Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Pendidikan Tinggi

PT Muhammadiyah Mesti Miliki Keunggulan Bersaing

Foto : ISTIMEWA

Ketua Majelis Pendidikan Tinggi Penelitian dan Pengembang­an Pimpinan Pusat Muham­madiyah, Prof Dr Lincolin Arsyad.

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Sebanyak 174 Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) harus mempersiapkan diri dan berkembang menjadi pusat-pusat unggulan (center of excellence). PTM harus mencari keunikan masing-masing serta fokus pada bidang-bidang tertentu.

"Kompetisi menuntut PTM untuk mengembangkan competitive advantage (keunggulan bersaing). Tidak bisa survive di masa datang kalau tidak punya keunggulan kompetitif," kata Ketua Majelis Pendidikan Tinggi Penelitian dan Pengembangan Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof Dr Lincolin Arsyad, usai menghadiri pelantikan rektor baru Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (Uhamka) Prof Dr Gunawan Suryoputro yang menggantikan rektor sebelumnya Prof Dr Suyatno serta peletakan batu pertama pembangunan Menara Gurumu di Uhamka, Pasar Rebo, Jakarta, akhir pekan lalu.

Ia meminta rektor baru dapat mengembangkan Uhamka menjadi salah satu pusat center of excellence PTM, seperti peningkatan kualitas sumber daya manusia, mengembangkan budaya akademik dan budaya riset yang tinggi, serta pengembangan tata kelola universitas yang baik (good university governance) berbasis teknologi informasi.

Arsyad Menegaskan, dalam menghadapi era revolusi industri 4.0, sebanyak 174 PTM harus siap, karena era itu pasti datang. Beberapa PTM yang sudah besar seperti Uhamka, UMY (Universitas Muhammadiyah Yogyakarta), UMM (Universitas Muhammadiyah Malang), UAD (Universitas Ahmad Dahlan) sekarang sudah mempersiapkan sarana pendukungnya. "Bahkan di UM Surakarta dan UM Kalimantan Timur pengajaran secara daring sudah diinisiasi untuk beberapa mata kuliah," katanya.

Ia mengakui, ke depan penguasaan teknologi sudah semakin berkembang, sehingga akan datang masanya ketika lembaga-lembaga pendidikan tinggi tidak lagi mengandalkan kelas-kelas tatap muka, tetapi menggunakan kelas maya dengan teknologi augmented reality, termasuk laboratorium untuk praktik mahasiswa.

Namun untuk Indonesia khususnya, ia menganjurkan, tetap digunakan sistem pendidikan hybrid yaitu kombinasi antara tatap muka sekaligus daring. "Sebab pembentukan karakter, seperti kebijakan, sikap akan sangat sulit dilakukan dengan sistem daring," katanya.

Sementara itu, Suyatno berpesan kepada rektor penggantinya agar selain menjadikan Uhamka sebagai pusat unggulan, juga tidak melupakan amanah gerakan Muhammadiyah, yaitu berdakwah, mengajak kepada kebaikan kemajuan dan kesuksesan di dunia dan akhirat. ang/Ant/E-3

Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top