Minggu, 16 Mar 2025, 23:22 WIB

Puasa Momen Latih Regulasi Emosi

Dosen Fakultas Psikologi sekaligus Kepala Seksi Anti-Narkoba dan Kesehatan Mental Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Wiryo Nuryono,

Foto: Istimewa

JAKARTA - Dosen Fakultas Psikologi sekaligus Kepala Seksi Anti-Narkoba dan Kesehatan Mental Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Wiryo Nuryono, mengatakan, puasa merupakan momentum melatih regulasi. Menurutnya, regulasi emosi menjadi penting untuk memilah dorongan yang positif.

"Puasa pada hakikatnya adalah upaya untuk menahan, bisa menahan lapar, dahaga, emosi, nafsu, dan seterusnya. Puasa memberikan kesempatan untuk latihan yang terstruktur dalam mengkondisikan diri agar bisa menahan diri," ujar Wiryo, dalam kanal youtube Unesa, yang diakses Minggu (16/3).

Dia menjelaskan, di era gempuran media sosial, standar hidup dan lifestyle sudah dipengaruhi influencer atau tayangan FYP. Dengan demikian, muncul dorongan ingin seperti yang orang yang dilihat di medsos.

Padahal, kata Wiryo, apa yang para ‘artis medsos’ itu tampilkan tidak sepenuhnya seperti itu realnya di lapangan. Menurutnya, dengan berpuasa, seseorang bisa belajar menahan sehingga muncul rasa berkecukupan.

“Regulasi emosi mendorong seseorang bisa merasa bersyukur. Dengan rasa bersyukur itulah seseorang bisa merasa lebih tenang, dan bisa lebih bahagia,” jelas dosen kelahiran Banyuwangi itu.

Dia mengungkapkan, puasa berkaitan dengan kemampuan seseorang dalam mengelola, mengenali, dan mengungkapkan emosi dengan bijak. Kemampuan tersebut dapat dilatih, dan latihan yang tepat yaitu melalui puasa Ramadan.

“Dalam membentuk perilaku agar menetap lama membutuhkan waktu minimal 21 hari. Kita tahu bahwa puasa lebih dari 21 hari. Artinya, cara regulasi emosi yang dilatih selama puasa Ramadan seyogyanya sudah menetap,” katanya.

Redaktur: Sriyono

Penulis: Muhamad Ma'rup

Tag Terkait:

Bagikan: