Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Sejarah Seputar Perundingan Linggarjati

A   A   A   Pengaturan Font

Judul : Memoar Rusdhy Hoesein
Penulis : Rudi Pekerti
Penerbit : Kompas
Cetakan : Pertama, April 2019
Tebal : xx + 236 hlm
ISBN : 978-602-412-694-0

Bangsa Indonesia mengalami sejarah perjalanan panjang menuju sebuah negara yang merdeka dan berdaulat. Setelah kemerdekaan, bangsa Indonesia masih harus berjuang menegakkan kedaulatan. Salah satu momen bersejarah yang sangat penting karena menentukan perjalanan bangsa sebagai negara berdaulat dan diakui internasional adalah perundingan Linggarjati.

Pertemuan bilateral antara perwakilan Indonesia dan Belanda dilakukan di Linggarjati, sebuah kota kecil di sebelah selatan Cirebon di kaki Gunung Ciremai. Kota ini dipilih karena letaknya strategis di pertengahan antara Jakarta dan Yogyakarta (hlm 3).

Hasil perundingan Linggarjati yang diparaf 15 November 1946 dan ditandatangani 25 Maret 1947 menjadi sangat penting karena mengukuhkan keberadaan Republik Indonesia pascaproklamasi (hlm 8). Hasil perundingan antara lain, Belanda mengakui secara de facto Republik Indonesia dengan wilayah kekuasaan meliputi Sumatera, Jawa, dan Madura.

Belanda harus meninggalkan daerah tersebut paling lambat 1 Januari 1949 (hlm 10). Telusur sejarah perundingan Linggarjati itulah yang menjadi bagian pembuka buku Memoar Rusdhy Hoesein, Berbagi Api Kehidupan Dokter, Sejarawan, dan Kurator Museum. Rusdhy Hoesein seorang dokter yang kemudian beralih profesi menjadi sejarawan. Berawal dari ketertarikannya pada sejarah kedokteran di Indonesia, membuatnya terseret pada sejarah politik bangsa Indonesia.

Dia lalu kuliah program pascasarjana bidang sejarah, meski usianya tidak muda lagi, hingga meraih gelar doktor sejarah. Peran Soekarno dalam Perjanjian Linggarjati menjadi bidang penelitiannya. Dia paham tentang sejarah perundingan Linggarjati dan peran penting Soekarno dalam perundingan tersebut.

Buku ini dibagi menjadi dua bagian. Pertama, mengenai diri dan keluarga Rusdhy, dari masa kecil, remaja, menempuh studi di kedokteran, menemukan pasangan hidup, membina rumah tangga, hingga bekerja sebagai dokter. Kedua, mengenai sejarah Indonesia, khususnya terkait pengalaman sejarah.

Selain tentang perundingan Linggarjati dan peran Soekarno di dalamnya, buku ini banyak berbagi cerita tentang sejarah Pancasila. Ini meliputi Perjalanan Kreatif Soekarno Mencetuskan Pancasila, diikuti bab Sejarah Mengukuhkan Pancasila, dan bab Pancasila, Uji Imajiku Berbangsa, yang dikemas dalam sebuah puisi panjang.

Guru Besar Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia, Prof Dr Susanto Zuhdi, MHum, dalam pengantarnya menyebut Rusdhy sebagai seorang yang mempunyai sense of history tinggi (hlm xv). Kiprahnya sebagai sejarawan tidak hanya dibuktikan dengan aktif sebagai pembicara di berbagai forum seminar dan simposium sejarah, tapi juga sebagai kurator sejumlah museum.

Bahkan dia banyak mengumpulkan sumber sejarah, seperti foto, film, arsip, serta dokumen lainnya, di antaranya disumbangkan ke Museum Linggarjati. Buku ini cukup informatif terkait sejarah perjalanan bangsa menjadi negara bangsa yang merdeka dan berdaulat seutuhnya. Diresensi Badiatul Muchlisin Asti, Ketua Yayasan Mutiara Ilma Nafia Grobogan

Komentar

Komentar
()

Top