Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Politik Thailand

Putri Thaksin Bertekad Kalahkan Para Jenderal

Foto : AFP/MANAN VATSYAYANA

Paetongtarn Shinawatra

A   A   A   Pengaturan Font

BANGKOK - Politisi terpopuler Thailand, Thaksin Shinawatra, belum pernah menginjakkan kaki di negara itu sejak 2008. Namun sekarang putrinya yang berusia 36 tahun adalah anggota keluarga terbaru yang berusaha melawan orang-orang militer yang membantu menggulingkannya dan berpotensi membawa sang ayah pulang.

Jelang pemilihan umum pada 14 Mei, Paetongtarn Shinawatra telah menarik banyak orang di komunitas pertanian pedesaan Thailand yang telah lama menjadi basis politik ayahnya.

Mantan perdana menteri dan taipan telekomunikasi berusia 73 tahun itu, yang melarikan diri setelah kudeta militer terhadap pemerintahnya, telah melihat partainya dan sekutunya memenangkan kursi terbanyak di setiap pemungutan suara nasional sejak tahun 2001. Tahun ini hal itu tidak berbeda jauh ini, sebagian besar berkat Paetongtarn.

Pada suatu pagi saat berkampanye baru-baru ini di timur laut Thailand yang merupakanwilayah termiskin dan terpadat di negara itu, ribuan pendukung Partai Pheu Thai yang mengenakan baju merah menyambutnya dengan mawar dan karangan bunga.

Ketika Paetongtarn bertanya apakah mereka mengingat ayahnya, kerumunan itu meledak. Dia juga merujuk pada bibinya, Yingluck Shinawatra, mantan PM yang digulingkan dalam kudeta tahun 2014 oleh Prayut Chan-Ocha, mantan panglima militer yang telah memerintah Thailand sejak saat itu.

"Pilihlah partai politik yang terus-menerus diintimidasi," ucap Paetongtarn kepada para pendukungnya. "Dua kudeta, dan dua orang baik harus meninggalkan negara ini. Kali ini, dapatkah saya meminta Anda untuk memberikan Pheu Thai kemenangan telak?" imbuh dia.

Paetongtarn adalah anak bungsu dari tiga bersaudara Thaksin. Ia adalah wajah terbaru dari klan Shinawatra yang telah mendominasi pemilihan tetapi secara rutin dicopot dari jabatannya.

Selama bertahun-tahun sekelompok jenderal, hakim, dan birokrat yang tidak terpilih telah memandang keluarga sebagai ancaman bagi elit royalis yang mengendalikan beberapa institusi paling kuat dan bisnis di negara ini.

Sejak menyatakan terjun ke panggung politik dan bergabung dengan Partai Pheu Thai pada 2021, popularitas Paetongtarn melesatdengan cepat dalam jajak pendapat, dan sekarang bahkan unggul di atas petahana PM Prayut.

"Saya 100 persen siap untuk nominasi resmi partai sebagai kandidat perdana menteri," ungkap Paetongtarn.

Tak Mudah

Namun untuk memenangkan pemilu bukanlah jalan yang mudah apalagi saat ini telah berlaku sebuah konstitusi yang dirancang setelah kudeta yang memungkinkan senat beranggotakan 250 orang, sebuah badan yang terdiri dari sekutu-sekutu dari militer, untuk memilih perdana menteri hingga tahun 2024.

Itu berarti Partai Pheu Thai yang dipimpin Paetongtarn perlu memenangkan setidaknya 376 kursi di dewan perwakilan yang beranggotakan 500 orang untuk melawan kemungkinan langkah senat untuk memblokir kandidat terakhirnya untuk perdana menteri.

Partai tersebut memenangkan 136 kursi pada 2019 di bawah aturan yang dirancang untuk merusak kinerjanya, lebih dari satu kelompok lainnya, tetapi tidak cukup untuk mencegah Prayut kembali berkuasa dengan dukungan dari koalisi yang didukung militer.

Jika terpilih untuk jabatan tertinggi setelah pemilu, Paetongtarn akan berada di antara sekelompok kecil politisi perempuan yang berhasil menjadi perdana menteri di usia 30-an dan dia juga akan menjadi perdana menteri Thailand termuda. ST/Bloomberg/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Ilham Sudrajat

Komentar

Komentar
()

Top