untuk bersiap menghadapi serangan balik militer, media pemerintah melaporkan.

Junta juga mengumumkan minggu ini, mereka telah menyatakan TNLA sebagai organisasi "teroris".

Mereka yang kedapatan mendukung atau menghubungi TNLA dan dua kelompok bersenjata etnis minoritas lainnya, Tentara Arakan (AA), Tentara Aliansi Demokrasi Nasional Myanmar (MNDAA), kini dapat menghadapi tindakan hukum.

Myanmar dilanda kekacauan sejak militer menggulingkan pemerintahan Aung San Suu Kyi pada tahun 2021 dan melancarkan tindakan keras yang memicu pemberontakan bersenjata.

Konflik sejak kudeta telah memaksa lebih dari 2,7 juta orang meninggalkan rumah mereka, menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).


Redaktur : Lili Lestari
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top