Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Taman Nasional Gunung Gede Pangrango

Segarnya Air di Dua Curug di Ciwaluh

Foto : Istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Di dekat dengan Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol (PPKAB) yang berada di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) terdapat Desa Wates Jaya, bagian dari Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor. Di desa ini terdapat Kampung Wisata Ciwaluh yang dibelah oleh Sungai Cisadane bagian hulu.

Kegiatan pariwisata di kampung ekowisata Ciwaluh mulai aktif sejak tahun 2009, dikelola oleh Senadi. Kemudian pada 2011, kegiatan pariwisata dikelola oleh Kelompok Tali Bambu. Saat ini pengelolaannya dilakukan oleh Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Ciwaluh yang berdiri sejak 15 April 2019.

Keindahan alam yang dimiliki membuat pada pemuda setempat mulai sadar akan keindahan potensi alam di wilayahnya. Didampingi salah satu lembaga swadaya masyarakat, mereka secara perlahan mengelola kampungnya sebagai daerah wisata berbasis lingkungan yang layaknya dikunjungi.

Pariwisata menjadi sumber ekonomi baru bagi warga desa. Sebelumnya menurut data demografi Desa Wates Jaya sebesar 74,21 persen warga bekerja di sektor pertanian yaitu menanam padi, sisanya sebesar 11,89 persen bekerja di sektor industri.

Saat ini dikembangkan juga tanaman perkebunan berupa kopi dan peternakan kambing yang sekaligus sebagai daya tarik lain dari Ekowisata Ciwaluh. Namun daya tarik kampung ini adalah curug atau air terjun yaitu Ciawitali dan Cisadane.

Curug Ciawitali awalnya tidak banyak diketahui oleh masyarakat luas. Sadar akan potensinya pemuda setempat berinovasi untuk memperkenalkan air terjun ini kepada masyarakat luas. Caranya dengan merapikan jalan menuju curug, serta memudahkan tata letak tempat itu pengunjung dapat mengakses curug.

Karena berada di kawasan hutan lindung kaki Gunung Gede Pangrango, membuat akses Curug Ciawitali cukup menantang. Diperlukan waktu 30 menit dari pusat Ekowisata Ciwaluh untuk mencapai tempat ini. Dengan berjalan kaki, wisatawan akan disuguhkan dengan pemandangan sawah yang membentang, sungai, dan dikelilingi oleh hutan pinus yang dapat memanjakan mata.

Curug Ciawitali memiliki ketinggian sekitar 12 meter dengan kolam yang memiliki kedalaman sekitar 70 sentimeter dan memiliki dasar berpasir. Dengan kondisi ini, para wisatawan bisa leluasa untuk berenang dan bermain air di bawah Curug Ciawitali. Keasyikan bermain air di curug ini semakin indah karena di tambah vegetasi yang rimbun menjadikan nilai tambah bagi curug ini.

Sejak menjadi Kampung Ekowisata, warga sekitar yang mengelola Curug Ciawi Tali mulai memberlakukan tiket bagi para pengunjung. Tiketnya dipatok sebesar 5.000 rupiah per orang untuk masuk kawasan dengan tiket parkir roda dua sebesar 2.000 rupiah untuk perawatan area wisata dan penambahan fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan.

Sungai Cisadane yang bermuara di Tangerang terkenal dengan keindahan alamnya yang memikat, serta berbagai aktivitas wisata yang dapat dilakukan di sekitarnya. Aliran hulu sungai ini melewati sebuah air terjun bernama Curug Cisadane yang berada di Desa Wates Jaya.

Tinggi curug tersebut mencapai sekitar 40 meter. Untuk mencapai lokasinya membutuhkan perjuangan ekstra yang akan membuat seperti tidak ubahnya berpetualang di hutan lebat cara trekking. Perjalanan menuju Curug Cisadane dimulai dengan melewati jalan setapak, pematang sawah, menyeberang sungai, dan menembus hutan.

Setelah melewati perjalanan panjang yang suarah air yang jatuh menandakan segera tiba di curug. Lokasinya berada dikelilingi pepohonan hijau, dengan udara yang kaya oksigen yang membuat wisatawan sejenak lupa dari rutinitas.

Kopi Organik Alami

Pokdarwis Ciwaluh dalam mengembangkan desa wisata ini juga memperkenalkan potensi-potensi tanaman yang ada seperti kopi, kapulaga, dan kumis kucing. Untuk kopi mereka mengembangkan wisata edukasi bagi pecinta kopi atau yang disebut dengan coffee picnic.

Coffee picnic dimulai dari memperkenalkan pengetahuan tentang mengenai jenis-jenis kopi dan perbedaannya serta pengetahuan mengenai kopi dari Ciwaluh itu sendiri. Penjelasannya mulai dari proses pemetikan, pengolahan mulai dari menjemur, memisahkan kulit, menyangrai atau roasting, teknik menggiling biji kopi secara manual, proses penyeduhan dengan menggunakan manual brewing seperti pour over, menggunakan kertas filter dan Vietnam drip.

Kegiatan coffee picnic dimulai sejak 2016 dengan tujuan memperkenalkan atau mengangkat produk kopi lokal. Selain bisa berdiskusi tentang kopi, pengunjung juga dapat menikmati tubing atau mengarungi arus sungai dengan menaiki ban dalam mobil.

Kopi Ciwaluh masuk dalam segmen pasar khususnya penggemar kopi robusta organik. Kopi ini mempunyai kulit ari yang berwarna seperti klorofil yang disebut sebagai asam klorogenat yang berfungsi untuk pembakar lemak dalam tubuh.

Daun kopinya dimanfaatkan untuk diolah menjadi kawa, serta daging buah kopi dapat dijadikan kaskara, sejenis teh. Selain itu, bekas ampas kopi yang telah diseduh dengan pour over atau ditubruk dan diminum tanpa menggunakan gula, dapat digunakan sebagai scrub.

Kopi Ciwaluh ini diklaim sebagai kopi natural organic, karena tidak diperlakukan sebagaimana perkebunan kopi umumnya. Karena dikembangkan secara alamiah, produk yang dihasilkan memiliki nilai jual tersendiri alias lebih tinggi sehingga ekonomi para pelakunya dapat terangkat.

Dalam wisata edukasi coffee picnic juga terjalin interaksi antara konsumen dengan petani. wisatawan diberi kesempatan untuk menikmati kopi dengan harga 40.000 rupiah per cangkir. hay/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top