Putin Nyatakan Siap Berunding dan Bertemu dengan Trump
Presiden Russia, Vladimir Putin.
Foto: ANTARA/AnadoluISTANBUL - Presiden Russia Vladimir Putin pada hari Kamis (19/12) menyuarakan kesiapan untuk berbicara atau bertemu dengan presiden terpilih AS Donald Trump.
"Tentu saja, saya siap kapan saja. Dan saya akan siap untuk bertemu jika dia menginginkannya," kata Putin pada konferensi pers akhir tahun dan acara bincang-bincang di Moskow.
Dia mengatakan tidak tahu kapan akan bertemu Trump karena dia "tidak mengatakan apa pun tentang hal itu," tetapi mengindikasikan bahwa dia tidak menghubunginya selama lebih dari empat tahun.
Seperti dikutip dari Antara, Putin lebih lanjut mengatakan dia yakin bahwa dia dan Trump akan memiliki sesuatu untuk dibahas jika mereka bertemu.
Putin juga mengomentari pertanyaan tentang apa yang dapat dia tawarkan kepada Trump terkait perang Ukraina sementara Russia diduga berada dalam "posisi yang lemah."
Putin mengatakan dia memiliki sudut pandang yang berbeda tentang masalah tersebut, beralasan bahwa Russia telah menjadi jauh lebih kuat dalam dua atau tiga tahun terakhir.
"Mengapa? Karena kami menjadi negara yang benar-benar berdaulat, kami tidak lagi bergantung pada siapa pun. Kami dapat berdiri teguh dengan percaya diri dalam hal ekonomi," katanya.
Dia mengatakan Russia memperkuat kemampuan pertahanan dan kesiapan tempur sambil meningkatkan produksi di industri pertahanannya.
"Saya yakin Russia saat ini sebagian besar berada dalam kondisi yang kami tuju. Russia telah tumbuh lebih kuat, telah menjadi negara yang benar-benar berdaulat, dan kami akan membuat keputusan tanpa memperhatikan pendapat orang lain, kami hanya kan dipandu oleh kepentingan nasional kami," tambahnya.
Putin menanggapi pertanyaan tentang Presiden AS Joe Biden yang mengampuni putranya atas penggelapan pajak dan pelanggaran terkait senjata api awal bulan ini, dengan mengatakan bahwa dia tidak menyalahkannya atas keputusannya.
"Dia seorang politisi. Dan yang terpenting adalah apa yang lebih penting dalam diri Anda: politisi atau pribadi. Ternyata Biden lebih merupakan pribadi. Saya tidak akan menyalahkannya untuk ini," katanya.
Putin membandingkan keputusan Biden untuk mengampuni putranya dengan kasus pemimpin Soviet Joseph Stalin, yang menolak untuk menukar putranya Yakov Dzhugashvili, yang ditangkap oleh Nazi Jerman selama Perang Dunia ke-2.
"Bukanlah sebuah legenda ketika Stalin menolak tawaran untuk menukar putranya, Yakov, yang saat itu ditawan ... Dia berkata: 'Saya tidak menukar seorang prajurit dengan seorang panglima lapangan.' Itu adalah keputusan manusia," tambahnya.
Berita Trending
- 1 Keluarga Sido Muncul Kembangkan Lahan 51 Hektare di Semarang Timur
- 2 Kejati NTB Tangkap Mantan Pejabat Bank Syariah di Semarang
- 3 Pemerintah Diminta Optimalkan Koperasi untuk Layani Pembiayaan Usaha ke Masyarkat
- 4 Para Penggemar K-Pop Ikut Tolak Rencana Kenaikan PPN 12 Persen
- 5 Generasi Muda Tak Perlu Cemas, Produk Berbahan Baku Herbal Diandalkan Hadapi Food Pleasure