Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Neraca Perdagangan | RI Berpotensi Kecil Alami Resesi dengan Nilai PDB Turun pada 2023

Risiko Global Ancam Kinerja Ekspor

Foto : ISTIMEWA

FEBRIO KACARIBU, Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Pemerintah mewaspadai risiko global meski neraca perdagangan masih kembali mencatatkan surplus pada September lalu. Sebab, berbagai risiko global ke depan dikhawatirkan dapat mempengaruhi neraca perdagangan dan perekonomian nasional secara umum.

Risiko yang dimaksud di antaranya melambatnya aktivitas perdagangan internasional negara maju yang salah satunya terpengaruh inflasi, sebagaimana tecermin dalam World Economic Outlook (WEO) Oktober 2022, serta mitra dagang utama seperti Tiongkok.

"Indonesia akan terus melakukan diversifikasi produk maupun negara mitra dagang yang sekarang sudah mulai memperlihatkan hasil. Ekspansi ekspor selain ke negara tujuan ekspor utama, misalnya Filipina dan Malaysia sudah menunjukkan peningkatan signifikan sepanjang tahun berjalan," kata Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu, dalam keterangan resmi di Jakarta, Selasa (18/10).

Seperti diketahui, data terbaru menunjukkan surplus neraca perdagangan pada September 2022 sebesar 4,99 miliar dollar AS, sehingga secara kumulatif sejak Januari 2022 mencapai 39,87 miliar dollar AS. Ekspor Indonesia kembali menorehkan kinerja positif pada September 2022 dengan nilai mencapai 24,8 miliar dollar AS atau tumbuh 20,28 persen secara tahunan atau year-on-year (yoy). Peningkatan ekspor Indonesia didorong oleh ekspor migas dan nonmigas yang masih tumbuh tinggi masing-masing 41,8 persen (yoy) dan 19,26 persen (yoy).

Meskipun secara bulanan sedikit melambat di antaranya karena penurunan harga dan volume komoditas unggulan, total ekspor tetap meningkat secara kumulatif. Hal ini dapat dilihat dari ekspor Januari-September 2022 yang mencapai 219,35 miliar dollar AS atau meningkat sebesar 55 miliar dollar AS dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

"Peningkatan kumulatif ekspor menunjukkan masih kuatnya permintaan global seiring dengan pengendalian pandemi yang semakin baik. Penguatan permintaan ekspor terutama berasal dari beberapa negara mitra dagang utama Indonesia, seperti India, Jepang, dan Korea Selatan," ujarnya.

Sementara itu, Febrio menuturkan impor Indonesia juga masih mencatatkan kinerja positif mencapai 19,81 miliar dollar AS dengan pertumbuhan 22,01 persen (yoy) meskipun relatif melambat dibandingkan bulan sebelumnya. Tumbuhnya impor antara lain didukung oleh kinerja sektor manufaktur yang tecermin dari Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur Indonesia September 2022 yang terus melanjutkan ekspansi.

Peningkatan impor didorong oleh impor migas yang naik sebesar 83,53 persen (yoy) dan impor nonmigas yang tumbuh 14,02 persen (yoy), sehingga sejak Januari hingga September 2022 total impor Indonesia mencapai 179,49 miliar dollar AS. Dari sisi penggunaan, impor bahan baku dan barang modal tumbuh tinggi masing-masing 23,21 persen (yoy) dan 41,13 persen (yoy).

Potensi Kecil

Pada kesempatan lain, Ekonom Senior, Chatib Basri, mengatakan Indonesia berpotensi kecil mengalami resesi dengan nilai Produk Domestik Bruto (PDB) turun pada 2023. "Saya tidak melihat kemungkinan Indonesia untuk mengalami pertumbuhan negatif, mungkin pertumbuhan ekonomi akan melemah, tetapi tidak negatif," kata Chatib Basril dalam SOE Internasional Conference yang dipantau di Jakarta, kemarin.

Dana Moneter Internasional (IMF) sebelumnya hanya memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dari 5,2 persen secara tahunan menjadi 5 persen pada 2023.


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top