Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Sebanyak 3.227 Anak dan 5.554 Remaja di DIY Positif Korona Selama Pandemi

Foto : Istimewa

Ilustrasi anak-anak di tengah pandemi.

A   A   A   Pengaturan Font

YOGYAKARTA - Selama pandemi korona sejak Maret 2020 lalu, sebanyak 3.227 anak berusia 0-10 tahun dan 5.554 remaja berusia 11-20 tahun di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pernah mengalami positif korona. Total kasus terkonfirmasi positif korona sepanjang pandemi di DIY yakni 55.463 orang.

"Sementara untuk usia produktif 21-30 tahun ada 9.500 (terpapar korona)," kata Kepala Dinkes DIY, Pembajun Setyaningastutie, dalam zoom meeting bersama wartawan, Jumat (25/6).

Selama ini hanya lansia yang menjadi perhatian utama padahal menurut Pembajun, semuanya saat ini rentan terpapar korona. Anak-anak terutama saat ini jarang mendapat perhatian lebih, padahal angka terakhir di Jakarta menunjukkan anak-anak juga banyak yang meninggal usai terpapar korona.

"Vaksinasi massal kami masih melihat yang divaksin bapaknya, anaknya dibawa, tidak pakai masker lagi. Anak-anak tidak boleh dibawa keluar apalagi di saat seperti ini. Harus selektif betul kapan bisa bawa anak ke luar," kata Pembajun.

Epidemiolog UGM, Citra Indriani dalam keterangan tertulisnya mengatakan sebenarnya sejak awal anak-anak mempunyai risiko untuk terinfeksi Sars Cov-2.

Ia menyebutkan di DIY sendiri kasus pertama Covid-19 adalah pada anak-anak. Namun begitu, pada saat awal pandemi, pengetahuan yang ada tentang infeksi virus ini pada anak menunjukkan bahwa gejala yang terjadi pada anak adalah sedang ke berat.

"Pengetahuan kita belum sepenuhnya lengkap untuk virus ini, sehingga masih berkembang, apalagi virus pun mengalami mutasi dan menyebabkan perubahan karakternya," kata Citra, Jumat (25/6).

Ia mengakui bahwa vaksin yang ada sekarang ini belum direkomendasikan untuk anak karena semua vaksin ketika akan digunakan harus melalui uji terlebih dahulu untuk efikasinya apakah memberikan manfaat atau tidak meskipun pada saat kegawatdaruratan. "Pada saat ini memang kita masih dan harus menunggu hasil uji klinis pada kelompok anak sebelum bisa kita berikan ke anak-anak," ujarnya.

Meski sudah ada vaksin yang sudah direkomendasikan oleh WHO SAGE (Strategic Advisory Group of Expert) untuk mereka yang berusia lebih dari 12 tahun yaitu Pfizer/Biontech. Namun, selama ini anak-anak memang belum menjadi prioritas secara global, namun dengan perkembangan situasi dan bukti ilmiah yang dihimpun, menurutnya, bisa jadi akan ada rekomendasi baru dan akan mengubah kebijakan.

"Kembali lagi, senjata kita ada di prokes, makan bersama dengan orang selain di luar rumah pun sangat berisiko, karena sama sama membuka masker dan pastinya ngobrol dan hal ini kalau kita lihat masih banyak yang melakukan. Anak-anak bisa dilindungi bila kita dewasa, para orang tuanya, pengasuhnya juga menjalankan prokes dengan ketat," imbuhnya.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Eko S

Komentar

Komentar
()

Top