![](https://koran-jakarta.com/img/site-logo-white.png)
Regenerasi Jaringan Rahim
Foto:
Penelitian Wake Forest Institute for Regenerative Medicine (WFIRM), North Carolina, AS dalam merekayasa uterus dilakukan melalui percobaan pada kelinci. Mamalia ini telah lama digunakan penelitian biologi reproduksi. Dia dinilai cukup ideal untuk studi regenerasi jaringan rahim.
Kelinci memiliki uterus yang relatif besar dibanding hewan laboratorium lainnya. Rahim betinanya dibentuk dua tanduk dengan rahim terpisah. Masing-masing memiliki kapasitas untuk melakukan kehamilan.
Penelitian membagi kelinci dalam empat kelompok secara acak. Kelompok pertama, kelinci dengan uterus yang direkayasa jaringan unggul untuk menerima perancah menggunakan sel sendiri. Kelompok kedua, perancah non-unggulan, yang hanya menerima perancah polimer.
Kelompok ketiga, adalah kontrol pemotongan uterus subtotal, di mana pemotongan subtotal diperbaiki dengan jahitan. Keempat, kelompok kontrol normal, di mana hewan menjalani sayatan di dinding perut (laparotomi) palsu.
Konstruksi perancah polimer biodegradable dibuat khusus untuk setiap hewan. Sel-sel yang diperlukan untuk meregenerasi jaringan rahim dan benih perancah dibiakkan dan tumbuh dari struktur rahim setiap kelinci. Enam bulan setelah menjalani prosedur implantasi perancah, kelinci secara alami dikawinkan dengan kelinci jantan subur.
"Kelinci dengan konstruksi yang diunggulkan sel memiliki kehamilan normal di segmen uterus yang direkonstruksi," kata kata penulis laporan Renata S Magalhaes, MD, PhD, BCMAS. "Penelitian ini menunjukkan jalan baru untuk berpotensi menciptakan pengganti jaringan yang berasal dari sel pasien sendiri untuk mengobati cacat rahim," tambah dia.
Magalhaes mengatakan, transplantasi uterus baik dari donor orang yang sudah meninggal atau masih hidup kepada pasien dapat dipakai sebagai pengobatan untuk infertilitas uterus permanen selama ini. Namun demikian, biasanya tubuh mengalami penolakan pada organ baru yang asing, sehingg perlu terapi antipenolakan.
Hingga saat ini, ada sekitar 70 transplantasi rahim yang dilakukan di seluruh dunia. Di AS, kurang dari 10 bayi telah dilahirkan melalui rahim yang ditransplantasikan. Sementara itu, strategi yang diusulkan ini, menciptakan jaringan rahim dengan sel-sel pasien sendiri. Jadi, tidak perlu menunggu pendonor rahim yang tidak pasti.
Transplantasi dari sel rahim sendiri juga dapat menghindari perlunya organ yang ditransplantasikan dari donor yang sudah meninggal atau masih hidup. Ini menghindari risiko penolakan dan kebutuhan akan obat-obatan antipenolakan.
"Hasil kami menunjukkan, uterus yang direkayasa jaringan merespons ekspansi dan ketegangan mekanik yang terjadi selama kehamilan," kata Koudy Williams, DVM penulis lain pada jurnal tersebut. "Studi praklinis lebih lanjut sedang direncanakan sebelum uji klinis dilakukan," ujar dia. Hay/G-1*
Penulis: Haryo Brono
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Anggota Komisi IX DPR RI Pastikan Efisiensi Anggaran Tak Kurangi Layanan Kesehatan Warga
- 2 Menteri Kebudayaan Fadli Zon Kunjungi Masjid Sultan Suriansyah Banjarmasin
- 3 Belinda Bencic Raih Gelar Pertama
- 4 PLN UP3 Kotamobagu Tanam Ratusan Pohon untuk Kelestarian Lingkungan
- 5 Warga Kupang Terdampak Longsor Butuh Makanan dan Pakaian
Berita Terkini
-
Jelang Puncak Cap Go Meh, 736 Tatung di Singkawang Gelar Ritual Bersih Jalan untuk Usir Roh Jahat dan Penyakit
-
Tentukan Awal Puasa, Kemenag Gelar Sidang Isbat pada 28 Februari 2025
-
Malut United Evaluasi Pemain Jelang Laga Tandang Kontra Bali United
-
Manchester City Kontra Real Madrid, Ancelotti: Ini Seperti Mimpi Buruk
-
Trump: Gencatan Senjata Gaza Harus Dibatalkan Jika Sandera Tidak Dibebaskan pada hari Sabtu