Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Tantangan Perekonomian I Produktivitas Rendah Jadi Tantangan Ekonomi RI ke Depan

RI Sulit Keluar dari "Middle Income Trap"

Foto : AFP
A   A   A   Pengaturan Font

» Pertumbuhan lebih banyak menggunakan modal dan tenaga kerja, tetapi tidak menciptakan nilai tambah.

» Produktivitas dan daya saing SDM rendah serta rentan pada penggantian tenaga kerja dengan otomatisasi.

JAKARTA - Indonesia terancam sulit keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah (middle income trap) jika gagal mengatasi berbagai kendala yang menghambat perekonomian tumbuh lebih tinggi dari rata-rata 5 persen per tahun. Apalagi, pandemi Covid-19 telah menyebabkan perekonomian mengalami resesi yang membutuhkan waktu yang lebih lama untuk pulih.

Menteri Keuangan, Sri Mulyani, dalam webinar bertajuk "Akselerasi Indonesia Maju melalui Penanaman Modal dan Insentif Fiskal" yang berlangsung di Jakarta, Kamis (1/4), mengatakan untuk keluar dari middle income trap maka perlu menyelesaikan tiga tantangan fundamental perekonomian Indonesia ke depan.

"Kalau kita mempunyai tekad untuk mencapai Indonesia Maju maka dibutuhkan strategi, disiplin, kerja keras kita semua untuk bisa melewati kemungkinan terjadinya middle income trap karena trap itu real," kata Menkeu.

Ketiga tantangan fundamental yang dihadapi saat ini yaitu rendahnya produktivitas, daya saing ekonomi yang rendah dan kualitas sumber daya manusia yang didominasi tenaga kerja tanpa keahlian (unskill).

Rendahnya produktivitas, papar Menkeu, terlihat kesenjangan infrastruktur, kualitas sumber daya manusia (SDM), dan rendahnya tingkat adopsi teknologi, sehingga perlu memperbaiki tiga sumber pertumbuhan yakni kapital, tenaga kerja, dan total factory productivity untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi potensial.

"Kita lebih banyak tumbuh dengan menggunakan otot dan keringat, yaitu banyak modal dan tenaga kerja, tetapi tidak menciptakan nilai tambah berdasarkan inovasi," kata Menkeu.

Sedangkan rendahnya daya saing perekonomian Indonesia terlihat dari Logistic Performance Index (LPI) dan Global Competitiveness Index (GCI). Infrastruktur yang belum memadai menyebabkan biaya logistik Indonesia menjadi lebih mahal dan dampaknya menyebabkan daya saing Indonesia menjadi rendah. Begitu juga dengan daya saing tinggi di ukuran ekonomi dan stabilitas makro, namun sangat tertinggal di kapasitas inovasi dan adaptasi teknologi.

"Arus barang mulai dari impor, ekspor, maupun infrastruktur ke market itu masih menunjukkan ketiadaan kompetisi yang cukup tinggi. Ada faktor infrastruktur kita yang masih perlu dibangun," jelas Menkeu.

Tantangan ketiga, jelas Menkeu, adalah aspek SDM ketenagakerjaan yang menghambat produktivitas. Sejumlah isu dari faktor ketenagakerjaan itu antara lain produktivitas rendah, daya saing yang kurang, dan rentannya penggantian tenaga kerja dengan otomatisasi, permasalahan dan penciptaan lapangan kerja baru, link and match dalam pendidikan, serta karakter demografi dan industri 4.0 yang membutuhkan reformasi di bidang pendidikan.

Pemerintah, tambah Menkeu, telah menargetkan pada usia 100 tahun pascakemerdekaan, Indonesia akan menjadi negara maju dengan ekonomi menjadi terbesar kelima di dunia dengan target pendapatan per kapita 23.199 dollar AS.

Solusi Alternatif

Menanggapi tantangan tersebut, Pakar Ekonomi dari Universitas Surabaya (Ubaya), Bambang Budiarto, yang dihubungi, Jumat (2/4), mengatakan mencermati tantangan yang dihadapi, sebenarnya yang lebih penting adalah cara menyikapi keberadaan perekonomian di level menengah.

"Selanjutnya disiapkan alternatif solusi atas implikasi trap tersebut bagi dunia usaha, masyarakat, dan bagi pemerintahan itu sendiri. Ini yang lebih penting, jadi bukan masalah status income kita sedang ada di posisi yang mana," kata Bambang. n SB/E-9


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top