Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Krisis Perbankan I Biden Memuji Kesepakatan untuk Melindungi Deposan

Regulator Menyita dan Menjual Aset First Republic Bank

Foto : ISTIMEWA

JOE BIDEN Presiden AS - Tindakan ini memastikan bahwa sistem perbankan aman dan sehat.

A   A   A   Pengaturan Font

» JPMorgan akan membayar 10,6 miliar dollar AS kepada FDIC untuk mengendalikan sebagian besar aset bank.

» Otoritas Keuangan di Indonesia Harus Memastikan Sektor Perbankan Tidak Terdampak

WASHINGTON - Regulator Amerika Serikat (AS) menyita First Republic Bank dan menjual asetnya ke JPMorgan Chase & Co, pada Senin (1/5). Penyitaan dan penjualan itu merupakan kesepakatan untuk menyelesaikan kegagalan bank AS terbesar sejak krisis keuangan 2008 dan menghentikan gejolak perbankan berkepanjangan.

First Republic adalah salah satu pemberi pinjaman regional AS yang paling terpukul oleh krisis kepercayaan di sektor perbankan pada Maret, ketika deposan melarikan diri secara massal dari bank kecil ke raksasa seperti JPMorgan, karena mereka panik atas runtuhnya dua bank AS lainnya.

Bank telah tertatih-tatih sejak saat itu, tetapi investor melarikan diri lagi minggu lalu, ketika mengungkapkan lebih dari 100 miliar dollar AS arus keluar pada kuartal pertama dan rencana untuk menjajaki opsi baru.

Hampir seminggu kemudian, regulator California, pada Senin (1/5), menyita First Republic dan memasukkannya ke dalam kurator FDIC sambil menjual asetnya, menandai kegagalan bank besar AS ketiga dalam dua bulan dan yang terbesar sejak Washington Mutual pada tahun 2008.

Saham JPMorgan naik 2,0 persen pada Senin (1/5), sementara saham bank kelas menengah turun dan Indeks Perbankan Regional KBW ditutup turun 2,7 persen. "Pemegang saham First Republic akan terhapus dalam transaksi tersebut," kata analis Wedbush.

Saham bank jatuh 43,3 persen dalam perdagangan premarket pada Senin sebelum dihentikan.

JPMorgan akan membayar 10,6 miliar dollar AS kepada Federal Deposit Insurance Corp (FDIC) AS sebagai bagian dari kesepakatan untuk mengendalikan sebagian besar aset bank yang berbasis di San Francisco itu dan mendapatkan akses ke basis nasabah kaya yang didambakan First Republic.

"Pemerintah mengundang kami dan yang lainnya untuk melangkah, dan kami melakukannya," kata Jamie Dimon, Ketua dan CEO JPMorgan, yang juga menjadi pemain kunci dalam krisis keuangan 2008 dan membeli Bear Stearns dalam penyelamatan akhir pekan.

Kesepakatan itu akan membebani Deposit Insurance Fund FDIC sekitar 13 miliar dollar AS, menurut perkiraan awal regulator.

Presiden AS, Joe Biden, memuji kesepakatan untuk melindungi deposan tanpa membuat pembayar pajak membayar tagihan. Dia mengulangi seruannya untuk pengaturan dan pengawasan bank yang lebih kuat.

"Tindakan ini memastikan bahwa sistem perbankan aman dan sehat," kata Biden dalam sebuah acara di Gedung Putih.

Gedung Putih juga memuji tindakan tegas regulator untuk melindungi deposan dan menjaga stabilitas sistem perbankan. Sekretaris pers Gedung Putih, Karine Jean-Pierre, mengatakan tindakan itu juga akan memastikan bahwa First Republic, salah urus dan akan dimintai pertanggungjawaban.

Para analis dan eksekutif industri mengatakan kesepakatan yang dicapai pada akhir pekan setelah FDIC menjalankan proses lelang membuat beberapa bank lain menawar akan menenangkan pasar. Tetapi, mereka menambahkan bahwa itu harus dibayar mahal. Bank-bank terbesar semakin kuat, sementara bank-bank kecil semakin sulit untuk melakukan bisnis.

Tidak Adil

CEO kelompok reformasi Wall Street Better Markets, Dennis Kelleher, mengatakan hasil lelang menunjukkan konsolidasi yang tidak sehat, persaingan tidak adil, peningkatan berbahaya pada bank yang terlalu besar untuk gagal sehingga semuanya merugikan bank komunitas, pinjaman usaha kecil, dan pertumbuhan ekonomi.

Sementara Jane Fraser, CEO rival Citigroup, memuji kesepakatan tersebut sebagai penyelesaian sumber ketidakpastian utama terakhir untuk sektor ini setelah periode kekacauan. "Jangan menodai semua bank regional dan kecil karena memiliki masalah besar," kata Fraser dalam sebuah konferensi seperti dikutip dari Antara.

Menanggapi kondisi tersebut, pengamat ekonomi dari Universitas Airlangga, Surabaya, Mohammad Nasih, mengatakan penyitaan dan penjualan aset tersebut merupakan upaya penyelamatan regulator AS terhadap perbankan di negara itu.

"Kalau ada bank besar yang gagal atau bangkrut itu akan pasti punya dampak, sehingga ikhtiar (upaya) penyelamatan tentu harus dilakukan," kata Nasih.

Akuisisi oleh perusahaan lain menjadi salah satu kunci (penyelamatan) karena dampak finansialnya yang terlalu tinggi dan struktur permodalan yang berdampak pada perusahaan. Dia pun berharap di Indonesia, Bank Indonesia, OJK, dan LPS sudah memberi jaminan untuk mengamankan industri jasa keuangan agar tidak menjadi persoalan yang besar atau sistemik.


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini, Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top