Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Industri Baterai EV - IBC Perkirakan 60-70% Produksi Baterai EV Dapat Diekspor

RI Jangan Hanya Jadi Pasar

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Banyaknya investasi asing yang masuk (FDI) untuk produksi baterai kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) menjadi perkembangan positif. Namun, RI jangan hanya dijadikan pasar kendaraan ramah lingkungan tersebut.

Indonesia perlu menjadi produsen besar EV. Bahkan, sebagai produsen, RI harus mampu ekspansif mengekspor produk EV sehingga bisa menambah devisa ekspor.

Wakil Ketua Komisi VII DPR RI, Eddy Soeparno, berharap Indonesia tak hanya sekadar menjadi target pasar, terlebih setelah masuknya beberapa investor asing pada industri tersebut. Hal itu ditegaskannya dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Direktur MIND ID, Direktur Utama PT Antam dan Direktur Utama IBC di Gedung Nusantara I, Senayan Jakarta, Senin (19/9).

Eddy menyinggung banyaknya investasi yang berujung hanya menjadikan Indonesia sebagai negara pasar alih-alih menjadi basis ekspor. Dalam pengembangan dan produksi baterai EV, IBC sendiri telah melakukan kerja sama dengan perusahaan Tiongkok PT Ningbo Contemporary Brunp Lygend Co Ltd (CBL) dan LG Energy Solution dari Korea Selatan.

Baca Juga :
Proyek Sel Baterai

"Ini kita ada kerja sama dengan LG, kerja sama dengan CBL mungkin kerja sama dengan siapa lagi di masa mendatang. Cuma masalah kita ini klasik. Indonesia selalu gagal untuk menarik investasi yang kemudian dipergunakan sebagai basis kita untuk ekspor. Jadi Indonesia ujung-ujungnya apa? Market aja. LG investasi di sini oh melihat market Indonesia besar, CBL investasi oh lihat market-nya besar jadi ujung-ujungnya kita hanya menyediakan market," ujar Eddy dikutip dari laman resmi DPR RI, Senin (19/9).

Dirinya berharap agar industri baterai EV nasional yang sedang dibangun dapat meramaikan pasar internasional melalui pasar ekspor. Eddy juga menekankan agar teknologi yang dikembangkan dalam baterai EV produksi Indonesia bisa bermanfaat secara global.

"Jadi kami berharap bahwa konsep pengembangan IBC ke depannya itu tidak hanya sebatas pada produksi baterai saja, tapi ya ujung-ujungnya harus ada peluang untuk kita meningkatkan ekspor. Jadi teknologinya ini bukan teknologi yang kemudian (hanya) dimanfaatkan Indonesia, untuk Indonesia, tapi memang harus secara lebih global lagi di kebermanfaatannya," tutup legislator asal daerah pemilihan (dapil) Jawa Barat III tersebut.

Peluang Ekspor

Sementara itu, Direktur Utama IBC, Toto Nugroho, mengungkapkan adanya peluang besar untuk mengekspor baterai EV yang akan diproduksi oleh IBC. Toto memperkirakan sekitar 60-70 persen dari jumlah produksi yang telah disepakati dapat didistribusikan ke pasar global.

"Dari sisi produksi dari yang sudah direncanakan commit, meskipun dengan kondisi Indonesia demand, nantinya sekitar 60-70 persen peluang untuk diekspor Pak, karena jumlahnya cukup besar dan (harga) kita masih kompetitif. Ini yang sama-sama kita dorong bahwa baterai ini bukan hanya untuk konsumsi domestic, tapi kita juga jadi basis untuk regional baterai EV," jelas menanggapi pernyataan Eddy.

PT Industri Baterai Indonesia atau yang dikenal dengan Indonesia Battery Corporation (IBC) merupakan anak perusahaan dari MIND ID, PLN, Pertamina, dan Antam. Konsorsium BUMN ini mengemban tugas pengembangan industri baterai kendaraan listrik di Tanah Air dari hulu ke hilir secara terintegrasi.


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini

Komentar

Komentar
()

Top