Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Konflik di Ukraina I Moskwa Prioritaskan Serangan ke Wilayah Donetsk

Russia Ancam Gunakan Misil Hipersonik

Foto : AFP/Sputnik/Mikhail Kireyev

Ancaman Putin I Presiden Russia, Vladimir Putin ­(tengah), saat menghadiri upacara peringatan Hari Angkatan Laut di St Petersburg, Minggu (31/7). Dalam ­pidatonya, Presiden Putin mengancam akan ­mengerahkan misil jelajah hipersonik dalam serangan Russia ke Ukraina dalam beberapa bulan kedepan.

A   A   A   Pengaturan Font

ST PETERSBURG - Presiden Russia, Vladimir Putin, mengatakan bahwa misil jelajah hipersonik Zircon akan ditempatkan di kapal fregat Angkatan Laut Russia dalam beberapa bulan kedepan dalam serangan ke Ukraina. Pernyataan Presiden Putin disampaikan dalam upacara peringatan Hari Angkatan Laut di St Petersburg, Minggu (31/7).

"Wilayah penempatan misil tersebut tergantung kepada kepentingan Russia," ucap Presiden Putin, seraya menekankan pentingnya kekuatan angkatan laut yang mampu merespons dengan cepat terhadap setiap aksi yang mengancam kedaulatan dan kemerdekaan Russia.

Lebih dari 40 kapal perang termasuk kapal yang diperlengkapi dengan senjata misil jelajah Kalibr, kapal selam, 42 pesawat, dan 3.500 tentara, turut serta dalam upacara peringatan tersebut.

Dalam serangannya ke Ukraina, militer Russia saat ini tengah meningkatkan serbuannya di kawasan Donetsk, Ukraina timur, dengan harapan pasukan Russia bisa mengendalikan secara penuh wilayah itu.

Institut Kajian Perang dari Amerika Serikat (AS) dalam analisisnya pada Sabtu (30/7) lalu menyebutkan bahwa Russia sepertinya memprioritaskan serangan ke Bathmat dan sejumlah kota di Donetsk.

Pada saat bersamaan, Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, memerintahkan evakuasi warga dari wilayah Donetsk, yang mengalami pertempuran paling sengit saat ini.

"Semakin banyak orang yang meninggalkan wilayah Donetsk sekarang, semakin sedikit yang akan dibunuh oleh Russia," ucap Presiden Zelenskyy seraya menambahkan bahwa warga yang pergi akan diberi kompensasi dan berjanji akan memberi bantuan logistik untuk membujuk warga agar mau pergi.

"Banyak yang menolak pergi, tapi itu tetap harus dilakukan," kata Presiden Zelenskyy. "Kalau Anda punya kesempatan, tolong bicara kepada mereka yang masih bertahan di zona tempur di Donbas. Tolong yakinkan mereka bahwa sangat penting untuk pergi," imbuh dia.

Permintaan untuk evakuasi juga ditegaskan oleh Wakil Perdana Menteri Ukraina, Iryna Vereshcuk. Dalam keterangannya, Vereshcuk menekankan pentingnya evakuasi semua warga di garis depan sebelum datangnya musim dingin.

Tameng PLTN

Sementara itu di garis depan pertempuran di Ukraina dilaporkan bahwa pasukan Russia telah meluncurkan misil-misilnya ke target pertahanan pasukan Ukraina atau kota-kota di Ukraina dari pusat reaktor pembangkit listrik tenaga nuklir terbesar Zaporizhzhia yang berhasil dikuasainya sejak Maret lalu.

Dengan menjadikan pusat reaktor PLTN itu sebagai benteng pertahanan Russia, maka berarti pasukan Ukraina yang bertahan di Kota Nikopol tak bisa melancarkan serangan balasan dengan menggunakan senjata roket canggih bantuan dari AS karena takut serangan mereka akan menghantam salah satu dari 6 reaktor PLTN Zaporizhzhia dan menimbulkan bencana nuklir.

"Mereka (pasukan Russia) bersembunyi di sana sehingga tidak bisa diserang balik," kata Oleksandr Sayuk, Wali Kota Nikopol.

Penduduk kota sebelumnya telah melarikan diri dari Nikopol karena takut jadi sasaran tembak serta potensi terjadinya kebocoran radiasi. Sementara pasukan Ukraina merasa tidak berdaya karena tak bisa melakukan serangan balasan dan merasa mereka seolah-olah menjadi sasaran tembak saja.

Bertahannya pasukan Russia di pusat reaktor PLTN membuat kemajuan serangan Ukraina di wilayah selatan negaranya, terhambat.

Pada 22 Juli lalu sebenarnya pasukan Ukraina bisa menargetkan pasukan Russia dan peluncur misil yang berada dekat reaktor PLTN lewat serangan drone, namun risiko serangan akan mengenai reaktor nuklir saat ini amat besar sehingga tak bisa dilakukan serangan lagi. AFP/NHK/NYTimes/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : AFP

Komentar

Komentar
()

Top