Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Perjanjian Internasional

Russia Terbuka Bagi Kesepakatan Nuklir Baru

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

MOSKWA - Seorang ajudan Presiden Russia untuk Urusan Luar Negeri bernama Yuri Ushakov, pada Minggu (28/4) memberikan tanggapan mengenai laporan media yang menulis bahwa Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, menginginkan perjanjian kendali senjata yang baru dengan Russia dan Tiongkok.

Dalam pernyataannya, Ushakov mengatakan bahwa Russia terbuka bagi kemungkinan pembuatan perjanjian senjata yang baru dengan AS.
"Moskwa siap mengadakan pembicaraan mengenai perihal tersebut, akan tetapi sejauh ini belum ada pembicaraan mengenai hal itu," kata Ushakov dalam keterangannya kepada salah satu stasiun televisi Russia yang disiarkan Minggu.

Dalam keterangannya, Ushakov mengatakan bahwa hal pertama yang harus dilakukan agar perjanjian baru itu bisa dilaksanakan yaitu perlunya masing-masing pihak untuk menghormati isi dari perjanjian.

"Kami juga siap untuk membicarakan perjanjian-perjanjian yang baru, tetapi diperlukan perundingan yang serius dan sayangnya belum ada pihak yang memulai," kata Ushakov.

Kata-kata Ushakov lebih menunjukkan optimisme daripada apa yang disampaikan seorang juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, pada Sabtu (27/4) yang menepis proposal Trump mengenai perlucutan senjata nuklir sebagai hal yang tak serius.

"Akan ideal untuk membersihkan seluruh dunia dari senjata nuklir, tetapi di sisi lain kita akan dicabut dari faktor pencegah," ujar Peskov di sela-sela pertemuan puncak rencana Jalur Sutra Baru Tiongkok.

Desakan AS

Hubungan antara Moskwa dan Washington DC terganggu dan kedua negara telah menyatakan mereka meninggalkan Perjanjian Senjata Nuklir Jarak Menengah (INF), yang menimbulkan ketakutan akan terjadinya perlombaan senjata yang lebih besar.

Sebelumnya harian The Washington Post yang mengutip keterangan sejumlah pejabat pemerintah AS pada Kamis (25/4) melaporkan bahwa Presiden Trump telah meminta pemerintahannya untuk menyiapkan dorongan bagi pembuatan perjanjian senjata baru dengan Russia dan Tiongkok karena alasan peningkatan biaya dari perlombaan senjata nuklir abad ke-21.

"Presiden Trump telah menyatakan dengan jelas bahwa perjanjian kontrol senjata harus melibatkan Russia dan Tiongkok. Ini harus meliputi semua jenis senjata, semua hulu ledak nuklir, semua jenis misil," lapor seorang pejabat senior Gedung Putih seperti dilansir CNN pada Jumat (26/4) pekan lalu.

Perjanjian INF adalah perjanjian yang ditandatangani oleh AS dan Uni Soviet pada 1987 lalu. Perjanjian INF ini akan segera berakhir masa berlakukanya pada 2021.

Seiring bergulirnya waktu, saat ini negara-negara yang memiliki persenjatan nuklir telah bertambah banyak. Berdasarkan data yang dimiliki armscontrol.org, selain AS, Russia, dan Tiongkok, negara-negara yang memiliki persenjataan nuklir saat ini adalah India, Israel, Pakistan, Korut, Inggris, dan Prancis. AFP/Ant/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : AFP, Antara

Komentar

Komentar
()

Top