Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
IAF 2018 I Forum Indonesia-Afrika 2018 Baru Pertama Kali Digelar oleh Pemerintah

RI Incar Potensi Bisnis Afrika

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Dalam IAF 2018, kesepakatan bisnis yang dicapai antara Indonesia dengan beberapa negara Afrika tercatat senilai 586,56 juta dollar AS atau sekitar 8,06 triliun rupiah.

JAKARTA - Pemerintah Indonesia membidik Afrika sebagai kawasan potensial bagi pengembangan bisnis. Untuk menggaet potensi tersebut, pemerintah menggelar Indonesia-Afrika Forum (IAF) 2018.

Wakil Presiden Jusuf Kalla ketika memberikan sambutan pembukaan forum itu menyebutkan nilai perdagangan Indonesia dengan Afrika pada 2017 mencapai sekitar delapan miliar dollar AS atau naik sekitar 15 persen jika dibandingkan tahun sebelumnya.

"Perdagangan Indonesia dengan sejumlah negara di benua itu rata-rata meningkat di atas 100 persen, bahkan mencapai 284 persen seperti perdagangan dengan Liberia dan Gabon mencapai 250 persen," ungkap Wapres di Nusa Dua, Badung, Bali, Selasa (10/4).

Beberapa produk yang diperdagangkan dari Afrika ke Indonesia, di antaranya minyak mentah, kapas, bibit cokelat, sedangkan Afrika membutuhkan produk yang diimpor dari Indonesia di antaranya kendaraan bermotor dan minyak sawit hingga produk mi instan.

JK mengatakan hingga saat ini ada sekitar 30 perusahaan Indonesia yang beroperasi di benua Afrika di antaranya perusahaan farmasi, tekstil dan energi, sedangkan investasi Afrika di Indonesia mencapai sekitar 1,28 miliar.

IAF pertama kali digelar oleh pemerintah Indonesia sebagai dasar/ platform untuk mendorong kerja sama ekonomi konkret antara Indonesia dengan negara-negara Afrika. Forum tersebut dihadiri para menteri, pejabat tinggi, CEO, bankir, dan pemimpin Kamar Dagang dan Industri dari Indonesia dan negara-negara Afrika.

IAF sejalan dengan dorongan Presiden Joko Widodo agar segera memasuki pasar nontradisional, terutama Afrika. Pemerintah RI berupaya mengonversi kedekatan hubungan politik RI dengan sejumlah negara Afrika menjadi kedekatan hubungan ekonomi.

Menteri Perdagangan, Enggartiasto Lukita, di sela-sela IAF mengatakan kerja sama Indonesia dan Afrika berpotensi besar untuk tumbuh karena banyak komoditas yang saling dibutuhkan kedua pihak.

"Dari industri strategis mereka juga butuh, tetapi di sisi lain Indonesia juga butuh beberapa bahan mentah dari mereka," ucap Enggartiasto.

Kesepakatan Bisnis

Sementara itu, dalam IAF 2018, kesepakatan bisnis yang dicapai antara Indonesia dengan beberapa negara Afrika tercatat senilai 586,56 juta dollar AS. Sejumlah BUMN Indonesia berhasil mencapai kesepakatan bisnis dengan sejumlah negara di Afrika.

Salah satunya, PT Dirgantara Indonesia (PT DI) menandatangani kesepakatan penjualan pesawat CN-235 dan NC-212 dengan mitra bisnis Angkatan Udara Senegal dan Pantai Gading senilai 75 juta dollar AS.

"Pasar Afrika itu menjanjikan karena terdiri dari banyak negara dan secara geografis sama dengan Indonesia jadi kebutuhan pesawat turboprop ringan dan medium itu masih banyak," kata Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia, Elfien Goentoro.

Selain itu, PT Garuda Maintenance Facility (GMF) Aero Asia Tbk melakukan penandatanganan perjanjian kerja sama perawatan pesawat dari Nigeria, Max Air serta maskapai plat merah asal Ethiopia, Ethiopian Air dengan potensi bisnis senilai dengan kurang lebih 3,17 juta dollar AS atau 42,7 milliar rupiah.

mza/Ant/E-10


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Mohammad Zaki Alatas, Antara

Komentar

Komentar
()

Top