Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Sekum PP Muhammadiyah: Promosi yang Dilakukan Holywings Merupakan Bentuk Sikap Ekstrimisme dan Anti Agama

Foto : Istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

YOGYAKARTA - Promosi yang dilakukan oleh Holywings yang menggunakan nama Muhammad dan Maria, menurut Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Abdul Mu'ti merupakan salah satu bentuk sikap ekstrimisme.

Dia beralasan bahwa, mereka melakukan penyerangan terhadap keyakinan agama. Mu'ti menegaskan bahwa kejadian itu tidak semata-mata motif bisnis. Tetapi di balik dari promosi itu terdapat ideologi-ideologi yang sejak awal tidak suka atau anti agama.

"Mereka juga berusaha untuk mendiskreditkan agama, atau memancing kemarahan umat beragama. Jadi tidak purely economic, tidak murni ekonomi," ucapnya dikutip dari Muhammadiyah.or.id, hari ini.

Mu'ti menduga, dalam konteks yang lebih luas terkait kejadian itu ada gerakan-gerakan ultra nasionalis yang juga memiliki sisi ekstrim. Kejadian tersebut menegaskan bahwa ekstrimisme tidak mesti berlatar belakang atau bermotif agama.

Terkait dengan problematika definisi radikalisme dan deradikalisasi, sejak awal Muhammadiyah konsisten menggunakan kata moderast atau moderasi dalam melakukan konter terhadap tindakan maupun pandangan radikal dan ekstrim.

Istilah moderat/moderasi dalam Muhammadiyah merupakan refleksi dari pendalaman konsep wasathiyah atau tengahan. Menurut Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, tengahan bagi Muhammadiyah merupakan identitas yang melekat sejak awal berdirinya.

"Kemudian itu perlu ditegaskan kembali di tengah berbagai arus yang ada, ketika kita memang tidak bisa terlepas dari dinamika politik yang ada di tanah air kita," ucap Mu'ti.

Di acara Seminar Pra Muktamar ke-48 Muhammadiyah - 'Aisyiyah dengan tema "Moderasi Beragama dalam Perspektif Dakwah", Guru Besar Pendidikan Islam ini mengungkapkan bahwa sejak awal Muhammadiyah konsisten menggunakan konsep moderatisme sebagai penerjemahan konsep wasathiyah al Islam.

Meski sejak awal sebagai gerakan Islam moderat, namun moderasi Muhammadiyah kembali ditegaskan setelah Muktamar ke-46 di Yogyakarta 2010 dan seterusnya.

Menjelaskan tentang moderasi beragama yang dikonseptualisasikan oleh Menteri Agama RI, Mu'ti menyebut pada awalnya konsep ini memang hanya diperuntukkan khusus bagi umat Islam.

"Tapi kemudian dalam diskusi-diskusi dan expert, kami (Muhammadiyah) menyampaikan bahwa ekstrimisme keagamaan itu tidak hanya ada pada masyarakat Islam". Tuturnya.

Merujuk berbagai penelitian bahwa, ekstrimisme itu ada hampir di seluruh agama besar di dunia, bahkan juga ada di indigenous religion atau agama-agama lokal. Oleh karena itu, terma moderasi beragama diletakkan pada ruang lingkup yang lebih luas, tidak hanya pada umat Islam, tapi juga pada agama secara keseluruhan.

"Tetapi memang menurut saya ada satu hal yang tidak boleh kita abaikan adalah kecenderungan ekstrimisme-ekstrimisme politik yang mungkin dia tidak berbasis agama, atau bahkan kemudian dalam konteks tertentu berusaha untuk mendiskreditkan agama". Ungkapnya.


Redaktur : Eko S
Penulis : Eko S

Komentar

Komentar
()

Top