Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Sampah Cocok Diolah Jadi Energi Bersih

Foto : Istimewa

Senior Manager External Communication & Stakeholders Relation Subholding Pertamina, Hermansyah Y. Nasroen dalam Webinar Inovasi Subholding Upstream Pertamina Grup yang digelar di Jakarta, Selasa (26/4)

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA-Senior Manager External Communication & Stakeholders Relation Subholding Pertamina, Hermansyah Y. Nasroen mengatakan, program Waste to Energy for Community (Wasteco), dapat mengolah sampah menjadi energi bersih dan tepat guna yang bisa dimanfaatkan secara langsung oleh masyarakat sekitar.

Hal ini disampaikan Hermansyah dalam Webinar Inovasi Subholding Upstream Pertamina Grup yang digelar Ruangenergi.com, Selasa (26/4) "Sampah biasanya kotor, jorok dan bau, kini dikembangkan menjadi energi yang bernilai ekonomi tinggi. Ini adalah satu inovasi sosial Pertamina khususnya PHM di daerah Balikpapan, Kaltim," ujarnya.

Menurut dia, gas methane yang dihasilkan juga bisa dimanfaatkan sebagai sumber listrik, seperti untuk penerangan jalam umum, rumah tangga dan lainnya. "Nilai penghematan dari lampu penerangan jalan mencapai 15 juta rupiah per bulan," ucapnya.

Lewat sumber energi baru ini, tambah Hermansyah, PHM bersama Pemda serta masyarakat juga tengah mengembangkan pemanfaatannya untuk kegiatan usaha masyarakat.

"Banyak jenis usaha UMKM yang bisa dikembangkan, baik di Balikpapan dan dearah lain di Indonesia. Bahkan pedagang kecil dan asongan bisa tumbuh positif karena mereka memperoleh energi yang baik dan murah. Bukan hanya itu, teknologi pengolahan sampah menjadi energi sangat dan layak dikembangkan di daerah lain di Indonesia," paparnya.

"Bahkan pedagang kecil dan asongan bisa tumbuh positif karena mereka memperoleh energi yang baik dan murah. Bukan hanya itu, teknologi pengolahan sampah menjadi energi sangat dan layak dikembangkan di daerah lain di Indonesa," lanjut Hermansyah.

Lebih jauh ia mengatakan, tren produksi sampah termasuk sampah rumah tangga di Indonesia, termasuk Balikpapan ini sangat besar.

"Sehingga perlu kerja keras dan kepedulian semua pihak, termasuk dunia usaha seperti PHM. Paling tidak, PHM sudah memulai kerja baik untuk masa depan," pungkasnya.

Pada kesempatan yang sama, Head of Communication Relations & CID Zona 8, Frans Alexander mengatakan bahwa ada beberapa program sosial yang dijalani yaitu petani maju 4.0, juragan sampah dan Waste to Energy for Community (Wasteco).

Menurutnya, Program Wasteco dilakukan di wilayah Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Manggar, Balikpapan. TPA Manggar yang menjadi TPA terbaik ke 2 se Indonesia dalam kategori waste to energy ini mempunyai volume sampah 132 ribu ton per tahunnya.

"Ada potensi gas metana dari timbunan sampah menjadi 2,2 juta metrik ton per tahun," jelas Frans.

Pihaknya juga membentuk 1 kelompok pengelola gas metana sebanyak 26 orang yang bertugas untuk menjaga persediaan gas. Dengan program Wasteco, kini telah membangun 6.640 meter pipa gas metana dan gas tersebut sudah dimanfaatkan oleh 200 rumah disekitar lokasi TPA.

"Dari program tersebut, banyak penghematan yang tercipta misalnya iuran gas 33,6 juta rupiah pertahun, penghematan tabung elpiji sebanyak 7.200 tabung gas elpiji 3 kg per tahun, dan menghemat biaya penerangan jalan sebesar 1 5 juta rupiah pertahun dan 180 juta rupiah per tahun biaya penghematan memasak keluarga," tukasnya.

Selain program pengolahan sampah menjadi energi tepat guna, yang dilakukan Regional Kalimantan Zona 8, Regional Kalimantan Zona 10 juga membuat program Enbarter atau energi terbarukan dengan memanfaatkan pengolahan minyak jelantah menjadi biodiesel.

Menurut Officer Communication Relations & CID Zona 10 Regional Kalimantan, Asih Soenarsih menjelaskan bahwa pihaknya memanfaatkan limbah minyak jelantah yang jumlahnya banyak lalu dimanfaatkan untuk jadi energi biodiesel.

"Pada 2018, setidaknya ada 10 liter per hari limbah minyak jelantah yang dibuang. Ketika dibuang ke selokan dan tanah maka akan berdampak pada pencemaran air dan tanah. Nantinya akan berdampak pada kesehatan," jelasnya.

"Maka dari itu, kita mengubah minyak jelantah tersebut menjadi biodiesel sehingga bisa dimanfaatkan untuk kepentingan lainnya," pungkasnya.

Direktur Executive Energy Watch Mamit Setiawan mengapresiasi apa yang sudah dilakukan oleh Subholding Upstream Pertamina Regional Kalimantan tersebut.

"Ini patut diapresiasi karena mengatasi masalah yaitu sampah dan minyak jelantah untuk menjadi energi baru. Mudah-mudahan program ini bisa dijalankan untuk semua regional," kata Mamit.


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini

Komentar

Komentar
()

Top