Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Penyesuaian Harga BBM

Realokasikan Subsidi bagi Masyarakat Tak Mampu

Foto : ISTIMEWA
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Pemerintah berencana menyesuaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi karena tekanan terhadap APBN makin lama makin besar. Selama ini, subsidi BBM salah sasaran. Sekitar 80 persen masyarakat kalangan mampu menikmati subsidi BBM, sedangkan sisanya mereka kurang mampu.

Direktur Eksekutif Next Policy, Fithra Faisal Hastiadi, mengakui penyesuaian harga BBM pasti berdampak terhadap inflasi. Meski demikian, risiko tersebut sejatinya yang harus dijaga melalui mekanisme pengalihan anggaran yang sebelumnya difokuskan pada subsidi energi, dibalikkan prioritasnya kepada masyarakat yang betul-betul membutuhkan.

"Indonesia juga sudah tidak lagi menjadi produsen minyak, tetapi importir minyak karena kebutuhan kita jauh lebih besar dari kuota yang tersedia. Dari pengalihan subsidi BBM nanti bisa dibangun infrastruktur, investasi ke pendidikan, yang mana jauh lebih prioritas dibanding membakar subsidi di jalan," kata Fithra dalam keterangan kepada Koran Jakarta, Jumat (1/9).

Fithra menambahkan Presiden Joko Widodo konsisten memberikan bantuan sosial yang pastinya akan bertambah terus. Namun, dia memperingatkan, ketika masyarakat diberikan bantuan dana langsung, ada kecenderungan konsumtif dan tanpa berpikir jangka panjang.

"Hal yang bisa diperbaiki sekarang adalah bagaimana memperbaiki data, bagaimana agar masyarakat tidak terkena dampak paling parah, dan bagaimana menjaga anggaran negara tidak terlalu terbebani. Pilihan ini tidak mudah, tapi harus sudah dipikirkan oleh pemerintah," jelasnya.

Anggaran Membengkak

Sebelumnya, Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati, mengatakan subsidi dan kompensasi energi bisa membengkak menjadi 698 triliun rupiah dari target dalam Perpres 98 Tahun 2022 sebesar 502,4 triliun rupiah. Dengan demikian, menurut dia, terdapat potensi penambahan subsidi dan kompensasi energi sebanyak 195,6 triliun rupiah.

Dia menyebut membengkaknya subsidi dan kompensasi energi ini disebabkan oleh semakin melebarnya selisih Harga Jual Eceran (HJE) dengan harga keekonomian untuk bahan bakar jenis solar, pertalite, pertamax dan gas LPG 3 kilogram (kg).

Melebarnya selisih harga ini disebabkan oleh naiknya asumsi Indonesian Crude Price (ICP) menjadi 105 dollar AS per barel yang mengikuti harga minyak di tingkat global, dan naiknya asumsi nilai tukar rupiah menjadi 14.700 rupiah per dollar AS.

Saat ini, HJE solar sebesar 5.150 rupiah per liter dengan harga keekonomiannya mencapai 13.950 rupiah per liter dan HJE pertalite sebesar 7.650 rupiah per liter dengan harga keekonomiannya mencapai 14.450 rupiah per liter.

Kemudian, HJE Pertamax sebesar 12.500 rupiah per liter, sedangkan harga keekonomiannya mencapai 17.300 rupiah per liter dan HJE LPG 3 kilogram sebesar 4.250 rupiah per kilogram, dengan harga keekonomiannya mencapai 18.500 rupiah per kilogram.


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Yohanes Abimanyu

Komentar

Komentar
()

Top