Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Krisis di Semenanjung Korea

Seoul: Korea Utara Siap Uji Coba Nuklir

Foto : Yonhap News

Kwon Young-se Menteri Unifikasi Korsel

A   A   A   Pengaturan Font

SEOUL - Korea Utara (Korut) telah siap untuk melaksanakan uji coba nuklir pertamanya dalam lima tahun. Hal itu disampaikan oleh menteri unifikasi baru Korea Selatan (Korsel), Kwon Young-se, pada Senin (27/6).

"Semuanya sudah siap, yang tersisa adalah keputusan politik," kata Menteri Kwon dalam sebuah taklimat dengan media asing di Seoul.

Pyongyang yang mulai mempercepat program misilnya pada Januari lalu, dilaporkan telah menyelesaikan semua persiapan untuk uji coba nuklir yang ketujuh hingga saat ini, tetapi belum dilaksanakan.

Beberapa ahli berspekulasi bahwa tes ditunda karena wabah Covid-19 di Korut, yang sejauh ini telah tercatat mencapai 4,72 juta kasus, sementara yang lain mengaitkannya dengan cuaca buruk, karena sekarang ini di Korut sedang musim hujan.

Pyongyang melakukan uji coba nuklir pertamanya pada Oktober 2006, diikuti dengan uji coba nuklir berikutnya pada Mei 2009, Februari 2013, Januari 2016, September 2016, dan September 2017.

Kwon yang baru menjabat sebagai Menteri Unifikasi Korsel selama tiga hari, mengatakan bahwa pihaknya tidak diketahui mengapa uji coba nuklir ketujuh yang banyak dibicarakan belum terlaksana.

"Apa yang dapat saya bagikan adalah bahwa mereka (Korut) bermaksud untuk memaksimalkan dampak dari setiap uji coba nuklir sehingga mereka belum mau melakukan uji coba hingga saat ini," ucap Kwon.

Jika Korut benar-benar melaksanakan rencana tersebut, maka tanggapan Korsel akan lebih keras dari apa yang Anda lihat sebelumnya," imbuh dia seraya menegaskan kembali bahwa uji coba nuklir merupakan ancaman yang sangat serius bagi stabilitas regional dan perdamaian internasional.

"(Uji coba) ini akan menuai kecaman besar-besaran dari komunitas internasional yang lebih dari sekadar peringatan verbal. Kami akan menegaskan kepada Korut bahwa mereka harus menghentikan ambisi nuklirnya dan kembali ke meja perundingan," ungkap Kwon.

Estafet Panjang

Dalam taklimat itu, Menteri Kwon pun menggambarkan bahwa hubungan antara Korsel dan Korut bagai sebuah perlombaan estafet panjang. "Pemerintah Korsel pimpinan Presiden Yoon Suk-yeol masih harus menelaah secara lebih jauh rincian kebijakan Korut, tetapi telah terjadi perubahan mendadak yang tidak diinginkan," tutur Kwon.

"Kami akan mewarisi kerangka kebijakan Korut dari pemerintahan sebelumnya, tetapi kami tidak akan hanya menyalin dan mengikuti, kami akan mengembangkan dan mengembangkannya lebih lanjut," imbuh dia.

Mantan presiden Korsel sebelumnya, Moon Jae-in, telah berhasil memediasi pertemuan puncak bersejarah pertama antara pemimpin Korut, Kim Jong-un, dan mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang diadakan di Singapura pada 2018. Negosiasi terhenti sejak 2019 ketika KTT Trump-Kim kedua gagal karena perbedaan atas keringanan sanksi dan langkah-langkah denuklirisasi.

Presiden Yoon yang lebih tegas dan tanpa kompromi, telah menyatakan bahwa ia akan mengambil sikap yang lebih keras terhadap Korut sambil menjaga agar pintu dialog tetap terbuka. ST/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Ilham Sudrajat

Komentar

Komentar
()

Top