Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Rustian: Urusan Pengungsi, Negara Lain Perlu Belajar dari Indonesia

Foto : ISTIMEWA

penanganan pengungsi

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Berdasarkan pengalaman menangani pengungsi Vietnam beberapa waktu lalu, maka negara-negara di dunia perlu belajar dari Indonesia. Hal itu dikatakan Presiden Direktur Rokan Bono Malaka, Rustian.

Sedangkan Rustian sendiri menjadi semacam pelaksana harian penanganan pengungsi Vietnam berdasarkan Keppres yang dikeluarkan mendiang Presiden Soeharto. Rustian juga sebagai pencari atau pengumpul dana-dana dari luar negeri seperti lembaga-lembaga internasional untuk pengungsi.

Indonesia sangat baik dalam melayani pengungsi. "Mereka diberi pelatihan-pelatihan agar mampu mandiri," katanya. Di antaranya, mereka dilatih bahasa Inggris dan keahlian-keahlian. Hanya, pengungsi tidak boleh menangkap ikan laut, nanti melarikan diri. Mereka juga tidak boleh menanam pohon, khawatir keenakan atau betah, sehingga tidak mau pergi.

Menurut Rustian, Indonesia diprotes negara-negara lain karena menerima pengungsi tersebut. Negara lain berpikir, pengungsi identik dengan tenaga kerja murah. Namun, menurut Soeharto, Indonesia harus menerima pengungsi Vietnam, apa pun risikonya karena kita ada Sila kedua (Kemanusiaan yang adil dan beradab) Pancasila.

"Soeharto mengibaratkan pengungsi sebagai tamu tak diundang. Jadi, ya harus diterima," tambah Rustian. Mereka sudah ditelantarkan, ya harus dibantu. Mereka malahan diberi makan empat sehat lima sempurna. Kemudian diperiksa kesehatannya. "Pokoknya diperlakukan dengan baik oleh Indonesia," tambahnya.

Mereka dibuatkan penampungan yang nyaman. Ada juga hiburan tiap bulan, termasuk siraman rohani sesuai dengan kepercayaan dan keyakinan masing-masing. Secara periodi diadakan pasar malam atau bazaar yang menjual barang-barang murah.

Keahlian-keahlian atau pelatihan-pelatihan tadi diperlukan agar kalau dikirim ke negara ketiga, para pengungsi mampu mandiri. Kelak, diketahui bahwa anggota dalam satu keluarga bisa dikirm terpisah-pisah ke berbagai negara.

Misalnya, ibu atau bapak ke negara A. Lalu anak ke negara B dan seterusnya. "Maka itu, pengungsi harus mampu mandiri di lokasi-lokasi baru," tandas Rustian.


Redaktur : Aloysius Widiyatmaka
Penulis : Aloysius Widiyatmaka

Komentar

Komentar
()

Top