Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Foto Video Infografis

Sejarah 6 Desember: Pembantaian Buruh Perkebunan Pisang di Kolombia

Foto : Aze Media

Pekerja industri pisang di United Fruit Company.

A   A   A   Pengaturan Font

Pisang merupakan buah yang sangat umum dijumpai di Indonesia. Tapi tahukah kamu bahwa di benua Amerika, pisang sempat menjadi buah primadona yang mengarahkan pada pembantaian terkenal: Banana Massacre atau Pembantaian Pisang.

Pada tahun 1928, tentara Kolombia menembaki ratusan pekerja di industri pisang yang melakukan pemogokan untuk menuntut kondisi kerja yang lebih baik. Diperkirakan hingga dua ribu orang meninggal akibat insiden tersebut.

Semua bermula ketika pisang tiba-tiba mencuri perhatian pada ajang Pameran Dunia 1876 di Philadelphia. Walau pisang telah dibawa ke Amerika pada tahun 1500-an, baru pada tahun 1800-an pisang menuai ketenaran.

Bagaimana tidak, menurut History Daily, pisang dipamerkan bersamaan ketika Alexander Graham Bell juga memamerkan telepon pertama di dunia pada ajang Pameran Dunia 1876.

Pada akhir abad ini, bisnis pisang berkembang pesat dan melahirkan persaingan ketat. Para pesaing terberat dalam industri ini bahkan memutuskan untuk bersatu membentuk United Fruit Company yang sangat kuat.

Dengan cepat United Fruit Company mengambil alih pasar pisang di Amerika Tengah dan meraup sebagian besar lahan pertanian. Tidak mengherankan bagi perusahaan sebesar ini untuk memonopoli industri termasuk memperlakukan pekerjanya dengan semena-mena.

Para pekerja diharuskan bekerja sepanjang waktu, hidup dalam kondisi yang buruk, dan pemotongan upah, memberi mereka sedikit kesempatan untuk mencari pilihan lain.

Pada sore hari tanggal 5 Oktober 1928, para delegasi pekerja pisang Kolombia di Magdalena berkumpul untuk membahas keluhan mereka.

Sekitar pukul lima pagi tanggal 6 Oktober 1928, para pekerja mengeluarkan daftar sembilan tuntutan kepada United Fruit Company, diantaranya kompensasi pekerja atas kecelakaan di tempat, enam hari kerja dalam seminggu, dan upah aktual alih-alih kupon.

Aksi pemogokan dan demonstrasi terus berlangsung selama lebih dari sebulan. History Daily menuturkan pada 12 November 1928, United Fruit Company meyakinkan pemerintah Kolombia untuk mengirim pasukan untuk menghentikan pemogokan dengan alasan bahwa tenaga kerja terorganisir mirip dengan Komunisme.

Pemimpin pemogokan buruh yang memicu Banana Massacre

Pada tanggal 5 Desember, para pekerja menerima kabar bahwa gubernur Magdalena telah memanggil mereka ke Ciénaga untuk menyelesaikan pemogokan. Ribuan orang mulai berkumpul di sana.

Namun, tepat sebelum tengah malam, komandan angkatan bersenjata Kolombia Jenderal Cortés Vargas menerima telegram yang berisi Dekrit Nomor 1, pernyataan resmi pemerintah tentang status pengepungan di zona pisang.

Malam itu, militer menembaki para pekerja yang berkumpul dan keluarganya di stasiun kereta api di Ciénaga.

Mempelajari gambar yang diambil dari arsip perusahaan, Visualizing The Americas, melaporkan bahwa Vargas secara brutal mengerahkan penembakan seraya berkata: "Orang-orang, bubar, kami akan melepaskan tembakan!"

Orang-orang di zona pisang bersikeras bahwa militer membunuh ratusan pemogok malam itu. Namun, ketika fajar menyingsing, hanya sembilan mayat yang tergeletak di alun-alun.

Josefa María, yang bekerja dari Ciénaga untuk mendukung pemogokan, mencatat bahwa militer sengaja meninggalkan sembilan mayat mayat sesuai jumlah tuntutan yang diajukan para pekerja.

Setelah pembantaian tersebut, banyak pekerja melarikan diri, mencari perlindungan di pegunungan terdekat. Tetapi banyak pekerja memilih tetap tinggal dan berusaha membalas pembunuhan rekan mereka.

Sementara itu, militer Kolombia dan United Fruit Company tidak berhenti menganiaya para pekerja.

Enam minggu kemudian, kedutaan AS di Bogotá melaporkan bahwa "jumlah penyerang yang dibunuh oleh militer Kolombia melebihi seribu."

Visualizing The Americas

Tidak diketahui berapa banyak yang tewas dalam apa yang kemudian dikenal sebagai Banana Massacre, tetapi sejarawan memperkirakan sebanyak 47 orang dalam baku tembak dan hingga dua ribu korban jiwa berjatuhan dalam kerusuhan setelahnya, ketika pemerintah dan perusahaan menghabiskan waktu berminggu-minggu untuk menindak para pembangkang.


Editor : Fiter Bagus
Penulis : Suliana

Komentar

Komentar
()

Top