Kawal Pemilu Nasional Mondial Polkam Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Otomotif Rona Telko Properti The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis Liputan Khusus

PUPR: Titik Genangan di Mataram Tinggal Satu Lokasi

Foto : ANTARA/Nirkomala

Ilustrasi: kegiatan pengangkutan sampah di aliran Kali Ning oleh petugas Dinas PUPR Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, antisipasi luapan air ke jalan ketika terjadi hujan deras.

A   A   A   Pengaturan Font

PUPR: Titik genangan di Mataram tersisa satu lokasi

MATARAM - Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, mencatat titik genangan di Mataram saat ini tersisa satu lokasi dari jumlah awal 17 titik.

"Pada tahun 2019, titik genangan di Mataram terdapat 17 titik dan sekarang tersisa satu titik yakni di kawasan Lingkar Selatan tepatnya depan asrama haji," kata Plt Kepala Dinas PUPR Kota Mataram Miftahurrahman di Mataram, Selasa.

Miftahurrahman yang juga menjabat sebagai Asisten II Bidang Administrasi Pembangunan dan Perekonomian Setda Kota Mataram mengatakan, hal itu terjadi karena kondisi topografi yang cekung.

Selain itu, permukaan air laut di kawasan itu lebih tinggi dengan daratan sehingga titik ini menjadi lokasi paling berat untuk ditangani.

"Apalagi ketika terjadi gelombang pasang disertai hujan lebat dengan intensitas lama, genangan di kawasan itu tidak bisa dihindarkan," katanya.

Sementara untuk titik-titik genangan lainnya di Kota Mataram, katanya, sejauh ini sudah dapat teratasi sehingga tidak terjadi genangan.

Sedangkan titik di Simpang Empat Airlangga yang sering kali disebut genangan, menurutnya, bukanlah genangan karena yang terjadi di titik itu merupakan antrean air masuk ke saluran.

Saluran di Jalan Airlangga itu merupakan saluran utama yang menampung air dari arah utara dan timur untuk di buang ke Kali Ancar.

"Jadi ketika hujan deras, terjadi antrean air masuk ke saluran yang memicu genangan. Tapi kondisi itu tidak berlangsung sampai berjam-jam, sebab ketika hujan reda air di permukaan jalan akan surut," katanya.

Miftahurrahman mengatakan, kondisi itu terjadi karena volume air yang masuk melampaui kapasitas saluran dan solusi-nya ke depan perlu ada upaya menambah kapasitas dengan memperbesar saluran yang pastinya butuh biaya besar.

Karena itu, pihaknya terus menggencarkan kegiatan normalisasi untuk mengangkat sedimen dan sampah di saluran yang dapat menghambat aliran air.

"Selama saluran bebas dari sedimen dan sampah, kami yakin air bisa mengalir maksimal hingga ke muara sungai," katanya.


Redaktur : -
Penulis : Antara, Alfred

Komentar

Komentar
()

Top