Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Dampak Perekonomian Dunia

RI Harus Terapkan Prinsip Hati-hati di Tengah Ketidakpastian Global

Foto : ISTIMEWA

Bahlil Lahadalia

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Menteri Investasi/ Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia, menampik anggapan Indonesia mengalami krisis. Bukan krisis, tetapi Indonesia memang harus menerapkan prinsip hati-hati di tengah ketidakpastian global yang tengah terjadi saat ini.

"Mohon maaf, saya agak sedikit kurang pas kalau dianggap Indonesia itu krisis. Apanya yang krisis? Bahwa kondisi kita harus hati-hati, iya," kata Bahlil dalam paparan realisasi investasi di Jakarta, Rabu (20/7).

Bahlil menuturkan kondisi global saat ini memang tidak baik karena adanya krisis pangan, energi, dan inflasi yang tinggi di sejumlah negara. Indonesia pun tidak bisa menghindari hal tersebut karena sebagian pangan dan sumber energi untuk kebutuhan dalam negeri masih diimpor.

Seperti dikutip dari Antara, Bahlil menilai masalah pangan bisa didukung dengan substitusi pangan lokal yang melimpah. Namun, dia mengakui masalah energi memang masih cukup rumit diselesaikan. Indonesia harus siap akan kondisi yang tidak menguntungkan jika subsidi energi nantinya terus meningkat.

"Problem kita di minyak. Makanya, kita cepat harus mengubah dari fosil ke EBT. Contoh, katakanlah kita lagi mendorong program motor listrik, kita kurangi BBM, kemudian gas LPG juga kita dorong ke listrik," katanya.

Jadi Destinasi Investasi

Bahlil menuturkan, dari sisi investasi, Indonesia juga masih cukup populer jadi destinasi investasi. Hal itu berdasarkan capaian pertumbuhan realisasi investasi asing sepanjang semester I-2022 yang mencapai 35,8 persen yoy.

Realisasi penanaman modal asing (PMA) pada periode Januari-Juni 2022 tercatat mencapai 310,4 triliun rupiah, porsinya mencapai 53,1 persen dari total realisasi investasi di periode tersebut sebesar 584,6 triliun rupiah.

"Kenapa investasi asing kita tetap percaya pada Indonesia? Fundamental ekonomi kita dianggap cukup bagus karena pertumbuhan kita sangat bagus, inflasi kita sekalipun ada kenaikan, tapi kita jaga, dan rasio utang masih tetap dalam kondisi yang insya Allah baik. Tapi, aset kita di satu sisi nambah terus dan ini juga jaga stabilitas pertumbuhan, konsumsi dan daya beli kita," ungkapnya.

Faktor lain yang menunjang masih tingginya kepercayaan investor terhadap Indonesia, lanjut Bahlil, yakni karena sosok kepemimpinan Presiden Jokowi. "Di kondisi seperti sekarang, hampir di seluruh dunia, pertarungannya adalah pertarungan leadership yang dilakukan para pemimpin dunia dalam mengelola negaranya," katanya.

Di sisi lain, kepastian hukum di Indonesia dinilai semakin membaik. Faktor terakhir, imbuhnya, yakni komunikasi politik yang berhasil dimainkan Presiden Jokowi, khususnya di tengah konflik Ukraina dan Russia.

Bahlil memuji komunikasi politik Presiden Jokowi saat datang ke Ukraina dan Russia bersama dengan Ibu Negara Iriana Joko Widodo. "Saya mau tanya, Presiden mana yang datang ke Ukraina dan Russia di tengah kondisi Covid-19, bawa istri pula. Tapi, ini Bapak Presiden, bawa Ibu Negara, ini menurut saya sebuah langkah berani yang luar biasa sekali," katanya.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Eko S

Komentar

Komentar
()

Top