Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Ancaman Amerika Serikat

Rakyat Iran Khawatirkan Ekonomi Makin Sulit

Foto : AFP/ ATTA KEN ARE

Mohammad Ali Jafari

A   A   A   Pengaturan Font

Dubai - Masyarakat Iran merasa takut akan dampak yang lebih menyakitkan lagi atas biaya hidup setelah sanksi-sanksi baru Amerika Serikat berlaku pada Senin, mulai dari usaha-usaha membeli bahan-bahan mentah hingga ketidakmampuan orang-orang sakit dan lanjut usia untuk membeli obat-obatan.

Amerika Serikat pada Senin (5/11) akan menerapkan kembali pembatasan pada sektor perbankan dan perminyakan Iran sebagai upaya untuk mengendalikan kegiatan nuklir, peluru kendali, dan regional musuh bebuyutannya itu.'

Penguasa Iran telah meremehkan langkah AS tersebut, tapi banyak orang biasa di negara itu tampak merasa khawatir. "Semua harga naik tiap hari ... Saya tak dapat membayangkan apa yang akan terjadi setelah 13 Aban (4 November). Saya takut. Saya khawatir. Saya merasa putus asa. Saya bahkan tak dapat membeli beras untuk memberi makan tiga anak saya atau bayar kontrakan," kata Pejman Sarafnejad, 43 tahun, guru sekolah dasar dan ayah dari tiga anak di Teheran.

Perjuangan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari semakin sukar selama berbulan-bulan belakangan ini. Ekonomi terpukul akibat pemberlakuan kembali gelombang pertama sanksi oleh AS pada Agustus, setelah Washington keluar dari perjanjian nuklir dengan Teheran dan kekuatan-kekuatan dunia pada Mei.

Semua jenis bisnis luar negeri, mulai dari perusahaan-perusahaan minyak, perdagangan hingga perkapalan, telah menghentikan bisnis mereka dengan Iran karena takut terkena penalti yang AS berlakukan.

"Saya sangat bimbang karena sudah terjadi kekurangan sejumlah barang di pasar dan nilai rial (mata uang Iran) sudah turun banyak," kata seorang pemilik toko kelontong di Teheran. "Apa yang akan terjadi setelah pemberlakukan sanksi-sanksi baru?" Kepemimpinan Iran mengatakan Teheran tak akan tunduk pada tekanan untuk menghentikan program-program peluru kendali atau mengubah kebijakan regionalnya.

Sementara itu media pemerintah Iran menyatakan jutaan orang berunjuk rasa di banyak kota di seluruh negeri itu, bersumpah setia kepada lembaga ulama dan pejabat puncaknya, Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei.

Unjuk rasa penuh dengan teriakkan protes pada AS digelar tiap tahun dalam peringatan pengambilalihan kedutaan itu. Tapi, kebencian AS-Iran sangat kuat kali ini sesudah Trump pada Mei memutuskan menarik Amerika Serikat dari kesepakatan nuklir kekuatan dunia dengan Iran pada 2015 dan menerapkan kembali hukuman terhadap Teheran.

Kesepakatan itu menyebabkan pencabutan banyak hukuman keuangan dan ekonomi antarbangsa terhadap Iran dengan imbalan Teheran membatasi kegiatan nuklirnya, yang disengketakan di bawah pengawasan Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Pemulihan hukuman AS pada Senin, yang membidik penjualan minyak dan bidang perbankan Iran, adalah bagian dari upaya lebih luas Trump untuk memaksa Teheran langsung menghentikan pembuatan peluru kendali nuklir dan balistiknya, selain dukungan untuk kekuatan bonekanya dalam perang di Timur Tengah.

Komandan tertinggi pasukan khusus Pengawal Revolusi Iran, Mayor Jendral Mohammad Ali Jafari, dalam unjuk rasa di Teheran itu menyatakan Iran akan menolak dan mengalahkan "perang jiwani" dan hukuman AS untuk melumpuhkan ekspor minyak dan lembaga keuangan Republik Islam. " ant/AR-3

Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top