Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Saat Sungai Celeng "Mengamuk" Lebih dari Biasanya

Foto : KORAN JAKARTA/EKO SUGIARTO PUTRO

KERJA BAKTI - Sejumlah warga di RT 04 Kradenan, Desa Girirejo, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul sedang melakukan kerja bakti bersih-bersih lingkungan pada Selasa (19/3). Banjir Bantul pada Minggu (17/3) mengakibatkan tiga orang meninggal dan dua belum ditemukan.

A   A   A   Pengaturan Font

Sarah (30 tahun) pada pukul 23.00 WIB, Minggu (17/3) belum bisa pulang dari tempat kerjanya di dekat Tugu, Yogyakarta. Suaminya belum bisa menjemput, padahal biasanya pukul 22.00 WIB, suaminya sudah siap membawanya pulang ke rumahnya di RT 04 Kradenan, Desa Girirejo, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Sejak menerima berita yang beredar di media sosial bahwa banjir melanda seluruh wilayah desanya mulai magrib, Sarah sebenarnya tak begitu khawatir. Belum setahun dia telah selesai menaikkan tinggi rumahnya hingga 1,5 meter dari jalan desa. Dari pengalaman banjir sebelumnya, rumahnya seharusnya sudah terbebas dari banjir.

"Lha kok ternyata dari rumah, keluarga mengabarkan banjir masih masuk rumah. Bahkan suami tidak bisa menjemput karena seluruh jalan raya menuju ke kota ditutup semua, kena banjir semua. Jadi khawatir banget, mana susah ngontak keluarga. Mereka sibuk evakuasi," kata Sarah saat ditemui Koran Jakarta di rumahnya, Selasa (19/3) sore.

Yatin, adik Sarah mengatakan aliran air dari Sungai Celeng yang berjarak sekitar 50 meter dari rumahnya memang lebih cepat dari perkiraan. Tahun-tahun sebelumnya, air hanya akan sampai pintu rumahnya yang telah ditinggikan 1,5 meter itu. Namun ternyata air masuk sampai rumah hingga di bawah pusarnya.

Mulai pukul 21.00 WIB, Yatin dan laki-laki dewasa lainnya mulai mengungsikan orang tua dan anak-anak ke lantai dua Masjid Almuqarrabin, sekitar 100 meter dari rumahnya. Karena sejak magrib, semua masih sibuk mengamankan barang-barang di rumah dari ancaman banjir.

"Tapi Simbok tidak sempat kami ungsikan, air deras, dan sudah tinggi. Kami angkat ranjang dan taruh di atas kursi untuk mengamankan Simbok. Baru pukul 02.00 pagi Simbok kami ungsikan setelah air tenang," kata Yatin.

Banyak Penyempitan

Sungai yang berhulu di kawasan perbukitan Imogiri dan berhilir di Sungai Opak ini sebenarnya tak banyak mengalirkan air jika tidak di musim penghujan. Namun, banyak penyempitan di sepanjang badan sungai. Selain itu penataan selokan warga, menurut Yatin, juga kurang bagus sehingga air di pemukiman menambah debit air yang menggenang di pemukiman.

Yatin berharap peninggian dan penguatan talud di sepanjang Sungai Celeng bisa dikerjakan pemerintah secepatnya. Sebab, banjir tahun ini menunjukkan ada ancaman serius untuk warga dari meluapnya Sungai Celeng. "Kalau banjir-banjir kecil kan sudah biasa, namanya juga dekat sungai. Tapi banjir kali ini kan bahaya, bahkan ada yang meninggal," katanya.

Tercatat ada tiga orang meninggal dari banjir Bantul tahun ini, dan dua lainnya belum diketemukan. Dari banjir Minggu (17/3), Yatin melihat kerja Tim SAR yang mengevakuasi warga kurang profesional.

Di puncak banjir pada tengah malam itu, meski sudah menyiapkan perahu karet dan puluhan kru, namun tak ada yang berani mengevakuasi warga. Mereka baru turun mengevakuasi setelah banjir mulai surut. "Kebanyakan masih kurang sigap dan kurang tanggap," kata Yatin.

eko sugiarto putro/N-3


Redaktur : Marcellus Widiarto

Komentar

Komentar
()

Top