Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Konflik di Ukraina I Kyiv Klaim Berhasil Serang 30 Pusat Logistik dan Amunisi Russia

Russia Targetkan Misil Musuh

Foto : AFP/Oleksandr GIMANOV

Serangan Misil I Seorang pesepeda mengemudi di jalanan di Odessa, Ukraina, saat sebuah serangan misil menghantam kawasan pergudangan di kota itu pada akhir pekan lalu. Menhan Russia memerintahkan pasukannya untuk menargetkan ­persenjataan Ukraina yang ­dipasok Barat dalam serangan-serangan selan­jutnya.

A   A   A   Pengaturan Font

MOSKWA - Menteri Pertahanan Russia, Sergei Shoigu, memerintahkan para jenderal untuk memprioritaskan penghancuran misil jarak jauh dan senjata artileri milik Ukraina setelah senjata yang dipasok Barat membuat kewalahan Russia apalagi saat digunakan untuk menyerang jalur pasokan.

"Menhan Shoigu menginstruksikan para komandan untuk memberikan prioritas pada misil jarak jauh dan senjata artileri musuh," kata Kementerian Pertahanan Russia pada Senin (18/7). "Perintah itu disampaikan Menhan Shoigu ketika sedang melakukan inspeksi pasukan yang bertempur di Ukraina," imbuh kementerian itu.

Perintah itu diumumkan setelah hampir lima bulan sejak Presiden Vladimir Putin memerintahkan invasi ke Ukraina dan sejauh ini penyerbuan pasukan Russia baru bisa menduduki sekitar seperlima dari ke wilayah Ukraina.

Kementerian Pertahanan Russia mengatakan senjata milik Ukraina itu digunakan untuk menembaki daerah pemukiman di Donbas yang dikuasai Russia dan dengan sengaja membakar ladang gandum dan gudang penyimpanan biji-bijian.

Amerika Serikat (AS) dan sekutunya telah memasok persenjataan senilai miliaran dollar AS ke Ukraina sejak Russia menginvasi pada 24 Februari lalu. Diantara senjata yang dipasok yaitu senjata jarak jauh yang menurut Kyiv mulai membantu kemenangan di medan perang.

Ukraina mengklaim telah berhasil melakukan serangkaian serangan ke 30 pusat logistik dan amunisi Russia, dimana serangan itu menggunakan beberapa sistem peluncuran roket yang baru-baru ini dipasok oleh Barat.

Moskwa sendiri telah menekankan serangannya terhadap senjata yang dipasok Barat dalam pengarahan kementerian pertahanannya, dan menuduh Ukraina menggunakan senjata jarak jauh untuk menyerang daerah pemukiman di wilayah Donbas yang dikuasai separatis.

Pemimpin separatis Denis Pushilin mengatakan pada Kamis (14/7) lalu bahwa dua orang tewas ketika pasukan Ukraina menembaki sebuah stasiun bus di Kota Donetsk yang dikuasai separatis di Ukraina timur.

Sementara itu penasihat Kementerian Dalam Negeri Ukraina, Anton Herashchenko, melalui media sosial menuduh pasukan Russia menyerang pusat Donetsk tetapi menyalahkan pada Ukraina.

Batas Waktu

Sementara itu juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, pada Senin mengatakan bahwa tidak ada kerangka waktu yang jelas bagi Russia untuk "operasi khusus" di Ukraina.

"Operasi khusus di Ukraina akan berakhir ketika semua tujuannya tercapai," Peskov dalam sebuah sesi wawancara dengan media Iran.

Peskov juga mengklaim bahwa tentara Russia bertindak sangat hati-hati dan menggunakan senjata presisi tinggi di Ukraina, serta menghindari serangan terhadap infrastruktur sipil.

Pada 7 Juli lalu, Presiden Putin mengatakan Russia bahkan belum memulai apapun dengan sungguh-sungguh yang mengisyaratkan serangan kecepatan penuh di masa depan.

Berbicara tentang sanksi terhadap Russia dan Iran, Peskov mengatakan ini adalah harga yang harus dibayar Russia dan Iran untuk kemerdekaan dan kedaulatan mereka. "Apa yang tidak membunuhmu, membuatmu lebih kuat," ucap dia.

Uni Eropa telah menjatuhkan enam sanksi terhadap Russia sejak awal perang terhadap Ukraina pada 24 Februari.

Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Russia, Sergei Lavrov, mengatakan bahwa justru Eropa yang paling terpengaruh dengan sanksi anti-Russia.ST/AFP/Anadolu/N-3


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : AFP

Komentar

Komentar
()

Top