Semoga Tidak Macet Panjang, Pengamat Memprediksi Perjalanan Wisata Darat Tren Libur Lebaran 2024
Foto Arsip - Wisatawan melihat zebra saat mengunjungi Solo Safari di Solo, Jawa Tengah, Kamis (14/12/2023). Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) menargetkan 9,5-14,3 juta kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia pada 2024 dengan konsep pariwisata hijau, selain juga sebanyak 1,25 miliar perjalanan dan 1,5 miliar pergerakan wisatawan nusantara.
Jakarta - Pengamat pariwisata Sari Lenggogeni memprediksi perjalanan wisata jarak jauh melalui jalur darat atauroad trip tourismmenjadi tren kegiatan wisata yang paling banyak dilakukan masyarakat pada periode libur Lebaran 2024.
"Nah ini masih sama ya trennya, paling sedikit berubah saja, dari tahun pasca-COVID-19. Pertamaroad trip tourismatau perjalanan darat ya. Hanya saja kita di Indonesia ini masih berbeda karakternya dengan negara lain, seperti di Australia yang punya caravan dan segala macam," kata Sari saat dihubungi dari Jakarta, Kamis.
Menurut Sari, perjalanan wisata jalur darat saat ini semakin dipermudah dengan dibukanya sejumlah ruas jalan tol baru yang menghubungkan wilayah-wilayah di Indonesia.
Selain itu, tren kegiatan wisata yang ramai dilakukan pada libur Lebaran 2024 adalah wisata kuliner yang didorong oleh keragaman kuliner di Indonesia.
"Kuliner itu selalu jadi preferensi nomor dua terbesar apalagi Indonesia sangat kaya akan makanan khasnya ya, itu pasti dicari. Makanya nanti biasanya akan berkembang itusupply chaindari restoran, kafe, segala macam," ujar Direktur Pusat Studi Pariwisata Universitas Andalas itu pula.
Sari juga menyebut kegiatan rekreasi yang menyatu dengan alam juga menjadi salah satu preferensi perjalanan wisata yang dilakukan turis pada periode libur Lebaran 2024.
Menurutnya, libur Lebaran selalu menjadi momen yang dimanfaatkan masyarakat untuk bertemu kembali dengan keluarga dan kerabat di kampung halaman.
Sari juga memproyeksikan tingkat okupansi hotel pada libur Lebaran tahun ini dapat mencapai lebih dari 70 persen terutama di daerah-daerah yang menjadi tempat asal masyarakat perantau.
"Jawa Timur itu misalnya jadi kota tujuan cukup tinggi ya, kemudian juga kota yang ada di Jawa Tengah itu akan menjadi bagian yang mendapatkan dampak dari okupansi hotel yang cukup tinggi. Sumatera Barat di atas 70 persen 80 persen itu bisa saja terjadi kenaikan," ujar Sari.
Menurutnya, pertumbuhan jumlah hotel dapat menjadi indikator dari tingkat kunjungan wisatawan atau pemudik ke suatu daerah.
"Kalau (hotel) sudah berkembang banyak itu pasti menandakan bahwa mereka menjadi tempat banyaknya perantau yang pulang," katanya lagi.
Sari menjelaskan musim puncak liburan dengan kunjungan wisata tertinggi di Indonesia umumnya terjadi pada pertengahan tahun, berbeda dengan negara-negara barat yang terjadi di akhir tahun.
"Puncak (musim libur) kita berbeda dengan negara barat yang pada umumnya lebih di akhir tahun, kalau kita lebih banyak di pertengahan tahun yangmostly(okupansi hotel) 70 persen 80 persen itu bisa terjadi," katanya pula.
Redaktur : Marcellus Widiarto
Komentar
()Muat lainnya