Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Kebijakan Luar Negeri

RI Siap Hadapi Tantangan Geopolitik Global

Foto : AFP/ROMEO GACAD

Retno LP Marsudi

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Indonesia akan mengedepankan semangat kerja sama dan kolaborasi untuk menghadapi berbagai tantangan geopolitik global, yang diwarnai oleh persaingan dan proteksionisme. Hal itu dikemukakan Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi, dalam Jakarta Geopolitical Forum 2018 di Jakarta, Rabu (24/10).

"Indonesia selalu berupaya menjadi bagian dari solusi dunia dengan menjembatani semua kepentingan yang bertentangan dan meredakan konflik yang muncul untuk memperkuat ekosistem perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran termasuk di Asean," ucap Menlu Retno.

"Diplomasi kemanusiaan dan perdamaian Indonesia telah menjadi salah satu tonggak kebijakan luar negeri yang diapresiasi secara global. Kami akan terus menggunakan semangat ini untuk mengubah geopolitik kompetisi menjadi kolaborasi," imbuh dia.

Indonesia akan memaksimalkan peran sebagai anggota tidak tetap DK PBB periode 2019-2020 untuk menanamkan budaya dialog di antara anggota PBB serta memperkuat kolaborasi antara PBB dan organisasi regional lainnya.

Terhadap proteksionisme saat ini, Indonesia menyeru kerja sama ekonomi yang terbuka, adil, dan saling menguntungkan dengan mengintensifkan upaya negosiasi berbagai perjanjian perdagangan bebas, perjanjian dagang preferensial, dan perjanjian kemitraan ekonomi komprehensif.

Indonesia juga telah bekerja sama dengan Jerman dan Tunisia dalam penyelenggaraan Bali Democracy Forum chapter Berlin dan chapter Tunis, untuk bertukar pelajaran dan praktik-praktik demokrasi dengan harapan mengurangi ketegangan karena meningkatnya intoleransi.

Namun, Menlu RI menegaskan, Indonesia tidak bisa melakukannya sendiri tanpa upaya kolektif dan kepemimpinan global.

Utamakan Kerja Sama

Di tengah ketidakpastian global yang disebabkan, antara lain, dampak perang dagang antara AS dan Tiongkok, perkembangan di Uni Eropa karena Brexit, dan bangkitnya unilateralisme, kerja sama antarnegara adalah opsi terbaik yang dapat diambil.

Presiden Joko Widodo dalam pidatonya pada pertemuan tahunan IMF-WB di Bali, 12 Oktober lalu, memaparkan lemahnya kerja sama dan koordinasi telah menyebabkan munculnya banyak masalah seperti peningkatan harga minyak mentah dan kekacauan di pasar mata uang yang dialami negara-negara berkembang.

Di tengah dunia yang diwarnai rivalitas dan kompetisi, Presiden Joko Widodo menegaskan tidak ada artinya kemenangan yang dirayakan di tengah kehancuran atau menjadi kekuatan ekonomi yang terbesar di tengah dunia yang tenggelam.

"Indonesia selalu melihat kerja sama lebih baik daripada rivalitas dengan mengedepankan pendekatan saling menguntungkan. Semangat inilah yang ingin kami sampaikan dalam Asean, IORA, APEC, G20, maupun forum internasional lainnya," kata Menlu Retno.

Indonesia, ia melanjutkan, akan terus mengutamakan prinsip keamanan dan kesejahteraan dalam mengimplementasikan strategi geopolitik pada masa depan.

"Dan dengan kerja sama yang baik dan memperkuat kepemimpinan global, saya yakin harapan kami untuk dunia yang lebih baik akan sangat relevan," tutur Menlu Retno. Ant/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top