Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Kemandirian Pangan | Selama 10 Tahun, Tenaga Pertanian Tumbuh di Bawah 20%

Regenerasi Petani Mendesak Dilakukan

Foto : ISTIMEWA
A   A   A   Pengaturan Font

Prospek sektor pertanian dilihat tak lagi seksi bagi para generasi muda sehingga membuat mereka memilih sektor lain, terutama industri, yang dianggap lebih menarik dan menjanjikan.

JAKARTA - Regenerasi petani menjadi masalah krusial di sektor pertanian yang harus segera diatasi saat ini. Jika tidak, sumber daya manusia (SDM) sektor pertanian di Tanah Air hanya akan diisi para petani berusia tua yang sudah tak lagi produktif. Kondisi tersebut dikhawatirkan akan mengganggu upaya penciptaan kemandirian pangan.

Direktur Program Indef, Esther Sri Asuti, mengatakan jumlah tenaga kerja pertanian terus turun dari tahun ke tahun. Selama 10 tahun, jumlah pekerja di sektor pertanian hanya bertambah kurang dari 20 persen.

Sensus pertanian pada 2003 menunjukkan jumlah pekerja di sektor pertanian tercatat sebanyak 31 juta orang. Angka tersebut naik lima juta orang dibandingkan catatan pada 2013 sebanyak 26 juta orang. "Saya yakin ada penurunan lagi di sensus pertanian pada 2023. Hal ini disebabkan oleh pertama, jumlah lahan juga menurun karena alih fungsi lahan," tegasnya di Jakarta, Rabu (6/12).

Kedua, lanjutnya, pendapatan dari sektor pertanian tidak mencukupi kebutuhan hidupnya. Ketiga, normalnya petani tidak mau anaknya menjadi petani karena sebagian besar miskin. Keempat, petani selalu diasosiasikan becek, dekil, hitam, dan kotor.

Dari Yogyakarta, Peneliti Mubyarto Institute, Awan Santosa, mengatakan ada sejumlah hal yang bisa membuat pemilih muda itu bergeser. "Edukasi tentang nilai strategis dan peluang usaha pertanian, aplikasi model usaha pertanian modern berbasis teknologi tepat guna dan teknologi digital, berikan tantangan dan insentif bagi petani milenial dan petani Z," tegasnya.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini

Komentar

Komentar
()

Top