Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Sektor Pertambangan Harus Gunakan Teknologi Ramah Lingkungan

Foto : istimewa

Diskusi “Energy for Prosperity; The Economic Growth Impact of Coal Mining” yang digelar E2S di Hotel Aryaduta Jakarta, Kamis (14/3). Acara tersebut menghadirkan, Prof. Dr. Ir. Irwandy Arif, Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Pengolahan Mineral dan Batu Bara, Dr. Komaidi Notonegoro, Ekonom dan Direktur Eksekutif ReforMiner Institute serta Rachmat Makkasau, Ketua Indonesia Mining Association (IMA)

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Kontribusi sektor pertambangan terhadap perekonomian nasional sangatlah besar, namun ke depannya sumbangsih itu harus disertai dengan praktik pertambangan yang ramah lingkungan. Penggunaan teknologi rendah emisi menjadi satu-satunya jalan menerapkan praktik pertambangan yang berkelanjutan.

Demikian intisari dari seminar "Energy for Prosperity; The Economic Growth Impact of Coal Mining" yang digelar E2S di Hotel Aryaduta Jakarta, Kamis (14/3). Acara tersebut menghadirkan Prof. Dr. Ir. Irwandy Arif, Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Pengolahan Mineral dan Batu Bara, Dr. Komaidi Notonegoro, Ekonom dan Direktur Eksekutif ReforMiner Institute, serta Rachmat Makkasau, Ketua Indonesia Mining Association (IMA)

Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Pengolahan Mineral dan Batu Bara Prof. Irwandy Arif menjelaskan, sektor pertambangan memegang peranan penting terhadap perekonomian nasional. "Tahun 2022, kontribusinya terhadap nilai produk domestik bruto (PDB) Indonesia sebesar 6,12 persen,"ucapnya.

Disebutkannya, tahun 2023, realisasi investasi sektor mineral dan batubara (minerba) sebesar 7,46 milliar dollar AS meningkat dari tahun sebelumnya yang masih di angka 5,69 milliar dollar AS.

Kemudian, PNBP (penerimaan negara bukan pajak) pada tahun 2023 mencapai Rp173 triliun. Realisasi ini mencapai 118,41 persen dari target senilai Rp146,07 trilliun.

Tak hanya itu, kontribusi dalam penyerapan tenaga kerja juga tak bisa disepelekan sebab, jumlah tenaga kerja Indonesia yang bekerja di sektor pertambangan mencapai 308.107 pekerja. "Agar semakin besar kontribusinya makanya perlunya meningkatkan nilai tambah untuk gasifikasi dan liquifaksi, begitu juga penggunaan teknologi untuk menciptakan clean coal," tegasnya.

Tantangan pertambangan khususnya batu bara, kata dia, adalah bagaimana mengurangi emisi CO2. Intinya menjaga lingkungan dengan strategi optimasi penggunaan batu bara dan mencegah emisi CO2 maka munculah konsep carbon pricing trading, reklamasi, dan sebagainya.

"Sektor pertambangan harus menerapkan Clean Coal Techology. Sudah ada 13 PLTU menerapkan teknologi USC (ultra super critical) dan IGCC (Integrated Gasification Combined Cycle). Ini hal positif karena teknologinya mahal sekali," kata Irwandy.

Ketua Umum IMA Rachmat Makkasau mengatakan, Indonesia dianugerahi cadangan dan sumber daya alam melimpah. Untuk itu kita harus mencari cara 'Clean Coal Process', sambil tetap menerapkan EBT (energi baru dan terbarukan).

Rachmat mengatakan, berbagai cara sudah dilakukan industri pertambangan untuk mengurangi emisi. "Industri mulai pasang CCUS (Carbon Capture, Utilization, and Storage), penangkapan sulfur, NOX dan lain lain," ucapnya.

Adapun CCUS merupakan teknologi inovatif yang dapat menangkap emisi karbon dioksida (CO2) dari proses industri dan pembangkit listrik, sehingga tidak terlepas ke atmosfer.

Direktur Eksekutif Reforminer Institute, Komaidi Notonegoro menyampaikan, sektor pertambangan memiliki keterkaitan dengan 76 sektor pendukung dari sekitar 186 sektor pendukung di Indonesia.

Hanya saja, kata dia, satu satunya masalah sektor pertambangan kata dia ialah emisi. "Maka perlunya teknologi untuk mengurangi emisi sektor pertambangan," pungkas Komaidi.


Redaktur : Lili Lestari
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini

Komentar

Komentar
()

Top