Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Retrograde Intrarenal Surgery, Metode  Penanganan  Batu Ginjal yang Sulit Diatasi

Foto : Haryo Brono/Koran Jakarta

rof. Dr. dr. Nur Rasyid, SpU-K, seorang dokter spesialis urologi sedang memaparkan Salah satu metode penanganan penyakit batu ginjal adalah dengan Retrograde Intrarenal Surgery (RIRS)I di Jakarta Rabu (5/6).

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Salah satu metode penanganan penyakit batu ginjal adalah dengan Retrograde Intrarenal Surgery (RIRS). Tindakan ini untuk mengatasi kasus batu ginjal yang sulit seperti batu ginjal dengan ukuran besar, batu yang terlalu keras dan yang sulit dijangkau tanpa operasi.

Metode RIRS menjadi salah satu inovasi yang memberikan keuntungan, khususnya bagi pasien, karena prosedurnya dilakukan lebih cepat, tidak meninggalkan bekas luka pada tubuh pasien, pemulihan lebih cepat, minim rasa nyeri, dan risiko infeksi lebih rendah dibanding metode bedah terbuka.

"RIRS memiliki tingkat akurasi yang lebih tinggi karena dapat mengakses langsung ke ginjal dan menghancurkan batu ginjal menjadi fragmen-fragmen kecil, berbentuk seperti pasir hingga debu," kata Prof. Dr. dr. Nur Rasyid, SpU-K, Spesialis Urologi Siloam Hospitals ASRI di Jakarta Rabu (5/6).

Penderita batu ginjal kata dr. Nur sering kali tidak merasakan adanya gejala atau keluhan. Oleh sebab itu, tanpa disadari batu ginjal bisa menjadi besar, dengan gejala yang sering dirasakan berupa nyeri pinggang yang hilang timbul meskipun tidak melakukan gerakan berlebih.

"Gejala lainnya adalah kencing berwarna kemerahan atau kencing darah, kencing keruh berpasir atau keluar batu kecil, dan bila terjadi infeksi akan menyebabkan demam serta nyeri saat berkemih," lanjut dia.

Ia memaparkan batu ginjal terkait juga dengan genetika sehingga perlu waspada. Seseorang akan berisiko lebih tinggi terkena batu ginjal jika salah satu anggota keluarga pernah menderita penyakit tersebut.

"Faktor risiko lainnya yaitu dehidrasi atau tubuh kurang cairan, apalagi bagi orang yang tinggal di iklim hangat dan kering sehingga mereka cenderung berkeringat dan malah banyak mengeluarkan cairan. Mengonsumsi makanan yang tingkat protein, natrium (garam) dan gula berlebihan dapat meningkatkan risiko beberapa jenis batu ginjal," jelasnya.

Penyebab lain batu ginjal adalah obesitas, memiliki penyakit pencernaan, pernah melakukan prosedur pembedahan sebelumnya, atau kondisi medis lain seperti asidosis tubulus ginjal, sistinuria, hiperparatiroidisme, dan infeksi saluran kemih berulang. Mereka yang sering mengonsumsi suplemen dan obat-obatan tertentu, juga memperbesar risiko terjadinya batu ginjal ini.

Dalam presentasinya, ia menjabarkan, pada dasarnya RIRS adalah prosedur penghancur batu ginjal dengan menggunakan laser. Sebelum dilakukan prosedur RIRS, pasien harus menjalani pemeriksaan laboratorium terlebih dahulu, dilanjutkan pemeriksaan dengan CT scan.

"Pemeriksaan menggunakan CT scan saat ini sudah mudah dijangkau dan menjadi standar pemeriksaan batu saluran kemih. Selain mengetahui letak dan ukuran batu, informasi tambahan penting adalah kekerasan batu dengan satuan HU (Hounsfield Unit)," kata dia.

Dalam memilih prosedur RIRS, dokter akan mempertimbangkan faktor-faktor seperti ukuran dan jenis batu, serta kondisi kesehatan umum pasien. Informasi kekerasan batu merubah algoritma dan anjuran dokter spesialis urologi dalam penanganan batu saluran kemih, dimana penggunaanExtracorporeal Shock Wave Lithotripsy(ESWL) semakin terbatas.

"Batu dengan kekerasan lebih dari 1000 Hounsfield Unit (HU), tidak disarankan lagi meskipun ukurannya tidak besar. RIRS dapat dilakukan pada batu ginjal berukuran kurang dari 3 cm, batu dengan kekerasan tinggi (kekerasan batu lebih dari 1000 HU)," terangnya.

Ia menekankan, adanya Flexible URS single Use, menjadi pilihan terapi yang cepat berkembang karena dapat mengatasi masalah pada batu saluran kemih yang sangat keras sekalipun. Demikian pula perkembangan alat batu dan laser untuk pemecah batu semakin meningkatkan keberhasilan penanganan batu pada ginjal dan menurunkan risiko komplikasi."

Perkiraan waktu yang diperlukan untuk tindakan RIRS maksimal 2 jam guna menghindari gejala komplikasi seperti sepsis atau pengaruh panas dari laser yang berlebihan. Apabila diperlukan tindakan ulang atau lanjutan dapat dilakukan 1 minggu kemudian tetapi dapat ditunda paling lama 2 bulan setelah prosedur.

"Tindakan RIRS menggunakan flexible URS selain dapat memecahkan batu menjadi ukuran yang halus seperti pasir, pada kasus batu yang sangat keras maksimal ukuran pecahan kurang dari 1mm, sehingga dapat dievakuasi pada saat tindakan," lanjut dia.

Selain itu dengan alat ini dapat pula diperoleh contoh batu untuk pemeriksaan analisa batu. Tujuannya agar dapat mengetahui jenis batu dan menentukan pengobatan untuk pencegahan kekambuhan batu saluran kemih.

Medical Managing Director Siloam Hospitals Group dr. Grace Frelita Indradjaja, M.M., mengatakan, di Indonesia sendiri, metode RIRS sendiri merupakan sebuah tindakan operasi tanpa bekas luka. Pasien yang menjalani prosedur ini bisa pulih lebih cepat dan bisa melaksanakan aktivitas kembali secara normal.

"Tindakan RIRS sendiri sudah banyak dilakukan di Siloam Hospitals ASRI. Dengan didukung oleh tim multidisiplin yang terdiri dari berbagai spesialis yang berpengalaman dan andal di bidangnya, inovasi teknologi, dan sistem pengelolaan klinis dan operasional," ungkapnya.


Redaktur : Aloysius Widiyatmaka
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top