Sekjen PBB Desak pimpinan G20 untuk Mereformasi Lembaga Global agar Lebih Inklusif
Dalam pertemuan para menteri G20, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres pada Rabu (25/9/2024) menekankan perlunya lembaga internasional yang "inklusif" untuk mengatasi tantangan saat ini.
Foto: ANTARA/AnadoluWashington - Dalam pertemuan para menteri G20, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres pada Rabu (25/9) menekankan perlunya lembaga internasional yang "inklusif" untuk mengatasi tantangan termutakhir.
"Kita membutuhkan lembaga global dan alat yang kuat, inklusif, dan sah untuk menangani tantangan hari ini dan besok. Tata kelola yang adil dan representatif adalah langkah pertama untuk membuka reformasi yang lebih luas," kata Guterres dalam pertemuan yang berlangsung di Markas PBB di sela-sela Sidang Umum.
Sekjen PBB mendesak keterlibatan yang kuat dari negara-negara G20 untuk membuat Dewan Keamanan "benar-benar representatif" dengan mengatasi kurangnya representasi dari Afrika, Asia-Pasifik, Amerika Latin, dan Karibia.
Ia juga menyerukan penguatan peran Majelis Umum dan Komisi Pembangunan Perdamaian, serta peningkatan Dewan Ekonomi dan Sosial.
"Prinsip yang sama berlaku untuk arsitektur keuangan internasional: harus mencerminkan ekonomi global saat ini, dengan representasi yang jauh lebih kuat dari negara-negara berkembang," ujarnya.
"Dari pihak kami, PBB sepenuhnya berkomitmen untuk memperkuat peran kami sebagai platform inklusif untuk dialog dan aksi," lanjutnya.
Guterres juga menyatakan bahwa mulai tahun depan, PBB berencana menyelenggarakan pertemuan dua tahunan untuk meresmikan dialog antara sistem PBB, G20, dan lembaga keuangan internasional.
Ia juga mengatakan bahwa G20, sistem PBB, dan lembaga Bretton Woods (IMF dan Bank Dunia) berurusan dengan beberapa "tantangan penting" pada saat ini, seperti ketidaksetaraan, pembiayaan pembangunan, krisis iklim, dan dampak teknologi baru.
"Di semua bidang ini, kemajuan semakin sulit dicapai seiring dengan dunia kita yang menjadi semakin tidak berkelanjutan, tidak setara, dan tidak dapat diprediksi," kata pemimpin PBB tersebut.
"Konflik sedang berkecamuk, krisis iklim semakin cepat, ketidaksetaraan semakin meningkat, dan teknologi baru memiliki potensi yang belum pernah ada sebelumnya untuk kebaikan - dan keburukan," tambahnya.
Ia menekankan bahwa lembaga global harus bekerja sama, "bukan pada jalur yang paralel atau saling bertentangan."
Berita Trending
- 1 Indonesia Tunda Peluncuran Komitmen Iklim Terbaru di COP29 Azerbaijan
- 2 Electricity Connect 2024, Momentum Kemandirian dan Ketahanan Energi Nasional
- 3 Penerima LPDP Harus Berkontribusi untuk Negeri
- 4 Ini yang Dilakukan Kemnaker untuk Mendukung Industri Musik
- 5 Tim Putra LavAni Kembali Tembus Grand Final Usai Bungkam Indomaret
Berita Terkini
- Lima Remaja Diamankan Polisi Saat Hendak Tawuran di Jakarta Barat
- Ini Peringkat 30 Eksportir Terbesar di Dunia, Indonesia Nomor 3 dari Belakang
- Memiliki Ide Memajukan Jakarta, Rujaks Deklarasi Dukung Ridwan Kamil – Suswono
- Terus Bertambah, Daop 7 Catat 13.489 Tiket Terpesan di Libur Natal dan Tahun Baru 2025
- Hidupkan Pasar Properti, Guangzhou di China Akan Pangkas Pajak Penjualan Rumah Berukuran Besar