Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Pembunuhan Berencana l Tidak Jadi Beli Senpi Karena Uang Tak Cukup

Santet hingga Senpi Direncanakan untuk Membunuh Edi

Foto : ANTARA/DHEMAS REVIYANTO

GELAR PERKARA l Direskrimum Polda Metro Jaya mengungkapkan kronologis kasus pembunuhan suami dan anak tiri oleh seorang istri muda di Polda Metro Jaya, Senin (2/9). Otak pembunuhan AK dihadirkan bersama dua pembunuh bayaran yang didatangkan dari Lampung. Direskrimum Kombespol Suyudi Ario Seto menguraikan awal mula AK terlilit utang di bank.

A   A   A   Pengaturan Font

Tersangka sempat merogoh kocek sebesar 40 juta rupiah untuk membayar dukun. Tapi tindakan santet yang dilayangkan kepada suaminya tak manjur.

JAKARTA - Berbagai temuan atau fakta baru seputar pembunuhan terhadap Edi Chandra Purnama alias Pupung, 54 tahun, dan anaknya, M Adi Pradana alias Dana, 23, terungkap. Diketahui, tersangka Aulia Kusuma (AK), 45 tahun, sempat ingin menyantet sang suami dan bahkan berencana membeli senjata api (senpi).

"Tersangka sempat merogoh kocek sebesar 40 juta rupiah untuk membayar dukun. Tapi tindakan santet yang dilayangkan kepada suaminya tak manjur," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Argo Yuwono, di Jakarta, Senin (2/9).

Argo menjelaskan tersangka terus memutar otak untuk menghabisi nyawa Edi. Kemudian mencari senjata untuk melancarkan aksinya tersebut. "Tersangka Aulia kemudian mencari senpi untuk menghabisi suaminya. Nanti ada eksekukutornya untuk menembak," ujarnya.

Diakui Argo, AK harus kembali mengeluarkan uang sebesar 50 juta rupiah untuk mendapatkan senjata api. Tapi AK hanya mengantongi uang 35 juta. Akhirnya, ia mengurungkan niat membeli senjata api.

"Dia mempunyai uang senilai 35 juta rupiah untuk membeli senpi. Uangnya kurang, harga senpinya 50 juta. Akhirnya tidak jadi menembak suaminya karena biayanya mahal," sambungnya.

Argo menyebut, Aulia kembali pada rencana semula yaitu membunuh Edi dengan cara dibakar. "Akhirnya terpikirkan kembali untuk menghabisi dengan membakar. Itu sudah direncanakan dari awal juga. Dia tidak sendiri, dibantu Kelvin alias KV, dua tersangka dari Lampung, juga ada orang lain yang ikut serta dalam pembunuhan tersebut," imbuh Argo.

Dililit Utang

Direktur Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Kombes Pol Suyudi Ario Seto, mengatakan tersangka AK dililit utang sebesar 10 miliar di dua bank.

"Aulia berutang senilai 2,5 miliar rupiah di bank pertama. Pada bank lainnya, istri muda Edi itu berutang senilai 7,5 miliar rupiah," ujar Suyudi.

Suyudi menjelaskan, sebagai jaminan utang, AK memilih rumah di kawasan Lebak Bulus. Selain itu, usaha cuci mobil juga ikut menjadi jaminan.

"Untuk utang di bank ini menjaminkan rumah di Lebak Bulus dan rumah di sampingnya yang dijadikan usaha cuci mobil. Uangnya (hasil pinjamam bank) untuk usaha restoran," jelas Suyudi.

Menurut Suyudi, tersangka pun harus mencicil utang sebesar 200 juta setiap bulannya. Dengan tanggungan itu, Aulia merasa kewalahan.

Kemudian, lanjut Suyudi, AK pun membujuk sang suami untuk menjual rumahnya guna melunasi utang tersebut. Hanya saja, permintaan Aulia ditolak mentah-mentah oleh Edi.

Setelah beberapa kali gagal membunuh suaminya Edi dan anak tirinya, Dana, menurut Suyudi, AK menggunakan obat tidur dalam melancarkan aksinya.

Sebanyak 30 butir obat merk Vandres yang digerus kemudian dicampurkan ke jus tomat untuk Edi. Sedangkan untuk minuman keras diberikan kepada Dana. Obat Vandres diketahui merupakan obat tidur bagi penderita insomnia atau kesulitan tidur.

Dikatakan Suyudi, AK Aulia menggerus 30 butir obat Vandres lalu dicampur pada jus tomat untuk Edi dan Dana. Selain itu, gerusan obat Vandres juga dicapur pada wiski untuk Dana.

Seusai Edi lelap, Aulia memanggil dua eksekutor asal Lampung yakni Kusmawanto Agus dan Muhammad Nur Sahid. Oleh bantuan kedua eksekutor itu, AK membekap mulut Edi menggunakan kain yang dicampur dengan alkohol.

Sementara itu, Sahid memegang perut dan kaki Edi. Hal itu dilakukan karena Edi sempat memberontak dan mencakar Aulia.

Pukul 23.00 WIB, Dana tiba di rumah tersebut sekitar pukul 23.00 WIB. Sebelum naik ke lantai atas, Dana sempat menenggak jus oplosan tersebut. Di lantai atas, Dana bertemu dengan Kelvin yang sudah menyiapkan wiski yang telah dicampur gerusan obat Vandres. Dana pun larut dalam mabuk karena pengaruh wiski.

Suyudi menjelaskan, Kelvin langsung membekap Dana dengan kain kuning yang telah dicampur alkohol. Di saat itu juga, Aulia membantu memegang tangan Dana. Sementara itu, Sahid memegang perut Dana dan Agus memegang kaki Dana. Selanjutnya, seperti yang sudah diketahui sebelumnya, jasad anak dan ayah tersebut dibawa dalam sebuah mobil dan dibakar di Cidahu, Sukabumi, Jawa Barat (25/8). jon/P-6

Penulis : Yohanes Abimanyu

Komentar

Komentar
()

Top