Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Pilpres Amerika Serikat

Ratusan Pejabat dan Keluarga Penerima Gold Star Dukung Trump

Foto : AFP/JIM WATSON

Calon presiden dari Partai Republik Donald Trump saat kampanye, di Ryder Center for Health and Physical Education, Saginaw Valley State University, Saginaw, Michigan, Kamis (3/10).

A   A   A   Pengaturan Font

WASHINGTON - Lebih dari 400 pejabat keamanan nasional dan kebijakan luar negeri, mantan anggota Kabinet, pensiunan perwira militer dan keluarga penerima medali kehormatan, Gold Star, pada Kamis (3/10), menyatakan mendukung calon presiden (capres) dari Partai Republik Donald Trump dalam pemilihan presiden 5 November mendatang.

Dikutip dari Fox News, lewat surat terbuka yang disusun oleh mantan Penasihat Keamanan Nasional, Robert O'Brien, dan mantan Kepala Staf National Safety Council, Alex Gray, para penandatangan mengutuk kegagalan berulang kebijakan luar negeri pemerintahan Biden-Harris dan mendesak warga Amerika Serikat untuk memilih kembali Trump.

"Dari dunia yang damai di bawah Presiden Trump, kita semakin dekat dengan perang dunia ketiga daripada sebelumnya di bawah pemerintahan Biden-Harris," demikian bunyi surat tersebut.

Dengan meningkatnya berbagai perang di seluruh dunia, perbatasan terbuka yang memungkinkan teroris membanjiri tanah air Amerika, dan aktor jahat seperti Tiongkok yang terus beraksi, keamanan nasional AS telah rusak parah akibat kebijakan Kamala Harris dan Joe Biden yang gagal.

Pejabat Terkemuka

Dukungan tersebut ditandatangani oleh beberapa pejabat terkemuka dari pemerintahan Trump, termasuk mantan Menteri Luar Negeri Mike Pompeo, mantan Jaksa Agung Bill Barr, mantan Duta Besar AS untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan mantan kandidat presiden Partai Republik 2024, Nikki Haley, dan masih banyak lagi.

Sebelas anggota keluarga dari 13 tentara Amerika yang tewas di Abbey Gate di Bandara Kabul selama penarikan pasukan AS tahun 2021 dari Afghanistan juga menandatangani surat tersebut, yang memuji catatan kebijakan luar negeri Trump yang kontras dengan tindakan kontroversial Biden.

"Ketika Presiden Trump menjabat, perang di Afghanistan telah berlangsung selama hampir 16 tahun. Pada bulan Februari 2020, sebuah perjanjian damai dicapai, yang memastikan tidak ada tentara Amerika yang tewas dalam pertempuran hingga berakhirnya pemerintahan Trump. Perjanjian ini berlaku karena Taliban memahami tekad Presiden Trump dan pasukan AS siap untuk memastikan kepatuhan mereka," bunyi surat tersebut.

Penarikan pasukan yang gagal dari Afghanistan di bawah pemerintahan Biden-Harris pada tahun 2021, menyebabkan tewasnya tiga belas tentara Amerika yang gagah berani di Abbey Gate dan meninggalkan peralatan militer bermutu tinggi senilai miliaran dollar AS bagi Taliban, menjadikannya organisasi teror dengan persenjataan paling lengkap di dunia.

Selain itu, 40 duta besar AS yang sudah pensiun, 75 perwira militer senior yang sudah pensiun, dan beberapa ratus pejabat dari pemerintahan Republik sebelumnya menandatangani surat tersebut, yang memuji upaya diplomatik Trump terkait perjanjian gencatan senjata antara Turki dan pejuang Kurdi di Suriah serta Perjanjian Abraham. Surat tersebut menyebut Trump sebagai pembawa perdamaian.

"Menjaga perdamaian merupakan tradisi terbesar kebijakan luar negeri Amerika dan prinsip-prinsip Yahudi-Kristen yang menjadi dasar berdirinya negara kita," lanjut surat itu sebelum mengutip Khotbah Yesus di Bukit dalam Injil Matius. "Yesus berkata, 'Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan menjadi anak-anak Allah.' (Matius 5:9) Itulah warisan Pemerintahan Trump."

Dalam tulisannya di X, O'Brien mengatakan ia merasa tersanjung untuk bergabung dengan rekan-rekannya dari pemerintahan Trump dalam mendukung kembalinya kebijakan luar negeri "perdamaian melalui kekuatan" di bawah Presiden Trump.

Penandatangan lainnya, Jerry Hendrix, mantan direktur Panel Penasihat Sekretaris Angkatan Laut, mengatakan bukan keputusan yang sulit untuk menyertakan namanya pada surat tersebut.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top